Bangkitnya Dua Sisi Dalam Jiwa

696 51 0
                                    

Hari demi hari telah berlalu, selama berada dalam sanggar tari desa Merapi, para peserta pun di hadapkan akan sebuah keputusan. Dalam pengambilan peserta datang dari empu yang merupakan pemilik sanggar tersebut.

Dengan dibantu sang istri, mereka berdua mendatangi sebuah fodium yang telah dipadati para penari berbakat. Tidak hanya itu, penyematan sebagai pemilik gerakan paling elok juga akan diumumkan sebentar lagi.

Sehingga, mojang berselendang warna-warni tak sabar salam menanti pengumuman itu. Untuk selendang berwarna kuning, diperuntukkan pada peserta pemula. Sementara yang merah, untuk senior. Ada juga pemilik tertinggi jabatan dengan mengenakan selendang hijau, ia adalah Darmi.

Kesombongannya mampu membuat murka alam semesta, karena ia selalu bersikap pongah pada siapa pun orangnya. Terkecuali, ketika ia bersikap pada keempat sahabatnya, sudah pasti akan berbeda lagi.

Darmi dan para cecunguknya pun berbaris di posisi paling depan, sementara Lasmi dan Mantili ada di barisan nomor dua. Tampak wajah kekecewaan terlempar dari Srikandi, mojang kelahiran Bandung itu baru genap dua minggu belajar bersama dengan para seniornya.

Ketika ia bergabung juga mendapatkan satu syarat dari sang empu, ketika lulus seleksi satu pageralan ia akan tetap berada di tempat itu. Jika tidak, Srikandi harus ikhlas meninggalkan lokasi belajarnya.

Decak jantung seakan tak mau kompromi, pandangan para senior pun seakan semakin remeh kalau mereka akan lulus seleksi kali ini. Pasalnya, pagelaran yang akan diadakan satu bulan mendatang sangat istimewa.

"Lasmini," panggil sang empu dengan lembut.

"Iya, Pak," jawab pemilik nama itu.

"Untuk pagelaran kali ini, kau adalah wakil pertama yang lulus seleksi." Selesai berkata, empu mempersilakan satu dari sekian banyak peserta pilihan itu membentuk posisi baru.

Sementara yang lainnya hanya mampu menadahkan kepala di atas lantai. Pasalnya, dalam pagelaran hanya ada lima orang saja sebagai perwakilan. Sementara kedua puluh lima lainnya harus belajar lagi di sanggar Dewi Sartika.

"Peserta yang lulus kedua adalah ...." Istri dari empu menggantung ucapannya.

'Pasti aku yang akan terpilih.' Darmi bersenandika.

"Ia adalah ... Darmi," lanjut empu.

Dengan berjalan mendongakkan dagu, peserta kedua itu berbaris di samping Lasmi. Kedua dari peserta itu adalah langganan sebagai peserta pilihan, karena mereka mampu menari dengan jiwa yang menyatu.

"Peserta ketiga dan keempat adalah, Mantili dan Lastri." Empu memberikan jalan pada kedua peserta itu yang sama-sama datang dari anggota paling senior.

'Kalaupun aku tidak lulus di sanggar ini, setidaknya sudah mencoba dan memberikan yang terbaik. Gusti, berikan hamba kesempatan.' Srikandi bersenandika penuh harap.

"Peserta kelima adalah ... Mira," ucap empu secara spontan.

Sementara peserta yang tak terpilih harus lapang dada dan memberikan tepuk tangan luar biasa, sementara Srikandi harus sedia pergi dari sanggar karena telah gagal menjalankan syarat dari empu.

Dari ujung posisi, Lasmini dan Mantili tampak sangat sedih. Mereka secara bersamaan menatap sahabatnya—Srikandi yang masih merunduk, bahkan air matanya keluar deras dari lekuk pipi.

"Saya sebagai empu di sanggar ini akan mengumumkan satu peserta yang berhak menyandang sebagai penari pilihan, ia datang dari jauh dengan penuh harapan. Tanpa berlama-lama, mojang pilihan saya jatuh kepada ... SRIKANDI."

Mendengar ucapan itu, kedua bola mata Sri terbelalak dan mendongak sejurus menuju sang empu. Sementara istri dari pemilik sanggar itu membawa selendang hijau dan berjalan santai melintasi para senior lainnya, ia tertarik pada Srikandi dengan berjuta alasan.

DENDAM TUJUH SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang