Bersama Theodore

208 18 0
                                    

Cuaca hari ini sangat cerah. Nay bersama Theo duduk di atas rerumputan dekat danau sambil membaca buku untuk persiapan ujian. Mereka juga membawa jus labu kuning dan puding untuk camilan. Sebenarnya cuaca seperti ini sangat cocok untuk bermalas-malasan, tapi ujian sudah semakin dekat dan mereka harus memaksa otaknya untuk berkonsentrasi.

"Aku benci belajar untuk ujian," gerutu Nay. Ia sebenarnya suka membaca, tapi belajar untuk ujian membuatnya stress. Setelah menutup buku mengenai Transfigurasi, Nay berbaring, menempatkan kepalanya di atas paha Theo. Ia menengadah menghadap langit yang bersih tanpa awan.

Theo mengalihkan perhatiannya dari buku Aritmatika, mengusap lembut kepala Nay sebentar lalu kembali memperhatikan buku itu. Dia benar-benar berkonsentrasi penuh, seperti tak ada apapun yang bisa menggangunya saat ini. Ia baru berhenti membaca setengah jam kemudian.

"Aku selalu ingin menanyakan hal ini, tapi lupa terus. Kalung yang kau pakai itu," Theo menunjuk kalung di leher Nay, "dari mana? Aku tidak pernah melihatnya sebelum libur musim dingin."

Nay menyentuh lehernya. Ia mengigit bibir karena gugup. "Aku mendapatkannya dari Adrian sebagai hadiah Natal tahun lalu."

Theo mengangguk paham tapi tidak bisa menyembunyikan semburat kecemburuan di wajahnya yang rupawan. "Aku tidak memberimu hadiah Natal tahun lalu. Padahal kau memberi aku hadiah," katanya.

"Bukan masalah." Nay bangkit dari posisi berbaringnya. Ia kini duduk menghadap Theo. "Aku memberimu hadiah, bukannya mau bertukar barang."

Minggu ujian mulai dan keheningan tak wajar menyelimuti kastil. Murid-murid kelas tiga keluar dari kelas Transfigurasi pada jam makan siang dengan wajah tak bersemangat, mengeluhkan sulitnya tugas yang diberikan kepada mereka yang harus mengubah teko teh menjadi kura-kura.

Theo terlihat tenang karena ia berhasil melakukan ujian dengan baik. Sementara Nay mengeluhkan kura-kuranya yang berekor cerat teko. "Tak apa, itu tidak seburuk yang kau pikir," hibur Theo.

Ujian bersama Hagrid adalah yang paling mudah. Ia meminta murid-muridnya untuk merawat Cacing Flobber selama satu jam agar tetap hidup dan cacing itu akan tumbuh subur jika dibiarkan saja. 

"Huwaaa... akhirnya." Nay meregangkan tubuhnya setelah ujian Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam.

"Kau melakukannya dengan keren," Nay memuji Daphne, "saat melewati lubang-lubang berisi Red Cap tadi." Harapan Nay Daphne mau bicara dengannya meski hanya basa-basi saja.

"Tapi aku hampir tertipu Hinkypunk," keluh Daphne.

"Tapi kau berhasil mengatasinya, 'kan?"

Daphne tersenyum bangga dan mengangguk.

"Kau melakukannya dengan baik." Nay berbalik ketika seseorang datang dari belakangnya dan mengacak rambutnya. "Kau juga Daph," tambah Theo, "kalian menyelesaikan ujian ini dengan baik."

Theo memiliki sisi manis yang bisa membuat siapa pun senang melihat atau mendengarnya.

"Thanks. Kalian juga melakukannya dengan baik," kata Daphne. "Jadi, apa kalian... bersama sekarang?"

Theo dan Nay saling pandang lalu kemudian mengangguk bersamaan. "Ya, kurang-lebih begitu," jawab Theo.

"Selamat ya!" ujar Daphne. Setelahnya ia pamit pergi karena Pansy memanggilnya.

"Apa menurutmu dia akan baik-baik saja?" Nay bergumam.

"Ya, dia akan baik-baik saja. Ayo pergi!"

Terkadang Nay berpikir bahwa Theo akan lebih serasi berpasangan dengan Daphne. Mereka cocok dalam banyak hal, karakter, intelegensi, penampilan, dan bahkan latar belakang keluarga.

Everything is Complicated [A. Pucey x Potter Sister x T. Nott]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang