Jangan lupa follow akun author ya
Wajib vote oke!
Btw, typo tandain kawan.
_________________________________________Gaga dan Ara tengah menelusuri jalan yang ada di depannya hingga mereka tiba di taman kota, letak taman kota memang tidak jauh dari komplek perumahan, mungkin itu bisa dibuat alasan mengapa banyak pedagang yang berbaris di depan perumahan Aurel. Mereka berdua menelusuri jalan sambil memakan permen yang telah dibeli tadi.
"permen gue dalemnya kopong gini punya lo ada isinya gak?" tanya Ara
"ada"
"hah kok bisa coba liat"
Gaga menunjukkan permen yang kondisinya tak jauh berbeda dengan milik Ara.
"udara" Gaga terkekeh pelan setelah mengatakan itu.
Waow sejak kapan bayi kecilnya ini berani untuk menjailinya, Ara mengigit permen milik Gaga sebagai balasan karena sudah mengerjainya.
"itu kan punya gue kok lo makan si?" Gaga menatap nanar permen yang sudah tinggal sedikit karena ulah Ara.
"nih makan punya Ara aja, punya Gaga siniin kita tukaran permen" Ara mengambil permen milik Gaga yang tengah ia genggam lalu memberikan miliknya ke Gaga.
"kok lo baik sama gue?" tanya Gaga lalu menggigit kecil permen baru miliknya, walaupun itu permen bekas gigitan Ara, entah kenapa Gaga tak merasakan jijik sedikitpun.
"ututu kakak kan emang harus baik ke adeknya" kata Ara kemudian ia berjinjit untuk mengelus ujung kepala Gaga dengan lembut.
"kan Gaga lebih tua dari pada Ara, kenapa Gaga yang jadi adeknya?eh!" tanpa sadar Gaga mengikuti gaya panggilan Ara.
"karena Gaga lebih imut dibandingkan Ara, jadi Gaga adeknya Ara kakaknya oke?"
"gak ada cowok yang suka dipanggil imut ra" jujur saja Gaga sedikit kesal, jelas jelas Ara itu sangat imut dan lucu dibandingkan dengan dirinya.
"sayang" kata Ara
"h-ha?"
"cowok sukanya dipanggil sayangkan?"
Tanpa sadar Gaga mengangguk tipis dengan mata yang tak pernah lepas dari Ara.
---
Hari senin telah tiba, hari dimana para pelajar kembali masuk sekolah untuk menuntut ilmu. Mengenai tiga sejoli yang tengah berjalan beriringan di koridor, tentu saja karena mereka berangkat bersama. Sudah sehari dua malam mereka tinggal di rumah Aurel tanpa pulang kerumah dan langsung berangkat ke sekolah.
"serius, gue kemarin di tiban sama kakinya si Ara tu, mana nibannya diperut gue lagi kan sesek" kata Aurel jujur.
"elah kemarin tangan lo aja ada di muka gue sampe gue gak bisa nafas" Ara membalas ejekan dari Aurel.
"gue yang jatuh dari kasur aja gak se heboh kalian, nih pinggang gue encok gara-gara lo pada" keluh Kris karena kemarin malam kedua sahabatnya itu tengah tidur seperti kincir angin.
Aurel dan Ara hanya menyengir tanpa dosa kepasa Kris, mereka berdua sebenarnya tau kalau tadi malam Kris jatuh dari kasur. Suara dentuman yang dihasilkan dari tubuh Kris yang menghantam lantai itu sangat keras, mungkin karena suasana yang hening dentuman itu terdengar sangat jelas hingga membangunkan dua kincir angin dari tidur nyenyaknya. Memang pada dasarnya mereka itu sahabat laknat, bukannya menolong kris yang terjatuh dari kasur mereka malah melanjutkan tidurnya lagi.
"gue gak mau tau lo berdua harus tanggung jawab"
"ets gak bisa, kan yang nendang lo si Ara gue gak ikut ikutan" Aurel mengangkat kedua tanggannya diudara tanda bahawa ia lepas tangan dan tidak mau ambil tanggung jawab dari musibah yang menimpa Kris.
"eh gak bisa gitu dong, kalau kasur lo lebar pasti kaki gue gak bakalan nendang si Kris, lo sebagai tuan rumah harus tanggung jawab" Ara tak mau bertanggung jawab sendiri, pokoknya Aurel juga harus ikut bertanggung jawab.
"berani-beraninya lo nyalahin kasur gue, lo sendiri yang tadi malem ngehabisin tempat tau nggak, lo nggak lihat itu pipi gembul punya lo lebar banget ha?" Aurel meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"enak aja lo bilang gue ngehabisin tempat, pipi gue tu gak gembul ya! Ada masalah kali sama mata lo!"
"lo ngatain gue rabun? Lo bener-bener ya,awas!" Aurel menjambak rambut Ara karena sudah terlanjur kesal dengan tingkah sahabatnya yang satu itu, sedangkan Ara langsung membalas jambakan Aurel dengan tidak kalah bruntalnya.
Kris menghela nafas jengah dengan prilaku kekanak-kanakan sahabatnya itu, yang jadi korban disini itu Kris loh, ia hanya ingin minta tanggung jawab untuk menraktir ia makan di kantin tapi kenapa masalahnya menjadi rumit seperti ini. Dasar para sahabat durjana. Tidak, Kris tidak ada niatan untuk memisahkan mereka berdua, biarkan saja mereka bertarung seberti ayam. Kris mengatakan yang sejujurnya, lihatlah itu, rambut meraka sudah kusut berantakan seperti jengger ayam.
"lo pergi priksa mata sana dasar rabun!"
"lo yang harusnya diet, pipi gembul lo itu kaya bola basket"
"rel kereta berisik lo"
"apa! Rel kereta! Dasar titisan boboho!'
Tak lama kemudian tubuh mereka berdua saling menjauh dari satu sama lain. Mereka berdua sama-sama melayang untuk beberapa saat hingga cengkraman tangan mereka melemah karena kaget, kesempatan itulah yang bisa membuat mereka terpisah.
"Aaa lepasin gue, gue mau sumpel tu mulut lemes!" Ara meronta mencoba meloloskan diri dari dekapan seseorang yang berada di belakangnya.
"gue yang mau nyumpel mulut lo pake sepatu!"teriak Aurel tak kalah ganasnya.
"el-"
"BERISIK! Bisa diem gak!"
Suara tegas yang tidak mau dibantah itu berhasil menarik eksitensi para siswa disana termasuk mereka yang tengah bertengkar menghentikan pertengkaiannya. Kini pusat mereka berada diseorang laki-laki yang tadi menarik badan Ara dengan cara menarik pinggangnya.
Leleki itu tersenyum tipis melihat semua yang ada di sana menuruti akan apa yang diperintahkannya, terutama gadis yang sedang berada didekapannya ini. Sudah beberapa minggu belakangan dia telah berubah menjadi gadis pemberontak. Ya, harus Galang akui jika dia senang kalau gadis itu mau patuh dengannya.
"kita udah diam nih! Buruan lo mau ngomong apa?" sentak Ara saat orang yang dibelakangnya tak kunjung mengeluarkan suara hingga menciptakan suasana hening yang cukup lama.
"jangan bikin onar"
"tapi dia ngatain gue tembem!" Ara hendak maju untuk menggapai rambut Aurel lagi namun, lagi-lagi badannya ditarik kebelakang.
"lo emang tembem" ucap enteng Galang yang tengah menahan badan Ara supaya menjauh dari Aurel.
"noh dengerin, gue gak salah ngomong kan!" senang Aurel karena ada orang sependapat dengan dirinya.
Ara memutar kepalanya kebelakang dan, ia tersentak kaget karena orang sedari tadi memeluknya dari belakang itu ternyata Galang. Auuu-eh.
"ck lepasin gue gak!"
"ngak, nanti lo malah bikin onar! Berisik!" Galang harus menundukkan kepalanya untuk menatap kedua bola mata Ara.
"halah bilang aja ye kan lo suka peluk gue kan...gimana nyamankan? Lo sih tolol! MINGGIR!" dengan sekali hentakan Ara berhasil menyingkirkan tangan Galang yang tengah melingkar di pinggangnya.
"Bang Langit, tolong abang lepasin tu rel kereta,btw makasih ya" ucap Ara dengan sopan. Sedangkan Langit menanggapi dengan senyum yang ramah lalu melepaskan Aurel ke habitatnya.
"kalau gitu Ara pamit ya bang, ayo kawan!" pamit Ara kepada Langit lalu menyeret Aurel dengan cara menarik tas ransel ungu yang berada di punggung Aurel, Kris mengekori kedua temannya dengan tenang. Lihatlah penampilan kedua sahabatnya yang begitu berantakan, Kris tak habis pikir dengan mereka, seharusnya Krislah yang harus menjambak kedua rambut milik gadis itu.
Dan tanpa ada yang tau, Ara dan Aurel malah bertos ria dengan senyum yang mengembang. Gak jadi tanggung jawab ke Kris,yes.
_________
Spam next biar aku cepet up wkwkwk.
![](https://img.wattpad.com/cover/280607860-288-k833866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Antagonis Ara (END)
Fantasía"maaf maaf nih, gue nggak ada harga diri karena emang nggak niat buat jualan!" ____ Galang mengelus rambut Salsa dengan lembut. "NGELUS ANJING BANG" **** KARYA MURNI BIKIN SENDIRI NGGAK COPY PASTE KARYA ORANG LAIN KALAU ADA NAMA TOKOH, KEJADIAN YANG...