Menuju London

469 52 4
                                    

Harry dan Nay duduk diam hampir satu jam lamanya. Kemarahan mereka telah mereda walaupun masih nampak jelas. Entah ke mana harus pergi malam-malam begini, mereka tak punya uang Muggle sepeser pun. Hanya ada beberapa keping Galleon di dalam saku masing-masing.

Nay menatap nanar tongkat sihirnya, sebuah ide gila terbesit dalam kepalanya. "Harry," panggilannya, "gunakan saja jubah ghaib itu, lalu kita terbang dengan sapu ke London. Koper ini ... kita bisa menyihirnya agar menjadi kecil dan ringan."

Harry sebenarnya juga memikirkan hal yang sama sejak tadi. Tapi itu terlalu berisiko, mereka masih dibawah umur dan tidak diizinkan menggunakan sihir di dunia Muggle, bisa bahaya jika ada yang lihat dan mungkin mereka harus disidang di Kementerian nantinya.

"Aku pikir juga begitu," ucap Harry. Ia membuka koper mencari jubah gaibnya. Lalu mendadak dia menegakkan diri, melihat berkeliling.

"Kau merasakan sesuatu?" Nay mengusap tengkuknya yang merinding aneh, membuatnya merasa sedang diawasi, tetapi jalan itu kosong, dan hanya ada lampu yang menyala di rumah-rumah besar itu.

Seperti ada orang atau sesuatu yang berdiri di dekat semak-semak di belakang mereka. Harry menyipit memandang ke sana. "Lumos," gumam Harry dan ada cahaya muncul di ujung tongkatnya, membuat silau.

Harry melihat cukup jelas, garis bentuk makhluk yang besar sekali dengan mata lebar berkilat-kilat. Harry melangkah mundur. Kakinya menabrak kopernya dan dia terhuyung ke belakang. Sementara Nay mendekat penuh rasa penasaran. Harry cepat-cepat bangun dan menarik tangan Nay untuk kembali mundur. "Jangan gegabah!"

"Dia mengawasi kita, Harry. Aku harus memastikannya."

Sebelum Harry sempat menjawab, sepasang ban dan lampu luar biasa besar berdecit berhenti tepat di depan mereka berdua. Bus merah cerah bertingkat tiga yang entah dari mana asalnya. Kemudian seorang kondektur memakai seragam hitam melompat turun dari bus dan mulai berteriak. "Selamat datang di Bus Ksatria, transportasi darurat untuk para penyihir yang tersesat. Naiklah dan kami bisa membawamu ke mana saja kau ingin pergi."

"Kau bisa antar kami ke mana saja?" Nay memastikan. Ia lupa dengan apa yang dilihatnya tadi.

Ya," jawab si Kondektur.

"Berapa ongkos ke London?" Harry bertanya.

Nay menoleh pada Harry, ia tak tahu mengapa Harry memilih untuk pergi ke London. Mereka tak punya kerabat di London.

"Sebelas Sickle," jawab Kondektur.

Nay mencari perak di dalam saku celana jeans yang dipakainya, lalu menjejalkan beberapa perak ke tangan si Kondektur. Ia tidak bertanya tentang keputusan Harry untuk pergi ke London.

Mereka masuk ke dalam bus, tak ada tempat duduk di dalamnya, yang ada adalah tempat tidur kuningan berderet di sebelah jendela bertirai.

"Kau di sini," bisik si Kondektur, mendorong koper Nay ke bawah tempat tidur persis di sebelah Harry.

"Jalan, Ern," kata si Kondektur, sambil duduk di kursi berlengan di sebelah kursi Ernie, si pengemudi.

Terdengar bunyi DUAR keras sekali, dan berikutnya Nay tersungkur ke atas tempat tidurnya. Bus itu melaju cepat sekali melawan arus di jalanan yang ramai.

"Apa Muggle tidak melihat kita?" Harry bertanya. Kepalanya melihat ke luar jendela, memperhatikan mobil yang berlalu-lalang.

"Mereka tak pernah memperhatikan apa-apa," Si Kondektur menjawab sambil tertawa meremehkan.

Nay mengerutkan dahi saat melihat Stan -si Kondektur- membuka Daily Prophet, foto laki-laki dengan rambut panjang kusut ada di halaman utama. Nay ingat, itu adalah pria yang sempat muncul di berita Muggle. Tahanan yang kabur.

Everything is Complicated [A. Pucey x Potter Sister x T. Nott]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang