"Love is an uphill task: you have to rise toward the heights."
- Osho, The Power of Love.---
Anna memiliki Acrophobia*. Ia benci bepergian dengan apapun yang berada di ketinggian. Tapi, mau bagaimana lagi? Tidak ada cara lain secepat pesawat terbang untuk sampai ke Doha, untuk mencapai rumah.
"Are you sick?" Tanya Elijah menyadari Anna meminum obat sejenis, seperti yang ia konsumsi agar bisa tidur tenang dan pulas ketika stres pekerjaan melanda.
"No, Mas. Acrophobia. Hehe. Biar bisa tidur," jawab Anna setelah menelan obat tersebut. Para praktisi kesehatan memang beda. Dari cara konsumsi obat aja sangat berbeda.
"Udah berapa lama?"
Elijah, sejak kapan lo peduli sama kondisi orang lain yang baru lo temui kurang dari 24 jam?
"Hm. I'm not sure since when. Because sometimes it just develops and it's normal in our world -health and medication I mean. It can be cured. But, to say about it.... Maybe since senior high school? Again, I'm not sure."
"I see. So, you take it every time you're on a flight?"
"Only for long flights, Mas. If it's only a domestic flight, 2-3 hours, I can handle it. How about you? Do you have any?"
"I'm not sure if I have any," jawab Elijah mengelus dagunya, berpikir jika ia mungkin saja punya phobia yang mungkin tidak disadarinya selama ini.
"Wah, good for you, Mas. Soalnya nggak enak banget kalo punya."
"Yeah, I think so. Anyway, you said that you have it since senior high school, it's been a long time since then. Sampe sekarang belum sembuh ya?"
"Yap. I guess it takes time, sih. Banyak yang sembuh dengan cepat kok, in my case it just doesn't go as smooth as I expected. Well, not everything in life goes as planned." Respon Anna yang terdengar sangat bijak ditelinga Elijah, terutama kalimat terakhirnya.
Pesawat mereka bergerak mulai taxi menuju runaway yang sudah ditentukan. Pembicaraan keduanya pun terhenti.
Saat itulah waktu andalan Anna untuk tidur. "Mas, I'll sleep ya." Pamit kepada Elijah. Kenapa harus pamit?
"Ah, alright. Sleep tight. I'll let you know when it's time to eat," Elijah sukarela menawarkan dirinya untuk membangunkan Anna jika sudah tiba saatnya untuk makan.
Seriously, Elijah? Kaleen akan tertawa terbahak-bahak melihat diri lo sekarang.
"No-no. It's okay, mas. Thanks anyway. Don't mind me," tolak Anna karena takut merepotkan Elijah, kakak dari Seniornya sekaligus orang asing yang baru ditemuinya sekarang.
"It's okay. We need those 2 things to survive in life -sleep and eat," kata final dari Elijah menatap Anna dengan serius dan tidak ingin dibantah. Anna hanya membalas dengan senyuman terbaik yang ia miliki.
Anna tertidur dengan pulas. Sementara Elijah sibuk membaca laporan dan beberapa file. Beberapa kali terjadi turbulensi yang cukup parah dan beberapa kali itupun Elijah menolah menatap Anna karena khawatir wanita itu terbangun. Tapi tidak, Anna tidak terbangun. Masih tertidur pulas di kursinya.
Obat merk itu memang sangat manjur. Bagi yang tau-tau aja.
4 jam 23 menit tertidur, Anna mulai membuka matanya dan sesi peregangan pun dimulai.
"Shit, shit, shit," kebiasaan Anna mengumpat ketika melakukan peregangan.
"Udah bangun? What's wrong?" Dari sebelahnya Anna mendengar orang bertanya. Tentu saja semua orang yang mendengarkan perkataanku barusan akan bertanya, "what is wrong with this woman?".
Tunggu. Anna sempat terdiam, sedikit dozing off dan menoleh ke sebelah kanannya. Tepat di seat sebelahnya, seorang pria yang sangat hot dengan auranya yang sangat dominan menatapnya sedikit err- khawatir?
OH IYA! Ia lupa berada dalam satu flight bersama dengan pria ini, Elijah.
"Sorry, Mas. Ganggu ya?" Anna sedikit kikuk. Hancur sudah reputasinya.
Elijah hanya merespon dengan tertawa pelan menatap Anna. Semua orang pasti punya kebiasaan-kebiasaan aneh. Sama, ia juga punya. Hanya saja berbeda dari Anna.
Masih tersisa 30 menit sebelum makanan disajikan kepada penumpang. Anna berinisiatif untuk memulai pembicaraan, "Eum, Mas, if you don't mind can I ask you about what you do in Doha?"
"I'm working for Qatar Airways," jawab Elijah yang sudah kembali fokus pada ipadnya.
"Hah? For this flight?" Anna kurang mengerti dengan pekerjaan Elijah.
"No," Elijah sedikit tersenyum memahami dengan betul kenapa Anna kurang mengerti dengan pekerjaannya. Karena keduanya berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Pria itu juga mungkin akan kebingunan ketika Anna menceritakan tentang pekerjaannya sebagai dokter.
"I'm a lawyer for the QR company, not the flight or operation things. I'm doing legal things."
"Ah I see," Anna mengangguk menanggapi.
"Follow up question, are you not tired? I'm pretty sure, you're not only going this route back and forth."
Sepertinya wanita itu tidak se-clueless dugaannya dengan pekerjaannya sebagai lawyer di perusahaan asing.
"Hm. Actually this is my first time being asked this question. Let me think," Elijah yang tadinya fokus pada ipadnya, mematikan alat itu. Mengambil air mineral di kantong seatnya, meminum air itu dan menoleh membalas menatap Anna.
Anna mulai penasaran dengan bagaimana kehidupan Elijah yang harus bolak-balik Jakarta-Doha bahkan mungkin ke negara lain, jika dibutuhkan.
Bagaimana bisa? Anna yang hanya penerbangan setahun 2 kali Jakarta-Doha udah hampir gila.
"You're big already, so you must realize that every choice comes with consequences, right? Are we on the same boat here?" Anna mengangguk sebagai jawaban.
"If you ask me, ''Are you tired?", of course. Won't lie. I am, mentally and physically. Being away from my mom and the food she cooks are the two hardest things so far. But, at the same time, I enjoy it. I'd say that it paid off." Ketika menjawab, Elijah melihat tepat dimata Anna dari sana ia tahu bahwa jawabannya telah menjawab rasa penasaran Anna.
"My turn. Why did you choose to be a doctor instead of a diplomat? Since I knew, the children from the diplomats tend to follow their parents' footprints. Why is it about being a doctor in your case?" Tanya Elijah balik ke Anna. Seolah-olah ingin tahu tentang Anna lebih banyak dan tidak ingin pembicaraan mereka berhenti disini.
"Passion? Something I passionate about," jawab Anna sambil melihat ke depan menerawang. "Posting pertama papa itu di Niger. You know that country right? I still have it in my head and it keeps spinning, the picture of the people who can't get access to health which is the very basic of human rights. Back then I couldn't do anything. Now, I have it so I want to help people as many as I can."
"But you know it won't be easy, right?" Respons Eljiah dengan senyuman tulus kepada Anna. Senyum yang sangat jarang diperlihatkan kepada siapa pun.
He knows that this woman has a big heart to help people. She meant what she said.
"I know."
***
*Perasaan takut ketika berada ketinggian. Biasanya dialami saat melakukan penerbangan dan sering kali penyakit ini disertai takut terbang (aviatofobia). Seseorang yang memiliki penyakit ini mengalami berbagai gejala, mulai dari ringan sampe berat. Seperti mual, pusing bahkan ada yang kejang-kejang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVONDEN (COMPLETED on KaryaKarsa)
Ficción General[HANYA TERSEDIA 11 CHAPTER. SISANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA] "The entire universe conspired to help me find you." Sebelum bertemu dengan wanita itu, si perfeksionis Elijah William Macbain sudah sangat siap menghabiskan sisa hidupnya sendirian. An...