Tak Nyaman

6 2 1
                                    


Sore itu suasana di rumah Delia ramai oleh kedua buah hatinya yang lagi bermain berlari-lari disamping rumahnya terlihat Delia memperhatikan kedua buah hatinya, terlihat wajahnya sedih, pandangannya jauh menerawang.

Delia terlihat khawatir dan ketakutan ia merasa perannya sebagai istri dan ibu bagi kedua buah hatinya telah dijalankan dengan baik seperti pagi tadi sebelum berangkat sekolah ia sudah menyiapkan segala keperluan anak-anaknya dan suami, juga ketika mereka pulang segalanya sudah ia jalankan dengan baik.

Delia merasakan sedih dan curiga suaminya beberapa kali pulang telat ke rumah dan tidak mengkhabarkannya padanya, semenjak pulang dari pelatihan di luar kota Malik terlihat berubah.

“ Kenapa Mas selalu tak jawab pesan-pesanku aku telponpun tidak Mas angkat,” Delia mengungkapkan kekesalannya. Untung di ruangan itu anak-anak tidak mendengarkan suara keras Delia karena ia sudah kesal dengan sikap suaminya.

“Jawab Mas kenapa pesanku tidak kamu balas?”

“Aku membalas pesan dan mengangkat telponmu , kamu tidak ingat ya?”

“Akhir-akhir ini aku banyak kerjaan di kantor banyak pelatihan yang harus diikuti Dek”

“Maafkan aku”

“Toh nanti kita ketemu kalau sudah di rumah,” tambahnya

Delia diam amarahnya reda ternyata suaminya sibuk pekerjaan di kantor. Sehingga ia selalu mengabaikan telpon dan pesan di hpnya.

Delia menuju kamarnya yang telihat rapi dan bernuansa putih bersih disamping di tempat tidur terdapat lemari kaca di situ tempat ia selalu bercermin terkadang berbicara sendiri mendapati matanya yang sembab karena tangis yang ia pendam sendiri.

Bermain perasaan sendiri sampai suatu hari ia melihat gelagat Malik yang aneh, gawainya kini sering disembunyikan.

sore ini Delia mengajak Malik untuk menemaninya  mencari kebutuhan makanan, biasa setok bulanan. Dengan sigap malik mau mengantarkan Delia untuk belanja. Malik megeluarkan mobil dari garasi samping rumahnya.

Mereka mengendari mobil bersama anak-anak, di mobil anak-anak selalu ceria mereka tertawa-tawa bila melihat ada yang lucu di ruas jalan, seperti melihat badut-badut yang lucu sambil membunyikan musik lagu anak-anak.

Dan mereka juga akan berempati bila ada pengemis di pingir jalan, meminta dengan cekatan mereka yang buru-buru minta uang pada ibunya untuk diberikan pada pengemis tersebut.

Ini semua didikan Malik dan Delia untuk menumbuhkan rasa empati pada sesama.
Sampailah di tempat perbelajaan “ aku jagain anak-anak ya, ibu yang belanja nanti kalau udah panggil aja ,”
Tiba-tiba hp Malik berbunyi Delia melirik terlihat Malik menjauh mengangkat telpon tersebut membuat Delia curiga melihat gelagat Malik.
Delia masih terlihat diam, ia tak tahu apa yang ada dalam pikirannya ada perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan perasaan terhadap suaminya. Sambil memilih-milih belajaan untuk setok bulanan ia tetap memikirkan suaminya.

Ia lihat suaminya masih bertelponan dengan seseorang, Delia tidak tahu siapa orang itu, tapi ia mencoba untuk memperbaiki hatinya.ia mencoba mengendalikan diri berusaha baik-baik saja.

“Mas sudah aku  belanjanya”, tegur Delia

Malik terlihat terkejut tiba-tiba Delia sudah hadir disampingnya, ia berdoa semoga Delia tidak mendengar percakapannya dengan wanita telponnya.

“ O ya sudah ya.. ayo kita pulang”
Malik terlihat ramah dan baik terhadap Delia mungkin ia merasa bersalah karena sudah menerima telpon dari wanita lain. 

Namun sebagai istri dia yakin ada sesuatu dengan suaminya sebab ini hal yang tak biasa tiba-tiba Mas Malik menyembunyikan hp bila lagi kekamar mandi “Aneh” pikir Delia.
Sampai suatu hari Malik lupa dengan hp nya tanpa sengaja Delia membaca pesan hijau di gawai suaminya, pesan dari seorang perempuan.

[Assalamualaikum, pak guru lagi apa]

[lagi di kantor]

[nanti kita temuan ya di kantin]

Delia tak segaja membaca pesan di wa Malik. Delia melihat tertulis nama Sinta di gawai suaminya.

Kenapa ia jadi marah cemburu ya, Delia gak rela kalau ada yang ajak-ajak suaminya ke kantin segala.

Setelah suaminya keluar dari kamar mandi Delia mengklarifikasi” siapa Sinta Mas”

“Teman kantor dek”

“O.. yang waktu itu Mas ketemu di taman sama anak-anak yang diceritakan oleh Rio”

“Iya”

“Lalu kenapa ngajak kekantin segala dengan Mas “

Malik terkejut kok Delia tahu, ia cepat-cepat member alasan

“O… kebetulan waktu itu Sinta Ultha terus kita semua di tawarin makan di kantin gak Cuma aku kok kawan-kawan lain juga diajak”

Tapi Delia tidak percaya  ia menuduh malik main hati dengan Sinta dan  Malik sering merespon tidak  ramah saat diajak bicara. Sehingga Delia Kerap bertengkar dengan Malik.

Malik merasa tidak nyaman dengan Delia karena sering menuduhnya ada hati pada perempuan lain. Pada hal ia selalu berusah baik dengan Delia.

Tapi Delia selalu curiga dan menuduh yang bukan-bukan. Di kantor Malik duduk di kursi ruang duduknya tampak wajahnya tak seperti biasanya ia terlihat suntuk sambil menghirup kopi, tak jauh dari tempat duduknya tampak Sinta rekan sekantornya yang terlihat cantik dan anggun duduk di kursinya.

DELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang