"Do you need another good reason to love Doha?"
- Unknown.---
"Sir and Madam, we..." Pembicaraan terhenti disitu ketika flight attendant bertanya kepada mereka untuk mencatat makanan yang mereka inginkan, kemudian menyediakan makanan itu untuk mereka.
Ketika makanan datang, keduanya pun menyantap makanan itu tanpa saling berbicara.
"You can go back to sleep," Elijah berkata begitu melihat Anna selesai dengan makanannya.
"Iya, Mas. Ini mau."
"Sorry banget, nggak bisa jadi teman ngobrol selama perjalanan," lanjut Anna dengan nada cukup menyesal.
Wanita itu berpikir dirinya sangat tidak sopan pada Kakak seniornya itu.
"Gapapa. I prefer this way. I have lot to read," sambung Elijah yang sebenarnya merasa biasa saja dengan Anna yang tidur.
Dirinya yang introvert juga tidak bisa terus berbicara dengan orang lain, apalagi status mereka yang masih sangat asing satu sama lain.
Pria itu kembali menghidupkan ipadnya untuk kembali ke aktifitas yang tadi sempat terhenti. Sementara disampingnya, Anna sudah kembali ke mimpi indahnya.
Tanpa sadar, Elijah tersenyum kecil. Tidak jelas alasannya apa.
Jika Sean melihat diri lo saat ini, El. Lo pasti langsung dibawah ke Gereja untuk dibasuh dan disucikan.
Waktu menunjukan 10.33 waktu setempat ketika QR 957 mendarat di Hamad International Airport di Doha.
20 menit sebelumnya, Anna sudah terbangun dan sedang sibuk bermain dengan handphonenya. Sementara Elijah sedang sibuk membaca koran yang disediakan penerbangan ini.
Keduanya turun dan keluar menuju arrival gate bersamaan karena sama-sama tidak membawa bagasi. Anna ternyata cukup minimalis. Hanya membawa satu tas gym yang terlihat tidak terlalu penuh.
Mungkin ia memiliki banyak pakaian di tempat orang tuanya, pikir Elijah yang sedang malas bertanya lebih jauh ke Anna.
"Kamu dijemput atau naik taksi?" Tanya Eljiah. Ini menjadi pembicaraan pertama keduanya di kota Doha. Anna yang tadinya sedang menunduk mengetik sesuatu di handphonenya, mengangkat kepalanya menjawab pria itu.
"Dijemput, mas. Mas Eljiah gimana? Mau bareng, nggak?" Jawab sekaligus tawar Anna.
"Someone's going to pick me up here."
"Sama pacarnya ya mas? Hahaha," Anna sambil menggoda Eljiah.
"I don't have any and I don't have time for love," jawab Eljiah cuek sambil mengetik sesuatu di handphonenya.
"Yah, sayang banget sih." You want to be one, Anna?
Kedua berjalan ke gate arrival dan disana Anna melihat sopir orang tuanya memegang kertas bertuliskan namanya.
Anna Leonny Sumampow.
Itu nama panjang Anna yang baru diketahui Elijah kurang dari 12 jam mereka mengenal.
Dari mana Elijah tau? Ia tidak sadar melihat tulisan nama itu di platcard yang dipegang oleh supir yang bisa ia pastikan dari kedutaan saat keduanya tiba gate arrival.
"Apa Kabar, Pak?"
"Alhamdulillah, Baik. Non, gimana?"
"Baik-baik hehehe," Berjalan ke arah Pak Said, sopir kedua orang tuanya.
She's so extrovert, nilai Elijah hasil observasinya dari pembicaraan antara Anna dan sopirnya yang tanpa sengaja masuk ke telinga pria itu.
Sejak dalam pesawat wanita itu memang terkesan sangat ekstrovert. Mungkin karena acrophobia-nya, ia terkesan diam dan memilih untuk tidur.
Anyway, jangan salah sangkah. Elijah bukan tipe orang yang ingin tahu pembicaraan orang lain, tapi ia tidak bisa juga tidak overheard pembicaraan orang. Ia hanya menggunakan telinganya sesuai fungsi kedua bagian tubuhnya itu dengan baik, tidak seperti kebanyakan orang yang melalaikan.
Anna berbalik ke belakang melihat Elijah, lalu berkata, "Thank you so much ya, Mas. Good luck!"
"Yeah, thanks to you too."
"Duluan ya, mas." sambung Anna sembari membungkukkan badannya sedikit. Well mannered woman.
"Bye," kata Elijah sambil tersenyum. Pria itu kemudian berjalan menuju tempat pick up jemputan biasanya ketika ia berada di kota ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVONDEN (COMPLETED on KaryaKarsa)
General Fiction[HANYA TERSEDIA 11 CHAPTER. SISANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] "The entire universe conspired to help me find you." Sebelum bertemu dengan wanita itu, si perfeksionis Elijah William Macbain sudah sangat siap menghabiskan sisa hidupnya sendirian. An...