16

44.1K 5.8K 469
                                    


"VOTE 💜"

________________________




Ara dan Bagas sudah berdiam diri di taman belakang dalam waktu yang lama hingga mereka mendengar deru langkah dan suara bising yang tidak jelas saling bersautan hinga mampu menarik perhatian dua manusia itu. Mungkin itu adalah siswa dan siswi yang sudah membubarkan diri dari barisan pertanda bahwa upacara sudah usai.

"kayaknya upacara udah selesai, gue mau ke kantin dulu, Bagas mau ikut?"

"enggak, lo aja yang pergi ke kantin, gue masih ada urusan sama anggota PMR yang lain."

"Bagas nya Ara rajin banget ya jadi sayang" Ara mengelus rambut Bagas.

Oh! Tiba tiba Ara teringat akan sesuatu!.

"lo kenapa blokir nomer gue gas? Gue nggak mau tau lo harus buka tu blokiran sebelum gue hapus nomer lo!"

"ya gue kiranya lo cuma mau manfaatin gue doang jadi gue blokir lah!"

"temenkan emang harus saling memanfaatkan"

"iya nanti gue buka blokirannya deh puas!"

Setelah saling berpamitan mereka pergi ke tempat tujuan masing-masing, Ara pergi ke kantin dan Bagas pergi ke UKS. Kelihatan sekali ya mana anak rajin mana anak yang numpang hidup di sekolah, canda nggak usah bengek.

Ara menjalani hidup di dalam novel dengan sesuka hati, ia tidak menekan dirinya untuk berjuang dengan begitu keras. Ia mengapdikan dirinya hanya untuk dirinya. Jalan yang telah dibuat oleh sang penulis tak akan ia pedulikan, sejauh ini Ara sudah berhasil menjauhi alur cerita malahan ia berhasil merombak cerita itu. Ara yang dulunya kalem dan pendiam kini berubah menjadi gadis yang minim akhlak ditambah dirinya ini titisan buaya betina yang membuatnya semakin aktif.

Ara memasuki kantin yang sudah ramai oleh para siswa, setiap selesai upacara kantin selalu saja ramai oleh orang orang yang sedang kehausan. Ara mengedarkan pandangannya dan menemukan meja yang terisi oleh geng Hazard. Ara berlari menuju meja yang disinggahi oleh abangnya dengan memasang muka panik.

"BANG GAWAT BANG GAWAT!!"

Teriakan Ara mampu menarik semua perhatian penghuni kantin termasuk Aurel dan Kris yang tengah duduk di meja kantin bagian tengah.

Rendra yang melihat adiknya berlari dengan muka panik juga ikutan panik "Kenapa kenapa?"

Ara kini sudah berdiri di depan Rendra "bang gawat banget bang".

Rendra memegang kedua pundak Ara dengan khawatir "iya gawat kenapa?.

"Aku tadi pagi belum dicium" kata Ara dengan muka cengengesan, malu malu kucing.

Bibir Rendra sudah berkedut meminta untuk ditarik ke atas. Semua penghuni kantin yang mendengar perkataan Ara menggigit tangan mereka sendiri untuk menahan gemas dan kesal. Sejak kapan dua kakak beradik ini begitu uwu.

Daniel dan Bayu yang mendengar itu hanya bisa misuh misuh di tempat karena mereka sudah panik ternyata hanya preng, sisanya menelan bulat bulat makian yang akan keluar.

"Ara anak durhaka, gue tadi udah ketar-ketir tau taunya" Daniel mengelus dadanya.

"sialan emang, mana uwu banget lagi" Bayu menatap nanar pada dua pasang saudara itu, ia kan jadi pengen punya adik.

"waah temen gue emang antimenstrim" ucap Aurel di mejanya.

"mata gue nggak bisa ngeliat adegan uwu kaya gini" kata Kris.

Rendra mengapit pipi Ara dengan kedua tangannya membuat mulut Ara seperti mulut ikan, Rendra dibuat gemas segemas gemasnya dengan tingkah konyol adiknya.

Transmigrasi Antagonis Ara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang