Khawatir

280 34 3
                                    

Nay dan Theo berjalan ke Aula Depan, lalu menyeberang ke Aula Besar. Aula itu didekorasi dengan ratusan labu kuning berisi lilin-lilin yang menyala, kelelawar-kelelawar hidup beterbangan di langit-langit. Aroma makanannya enak sekali. Bahkan anak-anak yang sudah kekenyangan makan permen Honeydukes, sepertinya telah kembali mengosongkan perut mereka.

Nay mengedarkan pandangannya ke kiri dan kanan mencari-cari keberadaan Adrian. Ia tak melihat Adrian sejak sore tadi. Nay tidak menyangkal bahwa ia mengkhawatirkan Adrian. Theo masih enggan bicara tentang apa yang terjadi, ia menahan Nay untuk tetap di sampingnya.

"Theo," panggil Nay.

"Hmm...," Theo menoleh sebentar, kemudian kembali memperhatikan sekumpulan anak yang sedang menyanyi di depan aula.

Nay pergi tanpa Theo sadari. Ia berencana untuk mencari Adrian, sekedar ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja. Sekalian mencari informasi tentang apa yang terjadi.

"Crabbe? Kau melihat Adrian?" Nay bertanya pada Crabbe yang sedang sibuk melahap kue di depan pintu aula.

Crabbe menunjuk dengan tangan penuh krim ke arah koridor yang sepi. Nay bisa melihat seseorang berdiri dengan punggung bersandar ke dinding. Posturnya mirip sekali dengan Adrian, dan itu memang dia. Kemudian Nay menghampirinya.

"Addie."

Adrian menegakkan tubuhnya saat mendapati Nay berdiri di depannya. "Apa yang kau lakukan di sini? Pestanya sudah selesai?" Ia melirik ke arah pintu Aula dan tak menemukan tanda bahwa pesta telah berakhir.

"Apa yang terjadi antara kau dan Theodore?" Nay bertanya tanpa menjawab pertanyaan Adrian terlebih dahulu.

"Dia tidak memberitahumu?" Adrian balik bertanya.

Nay menggelengkan kepalanya lemah. "Aku tidak akan bertanya jika ia sudah memberitahuku," jawabnya.

Adrian tidak merespon, ia mengetuk-ngetukkan tumit kaki kirinya ke lantai. Dia bimbang antara memberitahu Nay atau tidak. Gadis itu mungkin akan terkejut jika tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Aku tahu," seru Nay, "kalian pasti bertengkar karena perempuan. Apa aku benar? Kekanak-kanakan sekali, aku tidak berpikir akan menemukan kasus seperti ini. Biasanya aku melihatnya di televisi atau novel karya Muggle." Nay berceloteh, tanpa sadar membuat Adrian tersinggung.

"Kudengar kau sudah ahli meramal," kata Adrian mengalihkan pembicaraan.

Nay menghembuskan nafasnya. Tampaknya Theo dan Adrian tak mau memberitahu apa yang terjadi. Nay tak ingin memaksa.

Ia mengangkat bahu. "Entahlah. Aku rasa yang kulakukan hanya menebak dan bukan meramal."

"Bisakah kau meramalkan dirimu sendiri?" tanya Adrian.

Nay termenung sejenak, memikirkan jawaban. Ia tak pernah menebak atau meramal apa yang akan terjadi pada dirinya. "Aku tak tahu," jawabnya singkat.

"Apakah kau pernah meramalkan aku dan Nott akan bertengkar?" tanya Adrian lagi.

"Tidak. Sudah aku katakan aku tak bisa meramal, itu hanya kebetulan saja."

"Aku tak perlu pergi ke kelas ramalan untuk tahu apa yang akan terjadi antara kau dan Nott," kata Adrian membuat Nay mengerutkan dahi.

"Apa yang kau bicarakan? Aku dan Theodore? Apa yang akan terjadi diantara kami?"

"Jangan berpura-pura, Potter. Kau menyukainya 'kan?"

----

Pesta Helloween diakhiri dengan hiburan yang ditampilkan oleh para hantu Hogwarts. Mereka bermunculan dari dinding dan meja-meja, lalu melakukan formasi melayang dan melakukan berbagai atraksi yang untung saja tidak menakutkan.

Everything is Complicated [A. Pucey x Potter Sister x T. Nott]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang