"Nu."
"Hoh?"
"Laper."
Wonwoo yang duduk di samping cowok bermata minimalis dan tas loreng harimaunya langsung naikin alis. "Makan lah sana."
Soonyoung atau si cowok dengan tas lorengnya itu langsung cemberut, "Jajanin gue, Jeon Wonwooooo! Lo kan baru gajian!" kata Soonyoung masih dengan bibir yang maju beberapa senti.
Wonwoo yang denger cuma bisa menghela napas. Badan tingginya yang sebelumnya duduk di kursi kebanggaannya di kantor terpaksa harus berdiri sambil menjitak kepala Soonyoung. "Gajian gajian, mata lo gajian! Mana duitnya?!" kata Wonwoo galak sambil menjulurkan tangan di depan muka Soonyoung.
"Lo kan dikasih jajan sama sugar daddy lo!"
"Siapa sugar daddy gue?!"
"Itu, si introducing my type laaaah! Flower boy, si Minㅡhmphhhh!"
Tangan Wonwoo yang sebelumnya berada tepat di depan muka Soonyoung mendadak harus mendarat di permukaan bibir cowok itu, mendekap mulutnya dengan erat sambil membisikan sesuatu. "Lo, sampe lo buka mulut, gue aduin ke emak lo kalo lo jadi simpenan om om ya, Nyong!" ancam Wonwoo dan ditanggapi gelengan Soonyoung.
"HAH HAH, Gila ya lo, Nu?! Mau ngebunuh gue apa gimane?!"
Wonwoo cuma menaikkan bahunya tanda nggak peduli. Lagian cuma Soonyoung, paling abis itu ya seperti ini, mengamuk. Sonyoung langsung mengeluarkan dua lembar uang sepuluh ribu dari kantongnya, "Nih! Mau cilok! Awas ya lo ngadu ke nyokap, gue aduin ke satu kantor!" ancam Soonyoung.
"Nyenyenye, melek dulu baru ngomong!"
"WONWOOOOOO!"
Wonwoo langsung berlari menjauh dari meja kerjanya ke arah lift karena Soonyoung udah mulai teriak-teriak kesetanan. Kesempatan ini tentu aja Wonwoo ambil untuk mencari ketenangan, berpikir lagi perihal hal yang akan dia lakukan ketika bertemu dengan Mingyu.
Jujur, setelah pertemuan terakhir Wonwoo masih bisa untuk pasang muka pura-pura nggak tau apapun. Wonwoo masih senyum, ketawa, bahkan bercanda sama Mingyu setelah pulang dari hotel. Setelah sampai di rumah, Wonwoo cuma diam karena nggak ingin membicarakan apapun.
Dirinya masih nggak tau apa yang dia harus lakukan setelahnya. Ibaratnya, Wonwoo tersesat dan terpaksa memilih jalan yang akan dia tempuh. Entah dirinya harus putar balik atau jalan terus dan nggak tau apa yang akan terjadi setelahnya. Sepanjang jalan dari lift sampai luar gedung pun pikiran Wonwoo masih disitu, nggak berpindah kemanapun. Kepalanya benar-benar sudah ingin pecah karena sakit kepala selalu datang jika dirinya stres apapun alasannya.
"Bang, cilok dua puluh ribu."
"Banyak amat, mau hajatan?"
"Saya mau kasih makan maung, bang. Nggak kenyang kalo goceng doang."
"Maung teh suka makan cilok sekarang?"
Aduh, nih abang cilok tumbenan amat ngajak gue ngobrol, batin Wonwoo sambil terus menanggapi obrolan pedagang cilok di depannya. Mulutnya masih setia menanggapi dan bibirnya masih terus tersenyum sepanjang obrolan walaupun hatinya gondok setengah mati karena si abang penasaran orang yang Wonwoo maksud.
Selama obrolan dengan abang cilok, Wonwoo jelas hanya menanggapi sekenanya. Jika memang sudah selesai ya Wonwoo jelas akan balik ke kantor, bekerja dengan tumpukan berkas dan menghadapi tatapan Seulgi. Naasnya, disaat seperti ini Wonwoo malah harus melihat mobil sport milik Mingyu melintas di depan matanya.
Hari ini ada meeting?, tanya Wonwoo dalam hati.
Wonwoo jelas bertanya-tanya karena biasanya Mingyu akan mengabarkan kegiatannya pada Wonwoo, setiap harinya. Wonwoo tau jadwal cowok itu dan sebaliknya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun hari ini rupanya ada yang aneh sebab ada orang lain yang bersama Mingyu hari ini. Bukan Seokmin, benar-benar orang lain.
Di saat yang sama, Mingyu memberhentikan mobilnya tepat di depan kedai kopi yang tepat berada di depan kantor Wonwoo. Sebuah kedai kopi yang selalu Mingyu jadikan untuk tempat menunggu Wonwoo pulang. Wonwoo jelas heran karena sekarang masih pukul 1 siang, untuk apa Mingyu disana?
Cowok dengan vest biru muda yang dipadukan dengan kemeja putih lengan panjang turun dari mobil Mingyu, membuat Wonwoo tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tempat dirinya berdiri sekarang. "Bang, bentaran ya nitip ciloknya," kata Wonwoo sambil mendekati mobil Mingyu.
Wonwoo berlari ke arah Mingyu yang baru saja turun dari mobilnya, "Gyuㅡ"
"Gemes banget sih, iya nanti kakak masuk. Kamu masuk duluan aja ya."
Detik itu juga langkah Wonwoo berhenti tepat beberapa langkah dari keduanya. Matanya menatap Mingyu yang saat ini menoleh ke arahnya, menatap Wonwoo dengan tatapan terkejut.
"Nu,"
"Ah, tadi gue liat lo pas beli cilok. Biasanya lo disini buat nungguin gue tapi ini masih siang jadi gue mau tanya. Yaudah kalo gitu, gue izin masuk lagi ya ke kantor."
"Nu, bentar,"
"Duluan ya, sori banget ganggu."
Dari situ Wonwoo sudah memutuskan untuk putar balik dan kembali hidup dalam kebohongan.
🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Dating < Meanie >
Fanfiction[AU] Jeon Wonwoo, lelaki usia 25 tahun hobinya cuma kerja, mirip dengan kedua kakaknya. Mami Jeon seringkali pusing kepala bahkan menunjukkan gejala hipertensi kalo udah mikirin anaknya yang nggak nikah-nikah. Kata Wonwoo, "Aduh Mih, nggak guna. Men...