Tukang meramal

279 39 7
                                    

Musim pertandingan Quidditch sudah dekat, dan semua tim mulai gencar latihan, bersiap menghadapi musim pertandingan baru tahun ini. Karena itu pula, Nay mulai jarang bertemu Adrian dan Theo di luar jam pelajaran. Meski begitu, tak berarti Nay tak punya teman lagi.

Suatu malam, ketika Nay turun ke ruang rekreasi sehabis dari perpustakaan, anak-anak sedang bicara dengan seru. "Ada apa?" dia menanyai Daphne yang duduk di kursi di sebelah perapian.

"Akhir minggu, kunjungan pertama ke Hogsmeade," kata Daphne, menunjuk pengumuman yang tertempel di papan pengumuman. "Dan akhir Oktober, pesta Halloween."

Nay menyamankan diri di kursi sebelah Draco. Ia tak bersemangat. Formulirnya tak ditandatangani, itu artinya ia tak bisa pergi ke Hogmeade. Tapi itu bukan akhir dari segalanya, masih ada pesta Halloween. Ya, itu kabar baik yang sedikit menenangkan.

"Apa kau sudah coba minta Profesor Snape menandatangani formulirmu?" Daphne bertanya.

"Tak bisa, itu harus ditandatangani oleh Wali," Draco menyambar, "lagipula, mana mau Profesor Snape melakukannya untuk si Potter."

Nay memutar bola mata malas, tanpa diberitahu pun ia tahu. Harry bercerita padanya, ia mencoba meminta McGonagall -Kepala Asrama Gryffindor- menandatangani formulirnya tapi tak bisa.

"Potter!" seorang anak perempuan menghampiri Nay dan berdiri di depannya dengan antusias. Nay mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya apa?

Millicent Bulstrode menjulurkan tangannya pada Nay, "Bisa ramalkan sesuatu untukku?" katanya.

Nay menghela nafas pelan, seseorang seringkali datang padanya setelah beberapa pujian yang selalu diberikan Profesor Trelawney di kelas ramalan, padahal kebanyakan anak Slytherin tak tertarik pada pelajaran itu. Nay sebenarnya tidak benar-benar meramalkan hanya mengungkapkan secara asal apa yang terlintas dipikirannya saat melihat mereka. Ajaibnya, beberapa anak datang lagi padanya dan mengatakan bahwa ramalannya benar.

Nay meraih tangan Millicent, dan menatap kedua mata gadis berambut hitam itu. Genggaman tangannya menguat, ia memejamkan mata, mencari-cari sesuatu dalam pikirannya. Daphne dan Draco memperhatikannya diam-diam. "Sepertinya salah satu kucingmu akan sakit dalam waktu dekat," kata Nay dengan wajah prihatin.

Millicent menarik tangannya dari Nay, ekspresi wajahnya berubah cemas. "Thanks. Aku akan menulis surat untuk keluargaku agar mereka menjaganya dengan lebih hati-hati," katanya sebelum pergi ke arah asrama putri.

"Coba ramal aku," Daphne menjulurkan tangannya.

Nay menyipitkan matanya, menatap wajah Daphne tanpa menghiraukan tangannya yang masih terjulur. "Oh dear, kau sedang mengalami cinta bertepuk sebelah tangan," kata Nay spontan.

Daphne menarik kembali tangannya dan menggigit bibir, raut wajahnya menjadi sedih. Nay tertawa kecil, menepuk pundak Daphne. "Jangan terlalu dipikirkan, aku tidak sungguh-sungguh bisa meramal itu hanya ....tebakan."

"Tapi kurasa itu benar," gumam Daphne. "Seseorang yang aku sukai dekat dengan perempuan lain. Aku sering melihat mereka bersama."

Draco berdehem, lalu bangkit dari kursinya. Ia tak mau mendengarkan curahan hati anak perempuan tentang cinta. Nay mendongak sebentar melihat punggung Draco menjauh lalu kembali pada Daphne.

"Dengarkan aku, itu hanya pikiranmu saja. Dua orang yang terlihat selalu bersama, tak berarti mereka memiliki ikatan romantis," Nay mencoba menghibur sahabatnya. Ia merasa dirinya adalah teman yang buruk karena tak tahu bagaimana caranya menghibur teman yang sedang sedih.

Daphne menggelengkan kepalanya dengan wajah tertunduk. "Kau tidak mengerti, Nay. Mereka berdua selalu saling menatap penuh cinta. Aku cemburu, tapi tak ada yang bisa kulakukan."

Everything is Complicated [A. Pucey x Potter Sister x T. Nott]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang