Satria bersama anggota Eagle tengah membolos jam pelajaran di atap sekolah. Di sana ada beberapa bangku dan meja yang memang di letakkan di sana karena tidak digunakan.
Satria duduk di bangku panjang sambil menumpukan kedua tangan di meja, memperlihatkan gelang buatan Aurel dan Ara yang berada di tangan sebelah kiri. Gelang itu mampu menarik perhatian anak Eagle terutama Dion yang duduk di sebelah Satria.
"lo nyuri tu gelang dari mana?" tanya Dion yang pandangannya belum lepas dari dua gelang yang bertengger di lengan Satria.
Satria menoleh ke samping "nyuri punya bapak lo! Ya enggaklah! Gue di kasih sama pacar gue! Gimana? Iri nggak lo?"
Dion menyesal karena sudah bertanya, jiwa jomblo karatannya terasa berdecit.
"nggak usah di umbar, lo kaga tau apa anggota Eagle pada jomblo semua!"
Satu botol plastik melayang mengenai kepala Dion dengan keras.
"nggak usah bawa-bawa Eagle" Bregas menatap tak suka pada Dion, sedangkan Dion hanya mengacungkan dua jari pertanda damai.
Satria merogoh saku celananya untuk mengeluarkan lima buah gelang yang ia ambil dari Ara lalu meletakkan satu di depan Dion.
"noh gelang dari Ara"
Dion menatap gelang itu dengan berbinar lalu mengambilnya, ternyata ada juga orang yang perhatian dengannya.
"demi apa? Ini dari Ara? Jangan-jangan Ara suka sama gue?" Dion tersenyum lebar sambil meneliti gelang itu.
Satria tidak menanggapi pertanyaan Dion yang entah ditanyakan pada siapa, ia memilih membagikan gelang itu pada yang lain. Satria memberikan gelang itu pada Bregas, Kenzo dan Gaga yang menjabat sebagai anggota inti Eagle.
Mereka semua tidak keberatan untuk menerima gelang dari orang yang bahkan belum mereka temui.
Kalau Satria mau memakai gelang itu, berarti orang itu dekat dengan Satria.
"nih" Satria menaruh gelang itu di atas perut Zidan yang tengah berbaring di atas meja.
Zidan sedari tadi mendengarkan pembicaraan Satria dan Dion, tangannya terkepal kesal mendengar bahwa Ara memberikan gelang pada Dion. Namun rasa kesal itu menghilang saat tau bahwa bukan Dion saja yang diberikan gelang oleh Ara.
Zidan mengangkat gelang itu di depan wajahnya membuat matahari menyinari gelang itu dari belakang.
"lo pada jaga gelang itu baik-baik, soalnya Ara sendiri yang buat itu gelang!"
Bibir Zidan sontak tertarik ke atas, membayangkan tangan kecil itu tengah berkutat dengan pernak-pernik monte. Pasti lucu,tapi sayang sekali Zidan tidak bisa menyaksikkannya.
"yah gue kira gue doang yang di kasih" walaupun kesal Dion tetap mau memakai gelang itu.
Zidan melemparkan tatapan tajam pada Dion.
"saingan lo si bos"
Mendengar kata 'bos', Dion langsung melirik ke arah Zidan dan sontak tatapan mereka bertemu. Dion yang tak mau mengusik macan tidur itupun membuang pandangan ke arah lain seolah tak ada hal apapun yang terjadi. Bahaya jika macan itu bangun dan mengamuk.
---
Ara, Aurel dan Kris baru saja memasuki kantin sambil membawa dua kotak makan berukuran sedang di tangan Ara. Mereka menuju ke salah satu meja kantin yang masih kosong lalu duduk di sana.
"kalian inget sama apa yang gue bilang tadikan?" tanya Ara sambil memberikan kode pada mereka berdua.
"siap laksanakan!" Aurel memberi hormat pada Ara yang dibalas Ara tak kalah semangat.
"gue tinggal pesen makanan" Kris pergi meninggalkan dua makhluk yang siap untuk menjalankan misi.
Ara pergi ke meja yang di tempati oleh Rendra sambil membawa satu kotak makan berwarna biru. Setibanya ia di sana, Ara meletakkan kotak itu di depan Rendra membuat semua orang yang ada di sana menatapnya.
"apa?" tanya Rendra sambil menatap Ara yang sedari tadi tidak bersuara.
"makan"
Rendra menatap kotak itu dan Ara secara bergantian.
"bekel dari mamah"
Ara kembali ketempatnya dengan mulut yang ia tahan mati-matian supaya tidak tertarik ke atas.
Sedangkan Aurel diam-diam mengarahkan kamera HPnya pada meja Rendra dkk.
Rendra membuka kotak bekal itu dengan perlahan khawatir jika isi dari kotak itu sesuatu yang mengerikan. Perlahan namun pasti kotak itu mulai terbuka menampilkan nastar coklat yang berdiameter 5cm.
Rendra menghela nafasnya lega, ia kira isinya itu si gumpalan hijau yang iiiihhhh bikin sekejur tubuh Rendra merinding.
"nih kalau mau ambil aja" Rendra mengambil satu nastar dan memakannya lalu menggeser kotak bekal itu ke tengah meja.
Melihat Rendra yang masih sehat lahir batin tanpa ada tanda-tanda keracunan, merekapun ikut memakan nastar yang dibawakan oleh Ara.
"nyokap lo pinter masak ya dra!" puji Bayu setelah menggigit nastar coklat hingga setengah.
"udah, lo suruh bonyok lo buka cafe nanti gue bakal jadi pelanggan pertama tapi gratis ya" ucap Angga yang langsung dijitak oleh Langit.
Rendra hanya terkekeh, masakan Reta memang sangat enak tak heran jika mereka menyukainya. Rendra mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk, dan tatapannya langsung tertuju padanya.
"heh muka lo kenapa?"
Orang itu hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.
"ANJJIR APAAN NIH!!" Daniel berteriak kemudian menggambil tisu untuk melepehkan nastar yang ada di mulutnya.
Ara?.
Ia tengah memukul pundak Aurel untuk menyalurkan rasa senangnya, senang karena berhasil mengerjai anak orang. Hp yang di pegang Aurel pun sedari tadi sudah bergetar karena orang yang memegang ponsel itu tengah menagan tawa. Lagian salah mereka sendiri karena sudah membuat kekasih tercintanya babak belur, jadi Aurel mendukung rencana jahil Ara.
Kris duduk sambil menyantap makanannya, tidak peduli dengan dua temannya yang mencoba membangunkan anjing yang tengah tertidur.
******
Hay kawan!
Mana suaranyaaaa...
Asek.
Kasih target vote nggak nih? Kasih aja lah kan aku baek orangnya awkwkw.
Oke epribadeh, aku up lagi nanti kalau udah sampe 200 vote. Lebih banyak lebih baik.
Papay....
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Antagonis Ara (END)
Fantasy"maaf maaf nih, gue nggak ada harga diri karena emang nggak niat buat jualan!" ____ Galang mengelus rambut Salsa dengan lembut. "NGELUS ANJING BANG" **** KARYA MURNI BIKIN SENDIRI NGGAK COPY PASTE KARYA ORANG LAIN KALAU ADA NAMA TOKOH, KEJADIAN YANG...