Epilogue #1

508 35 1
                                    


Warning: Typos are everywhere. Thanks for all your support!

***

"Hi!"

Elijah menurunkan jendela bagian kiri di mobilnya untuk menyapa satu-satunya pemilik hatinya saat ini. Tidak lupa pria itu juga memberikan senyum terbaik menyambut wanita ketika ia telah membuka pintu dan duduk tepat di samping kirinya.

"Hi! Loh, mana Rick, katanya tadi ikut nebeng?"

"Ini gue!"

Anna terkejut di kursi penumpang bagian depan karena Richard yang ada di belakang sejak tadi memunculkan dirinya. Pria itu bersama dengan Elijah baru saja landing dari Singapore dan langsung menuju ke rumah sakit tempat Anna bekerja. Seperti biasanya, Elijah membawa Range Over putih kesayangannya yang lagi-lagi diinapkan di parkiran bandara. Jangan tanya berapa total biaya parkirnya, sudah pasti selangit.

"Astaga! Kaget gue!"

Keduanya lalu tertawa, sementara Elijah di kursi kemudi cemberut. Richard menjadi orang pertama yang menyadari langsung bertanya, "Kenapa lo bro?"

"Nggak," jawab Elijah sini. "Dih, sensi amat jadi orang."

"Kenapa, El?" Anna ikut bertanya kepada Elijah. Tapi pria itu hanya menggelengkan kepala. Richard yang melihat hal itu langsung sewot menegur rekan kerjanya itu, "Heh, jawab yang bener itu ditanyain bini. Tar lo ga dapet jatah, tahu rasa lo."

Yap, benar. Setelah keduanya saling bertemu orang tua masing-masing, semesta sepertinya telah menyetujui semuanya. Bagaimana tidak, Tommy dan Andrew ternyata saling mengenal dalam beberapa acara karena pekerjaan. Sehingga kedua pria itu sudah sangat tahu bebet-bobot masing-masing, begitupun dengan istri-istri keduanya.

Dengan dukungan keluarga yang luar biasa dari kedua belah pihak, enam bulan kemudian sejak itu Elijah dan Anna menikah. Bukan pernikahan yang megah untuk ukuran orang seperti mereka, namun sangat intim karena hanya mengundang kerabat dan teman dekat. Pernikahan impian dari Elijah serta Anna.

"Kenapa, hm?" Sekali lagi Anna bertanya, kali ini dengan nada yang lebih membujuk karena wanita itu tahu suaminya ini merajuk. Entah apa alasannya.

"Kamu."

"Aku kenapa?" Walaupun cukup bingung dengan jawaban pria itu, Anna kembali bertanya lagi dengan sabar seperti menghadapi pasien anak kecil yang perlu dipancing untuk berbicara.

"Bukannya nanya kabar aku, malah nanyain si monyet di belakang."

"Ya Allah, Bapak Elijah! Posesif mampus dah!" Protes dari Richard mengalun di dalam mobil itu. "Diem nggak lu atau gue turunin di pinggir jalan?" Elijah berbalik memandang Richard dan memberikan tatapan mematikan pada pria itu.

"Ampun paduka," cicit Richard yang tidak mau mencari masalah lagi dengan pria yang sedang merajuk ini. Dia perlu pulang tanpa menyetir dan naik taksi karena dia perlu berbicara dengan Anna tentang sesuatu. Jadi, biarlah kali ini ia mengalah dengan kondisi ini daripada harus turun di tengah jalan.

"Oalah, sorry, baby," kata Anna pelan menyadari kesalahannya dimana dan kenapa pria ini menjadi kesal kepadanya. Elijah membuang mukanya malu. Belakangan ini dia menjadi lebih sensitif ketika Anna tidak memberikan perhatian kepadanya.

"Hi, hi, look at me." Anna memegang tangan pria itu, lalu mengelusnya pelan dengan kedua tangan miliknya sampai Elijah tidak lagi memalingkan mukanya dan memandang pada wanita itu.

"Sorry ya, aku bertanya soal Rick karena aku pikir dia kamu turunin lagi di jalanan kayak waktu itu." Ia sedikit meringis mengingat perbuatan tega Elijah pada Rick beberapa minggu lalu ketika pria itu pergi bermain golf berdua yang menurut Rick hanya karena pria itu memuji Anna cantik.

Elijah menghela nafasnya. Otak pintarnya telah mengirimkan sinyal bahwa ia memang bertingkah keterlaluan saat ini. Merajuk tidak jelas, marah ke Anna dan Rick dengan alasan yang sangat sepele sebenarnya.

"Sorry, I was wrong too."

"Sorry, Rick," katanya juga pada Rick di belakang yang langsung dibalas pria itu, "No problem bro, jangan diulangi lagi aja."

Anna dari kursinya menatap Rick dengan memperingati agar tidak menjawab omongan Elijah, karena pria itu bisa saja tiba-tiba marah lagi. Beberapa minggu ini moodnya memang sangat tidak bisa dikontrol dan ditebak orang sekitarnya.

"It's okay, mau dipeluk?"

Elijah tidak menjawab tapi sudah langsung memeluk Anna dengan cukup erat untuk posisi mereka di mobil saat ini. "Maafin marah-marah mulu," katanya mengusap puncak kepala milik wanita di pelukannya itu.

"Iya, nggak apa-apa. Jangan sering-sering ya."

"Punten, guys, gue masih disini. Tolonglah berbaik hati sama jomblo ini."

Anna tertawa geli dipelukan Elijah mendengar hal itu, sementara pria itu menatap Rick dengan sombong. Lalu ia bertanya, "Lo sama Kelvin udah sampe mana? Jangan bilang masih pdkt-an."
"Anjing! Lo tahu dari babi?!"

Satu-satunya orang yang Rick beritahu soal orientasi seksualnya adalah Anna. Tidak ada tujuan lain selain karena ia tertarik dengan Kelvin. Gay-dar atau gay radar-nya mengatakan Kelvin juga memiliki orientasi yang sama dengan dirinya ketika pertama kali mereka berpapasan di pernikahan Elijah dan Anna. Tapi, ia nggak seyakin itu dan untuk memastikannya Rick bertanya kepada Anna.

Pelukan Anna dan Elijah sudah terlepas sejak pria itu berteriak dan bereaksi sangat kaget. "Gue nggak cepu ya," kata Anna pada Rick karena tahu isi pikiran pria itu. Anna juga tahu bahwa Rick tidak pernah mengatakan kepada Elijah soal orientasi seksualnya.

"Lo tahu dari mana onta?" Rick masih menuntut jawab dari Elijah. "Lo masih nanya gue tahu darimana? Seriously?"

"Eh, sebentar. Sebelum lo lanjut, mending lo nyalain ini mobil dan kita jalan pulang. Belakang gue udah pegel banget sumpah."

"Si monyet," Elijah mendecih padanya. Anna tertawa melihat interaksi kedua pria dewasa itu. Terlalu lucu untuk dilewatkan.

Lalu Rick kembali bertanya kepada Elijah, ketika mobil mereka telah melewati portal untuk membayar parkir, "Now, tell you. How did you know? I never told you and Anna said she never told you, then who the hell did?"

"Do you remember the last time you said that you've had hepatitis A? If you don't remember, let me tell you about the time you said that I just knew about it. Though the truth rate was only 80%."

"How?"

"Sehari sebelumnya, gue baca berita soal outbreak hepatitis A sama gay and bisex men. That's it. Nggak mungkinlah orang OCD kayak lo bisa tiba-tiba dapat hepatitis A dari makanan jorok, kalau bukan rimming."

"Wow! Lo anaknya riset banget ya," kata Rick sambil bertepuk tangan heboh di belakang. "Jadi gimana sama Kelvin?" Elijah bertanya kembali karena pria itu belum menjawab pertanyaannya.

"Lumayan keraslah anaknya, lagi pelan-pelan gue taklukin." Cukup sulit menaklukan Kelvin yang sudah terbiasa sendiri. Beberapa kali keduanya sudah berakhir di tempat tidur, tapi hanya itu saja. Kelvin tidak menginginkan lebih, sementara Rick ngebet sekali untuk menjadikan hubungan mereka lebih serius.

"Good luck deh ya. Karena dari yang gue liat dia udah terlalu independent emotionally, so it won't be easy, bro."

"Yap, thank you, El." Setelah menjawab Elijah, Rick baru menyadari bahwa sejak tadi Anna tidak lagi bersuara. "Eh, bini lo udah tepar ya?"

Elijah melirik pada kursi di sampingnya hanya untuk mendapati Anna yang entah sejak kapan telah tertidur pulas. Seperti biasanya ketika wanita itu selesai shift malam. "Seperti biasa," jawabnya dengan senyuman.

"You should be happy, bro."

"Jelaslah. Lo juga sekalipun harus pindah negara."

"Lihat nantilah soal itu. Gue berjuang dulu biar dari FWB bisa naik pangkat jadi pacar," kata Rick yang membuat keduanya tertawa pelan agar tidak mengganggu Anna yang sedang tidur.

***

Epilogue #2 udah bisa kalian baca di karyakarsa.com ya! Thank you for your support, xoxo.

GEVONDEN (COMPLETED on KaryaKarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang