Boggart

318 41 6
                                    

Setelah kerusuhan yang terjadi saat pelajaran Satwa Ghaib, Draco baru muncul lagi di hari kamis dengan lengan kanannya yang dibebat dan digendong. Lagaknya seperti pahlawan pulang dari medan perang. Berbeda dengan Nay, ia bersikeras bahwa dirinya sudah pulih setelah Madam Pomfrey mengobatinya. Padahal ia diminta beristirahat setidaknya satu hari sampai lukanya benar-benar sembuh.
 
"Bagaimana kabarmu, Draco?" tanya Pansy sambil tersenyum genit saat sarapan. "Apa sakit sekali?"

"Yeah," kata Draco, meringis pura-pura kesakitan. "Madam Pomfrey bilang, aku bisa kehilangan lenganku jika terlambat diobati."

Nay ingin sekali memakinya, jika saja teman-temannya tidak mengajaknya mengobrol, ia mungkin sudah hilang kendali. Ia memiliki dendam tersembunyi pada Draco karena kejadian di kelas Satwa Ghaib. Tapi Nay memang tak terlalu terbuka tentang hal-hal emosional seperti itu, jadi ia berusaha menahan diri.

"Naida? Kau baik-baik saja?" Adrian yang duduk di samping Nay bertanya. Nay menoleh dan menganggukkan kepalanya.

"Aarrghh... aku malas sekali untuk kelas hari ini," Daphne mengerang, mengunyah pudingnya dengan malas.

"Sebaiknya kau tidak mengatakan itu di depan Snape atau ia akan menendangmu keluar dari kelasnya," ujar Theo.

"Pelajaran Snape tidak terlalu buruk, apalagi kita satu kelas dengan Gryffindor. Snape akan mencari segala kesalahan dan memojokkan mereka, kuanggap itu sebagai hiburan," celetuk Adrian dengan santai. Diikuti tawa beberapa temannya.

Slytherin dan Gryffindor sedang berada di ruang bawah tanah untuk kelas ramuan bersama Snape, si Kepala Asrama Slytherin. Hari ini Snape menyuruh mereka membuat Cairan Penyusut.

"Sir," Draco berteriak, "Sir, saya perlu bantuan memotong akar daisy ini, karena lengan saya..."

"Potter, potongkan akar Malfoy," Snape memerintah.

Harry langsung mendongak, melihat Snape. Ia menghela nafas lega, ketika menyadari bahwa Snape bukan memerintahnya melainkan Naida -yang berdiri di samping Draco.

"Lenganmu tidak apa-apa. Dasar manja," Nay mendesis kepada Draco.

Draco menyeringai. "Kau mendengar apa kata Profesor Snape? Potong akar ini untukku, Potter."

Nay menyambar pisaunya, menarik akar-akar daisy itu ke dekat Draco dan mulai motongnya sembarangan sehingga potongan panjang-pendeknya tak beraturan.

"Profesor, Potter meru-" Draco berniat mengadu tapi ia berhenti saat Naida menatapnya tajam.

"Ya, Mr Malfoy?" Snape menanti Draco melanjutkan.

"Tidak, tidak apa-apa," kata Draco pada akhirnya.

Dalam hati, Nay merasa menang. Ia tak pernah mengerti bagaimana Draco bisa tiba-tiba berubah pikiran.

"Hei, Harry" panggil Seamus, "kau sudah dengar Daily Prophet pagi ini? Katanya ada yang melihat Sirius Black."

"Di mana?" tanya Harry dan Ron segera.

Nay dan Draco mendongak, memasang telinga mereka diam-diam sebelum kembali pada aktivitasnya.

"Tak jauh dari sini," kata Seamus, "Muggle perempuan yang melihatnya. Waktu orang-orang Kementerian Sihir tiba di tempat itu, Black sudah pergi."

Mata Draco yang memandang Harry berkilat jahat. "Mau coba menangkap Black sendirian, Potter?"

"Yeah, betul," kata Harry asal saja. Bibir tipis Malfoy melengkung dalam senyum menyebalkan.

"Kau ini bicara apa, Malfoy?" tanya Nay dingin.

"Apa kau tidak tahu, Potter?"

"Tahu apa?"

Everything is Complicated [A. Pucey x Potter Sister x T. Nott]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang