Deel 10 - Haar Leven (1)

1K 122 1
                                    

Evans Politova Sumampow, setiap kali pulang ke Indonesia, akan memaksa adik satu-satunya untuk menyisihkan waktu baginya. Jarang bertemu membuatnya menuntut banyak hal dari sang adik.

Kali ini ia memaksa untuk ditemani makan malam di luar. Manusia extrovert ini senang menghabiskan waktunya ditempat ramai.

Anna yang sangat merindukan kasur setelah operasi 13 jam yang menguras tenaganya, sangat terpaksa harus menemani kakaknya itu.

"Why me? Kak, aku tuh baru habis operasi. 13 jam, for God's sake! Nggak kasian apa? Cari pacar sana!"

Sambil merangkul pinggang adiknya yang mengeluh, Evans terkekeh sambil bertaka, "Because I love you, Dik."

10 tahun perbedaan usia keduanya membuat paras mereka tidak terlalu mirip. Evans lebih mirip dengan ibunya, campuran Jepang-Jerman, sementara Anna lebih kearah perpaduan kedua orang tuanya. Tidak heran banyak kolega yang jika baru pertama kalo bertemu dengan Anna akan mengira wanita itu pacarnya atau tunangannya.

"I hate you," balas Anna cemberut sambil berusaha melepaskan rangkulan kakaknya dan berjalan cepat ke meja yang ditunjukan oleh pramusaji. Evans hanya merespon dengan terkekeh.

"Should we greet her, Pop?" Tanya Sean setelah mereka semua melepaskan pandangan mereka sesaat setelah Anna dan Evans duduk. Sebagai yang tertua, pria itu merasa ingin menyapa dan mungkin mengucapkan terima kasih atas bantuan Annam.

"Not now, Son. She's on her date right now." Kata Andrew yang sudah dikelilingi oleh kedua cucu-cucunya yang mencoba mengajarkan pria itu bermain PSP.

Keluarga Macbain melanjutkan makan mereka, kecuali Elijah yang masih memandangi Anna.

Gurat lelah Anna ada disana, diwajah wanita itu. Entah siapa pria di depan wanitanya, sudah pasti ia tidak mengerti kondisi Anna yang terlihat sangat butuh istirahat.

"Mau pesen apa?" Kata Evans sambil melihat menu yang ada.

Sementara Anna sudah meletakan kepalanya di meja, menoleh kiri. Mata wanita abu-abu wanita itu beradu dengan 2 mata biru milik seorang pria yang sangat ia kenali. Walaupun berjarak beberapa meja, Anna sangat mengenali pemiliknya.

Elijah William Macbain. Kenapa bisa bertemu pria itu disini?

Anna yang pertama memutuskan pandangan mereka untuk menjawab kakaknya.

"Samain aja. Cape mikir. Mau pulang aja, mau bobo."

"Sorry, An. Habis makan kita langsung pulang, ok?"

Hanya dibalas anggukan oleh Anna.

***

Tepat pukul 21.00 WIB, Kaleen dan Michael serta Benedict memutuskan untuk pulang. Tidak lama setelahnya, Sean, Renita dan Christopher menyusul bersama dengan Andrew dan Riana. Sementara Elijah memilih untuk stay dan melanjutkan minum di bar section disana.

"You're going to stay, Dek? We'll go ya," pamit Sean kepada Elijah sambil menepuk bahu adiknya itu.

"Thanks Mom and Pop for having me. I love you." Bisik Elijah kepada kedua orang tuanya sambil mencium pipi keduanya ketika memeluk mereka.

"Thanks to you too, Son."

Elijah berpindah duduk di bagian bar, memesan red wine.

Anna, wanita itu, masih disini. Dari posisinya, Elijah bisa melihat Anna dengan sangat jelas.

Ada rasa tidak suka dalam dirinya melihat wanita itu memberikan ekspresi-ekspresi baru kepada pria di depannya itu. Cemberut, menggerutu, pandangan sinis, dan tawanya.

Elijah tahu betul perasaan apa yang ia rasakan saat ini. Perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan. Perasaan yang ia tolak untuk menjaganya tetap rasional.

Sangat menganggu, pikir Elijah. Pria itu meneguk minumnya, lalu membayar dan beranjak keluar -pulang.

***

GEVONDEN (COMPLETED on KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang