26.BAHAGIANYA BIRU

39.8K 4.5K 558
                                    

Ini kenapa pada bilang Biru akting trauma sih?😭 Itu beneran weii cuma anaknya pinter manfaatin situasi:)

-🐊🦋-

"Ini apaan sih?!"

Elard dan semua abang Biru hanya diam tak menjawab. Mereka semua duduk mengelilingi Biru yang kini tengah merenggut kesal.

Bagaimana tidak? Ini semua jauh dari ekspektasi Biru. Ia pikir Elard akan memenuhi permintaannya kali ini karena merasa bersalah sudah membuat traumanya kambuh. Nyatanya, itu semua hanya menjadi angan-angan semata saja.

"Ini bukan sate! Ini namanya tusuk sate. Papa mau ngasih Biru makan lidi?!" semprot Biru menggebu menunjuk-nunjuk lima puluh biji tusuk sate yang disusun rapi. Hanya lidi, satenya transparan.

"Ini juga! Ngapa cuman bungkusnya? Isinya mana?" Biru mengangkat bungkus mie pedas yang kosong tak berisi.

Elard tersenyum miring. Ia mengusak rambut bungsunya kemudian berkata, "Kau pikir Papa akan memberikan semua permintaanmu boy?"

Biru mendelik. "Ya kan Papa sendiri yang bilang nurutin apa aja mau Biru. Pembohong banget sih!" desis Biru.

Rasanya ia ingin menangis lagi sekarang. Padahal tadi ia sudah membayangkan semua pesanannya masuk kedalam mulutnya. Demi apapun Biru sangat rindu makanan-makanan yang dulu sering ia konsumsi itu.

"Papa tidak sebodoh itu Biru."

"Siapa bilang? Papa bodoh." Biru melipat kedua tangannya didada dengan wajah tertekuk.

"Oh, bodoh ya?" gumam Elard diiringi tawa kecil yang berhasil membuat Biru bergidik.

Biru beringsut mendekati Aldar yang duduk tepat disampingnya. Tubuh keduanya kini merapat seiring dengan bergesernya Biru.

"Takut?" Aldar merangkul Biru.

Biru melingkarkan tangannya memeluk pinggang Aldar. Anak itu mendongak menatap Aldar dengan bibir mengerucut. "Papa serem kaya setan," bisik Biru dan masih bisa didengar oleh Elard dan yang lain.

"Apa katamu? Setan?" ulang Elard.

'Jelas-jelas lo setan. Pake nanya lagi!' Batin Biru kesal.

Biru berdehem sebentar kemudian kembali menatap Elard tajam. "Gak usah ajak Biru bicara. Kita kemusuhan!"

Elard tak perduli. Ia malah duduk disamping kiri Biru kemudian memaksa Biru agar segera melepaskan pelukannya pada Aldar.

"Ih apaan sih? Jauh-jauh sana. Sok kenal!" sarkas Biru memutar bola matanya.

Elard dan putra-putranya melayangkan tawa. Mengapa Biru bisa se-menggemaskan ini?

Tenaga Biru tentu kalah dari Elard. Belum lagi kondisi fisik Biru yang belum membaik sepenuhnya. Ia pasrah saja saat Elard kembali mengangkatnya hingga berakhir duduk dipangkuan Elard.

Pipi Biru tergencet dada Elard karena Papanya itu memeluknya erat saking gemasnya. Anak itu hanya bisa melayangkan tatapan sok garangnya walaupun itu tak berarti apa-apa.

Elard mengecup kening Biru lama. Ia mengusap pipi berisi Biru penuh sayang. Tak dipungkiri bahwa ia masih teringat kejadian tadi siang dimana ia membentak Biru hingga luka lama bungsunya itu terbuka lagi.

"Maaf," ujar Elard hampir berbisik.

Biru mendongak menatap Papanya. Elard tengah tersenyum namun raut tegas Papanya itu terlihat sendu. Biru tersenyum lalu memeluk leher Elard.

"Biru gakpapa, Papa gak salah. Jangan masang muka kaya gitu, Biru gak suka. Biru sayang sama Papa," kata Biru tulus sembari mendaratkan kecupan singkat di pipi kiri Elard.

Biru Aldaren [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang