3. Ziarah

15K 737 4
                                    

"assalamualaikum"ucap Qila membuka pintu apartemen. Tidak ada jawaban dari dalam, sudah dipastikan tidak ada orang didalam.

"Mandi dulu deh baru masak"ucap Qila tersenyum. Selesai dengan ritual mandinya Qila bergegas kedapur menata barang-barang yang dibelinya tadi dan memasaknya.

"Akhirnya jadi juga masakan aku semoga saja kak Rendra suka sama masakkan aku"kata Qila tersenyum mentap foto sang suami didinding.

Pukul tujuh malam Rendra belum juga pulang, Qila mondar-mandir menunggu kepulangan suaminya itu. Dia memang menganggap Rendra suaminya, ntah Rendra menganggapnya apa dia tidak ingin tahu dan membuat sakit hati lagi.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan orang yang ditunggu-tunggu akhirnya pulang. Qila ingin menyalami tangan Rendra tapi dengan cepat Rendra berjalan melewati nya begitu saja.

Qila tidak menyerah dia mengikuti Rendra sampai didapur. "Kakak mau makan?"tanya Qila menatap Rendra yang mengambil air dari dalam kulkas.

"Aku ambilin makan malam ya kak?"tawar Qila tapi tak kunjung mendapat jawaban dari orang yang ditanya.

Qila mengambil nasi dan lauk kedalam piring dengan cepat menaruh makanan itu dimeja makan. "Kak ini sudah"kata Qila.

Dengan perlahan Rendra berjalan ke arah meja makan, tangannya bergerak cepat melempar piring berisi makanan yang disiapkan Qila, piring itu jatuh tepat dikaki Qila. Wanita itu meringis merasakan perih dikaki kirinya, dilihatnya kebawah kakinya berdarah.

"Auh auh"ucap Qila menarik kursi didekatnya.

"Yah berdarah"kata Qila menatap kakinya.

"Yah makanannya kebuang sia-sia deh" sambungnya kembali dengan menekuk wajahnya.

Dengan cepat Qila membersihkan pecahan piring dilantai, dan memgobati luka dikakinya.

Dia tidak marah pada Rendra karena melukai kakinya tapi dia sedih makanannya terbuang sia-sia. Diluar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan makanan itu.

Pulang dari kampus qila pergi kemakam sang kakak dan adiknya, dia sangat merindukan mereka, "Assalamualaikum adek kakak"ucapnya tersenyum menatap dua gundukan tanah berdampingan itu.

"Aku kangen kalian, apa kalian tidak kangen denganku?kenapa kalian meninggalkan aku sendiri disini?"tanya Qila dengan mata berkaca-kaca.

"Kakak"panggil Qila mengusap nisan sang kakak.

"Apa kakak marah? Karena aku menikah dengan kak Rendra?aku tau kakak pasti marah, tapi tenang saja setelah aku bertemu kalian aku akan meminta maaf padamu kak dan berterima kasih, karena kakak mau berbagi sedikit kak Rendra denganku, setidaknya saat aku pergi aku bisa sedikit bahagia bisa menikah dengan orang yang aku cinta"katanya terus menangis didepan makam sang kakak.

"Kak Lia, Bagas aku harus pulang dulu assalamualaikum"kata Qila pergi meninggalkan kedua saudaranya itu.

"Assalamualaikum"ucap Qila memasuki apartemen.

"Dari mana Lo?habis jual tubuh Lo ya sama laki-laki lain"ucap Rendra tersenyum smirk.

"Maksut kakak apa?"tanya Qila bingung, tidak mengerti ucapan laki-laki didepannya.

"Gak usah sok polos jadi orang"ucap Rendra meninggalkan Qila di ruang tamu.

"Maksut Kakak apa sih? Aku gak faham. Tolong jelasin"ucapnya mengejar Rendra sungguh dia tidak faham.

Rendra berhenti didepan Qila membuat Qila menabrak tubuh kekar itu dan terjatuh dilantai.

"Lo gak usah sok sok an polos deh"ucap Rendra mencengkram dagu milik Qila. Qila meringis merasakan sakit didagunya.

"Lo tu gak usah sok polos, Lo itu salah satu wanita murahan yang pernah gue lihat"ucapnya melepas cengkraman dari dagu Qila.

"Lo tu murahan, Lo dapetin gue dengan cara Lo bunuh kakak Lo sendiri"ucap Rendra dengan mata merah.

Qila berdiri dari duduknya dan menampar pipi Rendra.

plakk

"Oh tangan ini udah berani nampar gue?"tanya Rendra mencengkram tangan Qila.

"Kakak boleh siksa aku semau kakak, tapi tolong jangan tuduh aku pembunuh kakak aku sendiri. Apa cuma kakak yang sedih kehilangan orang yang kakak sayang? Aku juga sedih kehilangan orang yang aku sayang, orang yang ngasi kasih sayang buat aku, cuma dia yang ngasih kasih sayang ke aku"teriak Qila didepan Rendra.

"Berani-beraninya mulut Lo bicara lancang kayak gitu"ucapnya menunjuk mulut Qila, Qila hanya diam sambil terus menangis.

"Dan mata ini udah berani natap gue"kata Rendra menyentuh pelan mata yang mengeluarkan air mata itu.

Plakk.

Satu tamparan diberikan oleh Rendra untuk sang istri, tubuh mungil itu terjatuh kelantai dengan kepala yang terbentur pintu berbahan kayu. Darah mengalir dari dari Qila, tidak cukup sampai disitu Rendra menjambak rambut Qila dengan kuat.

Setelah melakukan itu Rendra keluar dari apartemen nya dan entah pergi kemana lelaki itu.

Qila meringis merasakan perih didahinya dan pusing dikepalanya akibat jambakan itu. Dengan perlahan dia berjalan menuju kamarnya untuk mengobati luka didahinya itu.

Lama dia menangis didalam kamar mengadukan semua kepada sang pencipta, lelah dengan tangisnya dia tertidur diatas sajadah dengan masih menggunakan mukenanya.

Pukul setengah satu malam Qila terbangun dari tidurnya, dia merasa pusing sekali. Melirik nakas tapi nihil tidak ada air disitu. Dengan masih menggunakan mukenanya dia berjalan dengan berpegang an dinding menuju dapur.

"Auh sakit banget kepala aku"kata Qila memegangi kepalanya.

"Ayo Qila kamu harus semangat"ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Sampai Qila didapur segera dia mengambil gelas dan menuangkan air, dalam satu tegukan air dalam gelas itu habis.

"Alhamdulillah"ucap Qila duduk dikursi meja makan.

"Apa kak Rendra belum pulang?"tanyanya menatap pintu kamar Rendra.

"Apa aku cek kedalem aja"katanya bingung.

"Ya lebih baik aku cek saja dikamarnya"dengan berani Qila memasuki kamar Rendra tanpa sepengetahuan sang pemilik.

"Apa dikamar mandi?"dengan perlahan Qila membuka kamar mandi tapi nihil tidak ada orang yang dia cari.

"Kak Lia pasti bahagia banget dicintai sama orang kayak kak Rendra"ucapnya melihat foto kakaknya dimeja dekat ranjang Rendra.

Tangannya telurur mengambil foto itu, "kakak aku kangen deh sama kak"ucapnya mengusap foto sang kakak.

"Lo ngapain nyentuh foto itu"bentak Rendra membuat foto yang dipegang oleh Qila jatuh.

Pranggg.

"Lo"teriak Rendra mengambil foto itu.

"Siapa yang nyuruh Lo megang foto ini hah?"teriak Rendra didepan muka Qila.

"Maaf kak aku tidak sengaja"ucapnya menahan air mata.

"Dan Lo udah lancang masuk kamar gue, siapa yang ngasih ijin Lo masuk kamar gue hah?"emosi Rendra semakin meluap-luap kepada Qila.

"Maaf kak, tadi Qila cuma ngecek kakak udah pulang atau belum"cicit Qila.

"Lo gak perlu ngurusin hidup gue, gue gak butuh Lo dihidup gue inget itu"peringat Rendra membuat hati Qila sakit.

"Sekarang Lo keluar dari sini, dan jangan pernah nginjekin kaki kotor Lo kesini"ucapnya kasar, kemudian ia mendorong tubuh mungil Qila keluar dari kamarnya.

Qila tersungkur dilantai dengan kepala yang membentur lantai, saat dia ingin bangun matanya mendadak buram dan jatuh pingsan didepan kamar Rendra.



RENILA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang