5.TAKUT

69.6K 6.6K 492
                                    

Mansion keluarga Bhalendra, pukul 6.25 pagi.

Remaja laki-laki bertubuh mungil bernama Biru, masih nyaman dalam tidur nyenyak nya. Udara dingin pagi ini membuatnya semakin menelusup masuk kedalam selimut tebalnya.

Ceklek

Seorang pemuda masuk kedalam kamar Biru. Galaksi, Abang kedua Biru berjalan memasuki kamar besar itu. Ia membuka gorden terlebih dahulu, agar cahaya matahari pagi masuk kedalam kamar adik bungsunya.

Ia menggelengkan kepala heran melihat Biru yang tak terusik sedikitpun, walau cahaya matahari sudah mengenai sepenuhnya wajah dengan pipi berisinya itu.

Ia duduk disamping ranjang adiknya. Sesaat ia hanya memandangi wajah itu. Ia menggigit pipi bagian dalamnya gemas. Wajah Biru jauh lebih menggemaskan saat sedang tidur begini. Bibirnya sedikit terbuka dengan pipi tergencet bantal.

"Biru, bangun dek. Sudah pagi," ujar Galaksi sembari menoel noel pipi gembil adiknya.

"Enghh siapa sih bajing! Jangan ganggu gua anjing!" racau Biru tak sadar.

Galaksi mengeraskan rahangnya. Semalam anak ini sudah diperingati, tapi sepertinya Biru tak mengindahkan peringatan dari kakak pertamanya, Aldar.

"Bangun, Biru!" Suara Galaksi berubah tegas dengan wajah yang kembali datar. Ia tak suka dengan gaya bicara adiknya ini.

Biru membuka matanya perlahan. Nertanya langsung membulat saat melihat salah satu pawangnya duduk disebelahnya dengan raut wajah tak bersahabat.

"Abang? Kenapa disini?" tanyanya dengan suara kecil. Melihat wajah dingin abang keduanya ini, ia jadi sedikit merasa takut.

"Apa kau tak merasa telah membuat kesalahan?" tanya Galaksi mendekatkan wajahnya ke arah Biru.

Biru menggelengkan kepala ribut. Perasaan dari tadi ia hanya tidur saja. Bahkan ia tak membuat ulah sedikitpun.

"Emang salah, kalo gu-Biru tidur?" Biru balik bertanya. Ah, sangat sulit jika ia harus memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Biru'.

"Tidak, bukan itu. Apa kau tak ingat bahwa kau baru saja mengumpati abangmu, hm?" Galaksi mengusap pipi adiknya lembut, namun di detik berikutnya, ia mencengkram kuat kedua sisi wajah Biru.

Biru meringis. Ia tak tau apa yang baru saja abangnya ini katakan. Ia tak tau apa-apa, ia tak pernah merasa bahwa tadi ia mengumpat. Tapi memang sih, mulutnya sering spontan mengeluarkan kata-kata kasar.

Tapi kenapa iblis satu ini begitu kasar? Ia akan melawan kali ini.

"Sakit babi! Emang kenapa kalau gue ngumpat? Siapa suruh lu gangguin gue!" sarkas Biru mencoba tak takut.

Galaksi semakin emosi. Ia hampir sama dengan Aldar, emosinya mudah terpancing walau itu hanyalah hal biasa. Ia semakin mengeratkan cengkeramannya di wajah Biru.

Ia tersenyum kecil. "Adik kecilku sungguh berani rupanya."

Biru kesakitan. Sepertinya ia salah mengambil langkah untuk melawan Galaksi dengan mengeluarkan kata-kata mutiara nya.

Tangan kecilnya berusaha untuk melepaskan tangan besar Galaksi dari sisi wajahnya. "A-Abang, sakit...." Biru merintih.

"Sakit? Kau ingin lebih?" tanya Galaksi dengan suara berat.

Biru Aldaren [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang