"Gua mau putus."
Wonwoo hanya diam menatap mata Mingyu. Dirinya sempat terkejut karena akhirnya ucapan itu keluar dari mulut Mingyu walaupun akhirnya paham maksud lelaki itu. Wonwoo juga berpikir mungkin putus adalah jalan terbaik untuk keduanya, supaya tidak ada kesalahpahaman atau masalah lagi antara dirinya dan Mingyu.
"Oke."
Berbeda dengan Wonwoo, Mingyu terkejut dengan jawaban Wonwoo. Dirinya tidak berekpektasi Wonwoo akan meng-iyakan omongannya. Dengan pandangan dingin dan gerak-gerik yang tenang tentu membuat Mingyu panik. Omongannya seperti bumerang untuk dirinya sendiri dibandingkan untuk Wonwoo.
"Won, maksud gua putus kontrak!"
Wonwoo mengkerutkan keningnya, "Ya putus kontrak sama aja putus hubungan bukan?" tanya Wonwoo.
Mingyu frustasi dengan jawabannya sendiri. Kalau Wonwoo tidak ada di depannya rasanya Mingyu akan menarik rambutnya sekuat mungkin dan memaki dirinya yang bicara bodoh. Bukan itu yang Mingyu maksud, Wonwoo benar-benar salah paham!
"Bukan gitu Won."
"Terus apa?"
Suara baritone Wonwoo membuat irama jantung Mingyu semakin tidak karuan. Tatapan Wonwoo yang masih lurus ke arahnya seakan mengintimidasi Mingyu untuk bicara. Walaupun begitu, Mingyu jelas tidak siap dengan mulutnya yang akan mengatakan kalimat bodoh yang akan menjadi bumerangnya lagi.
Panggilah Mingyu aneh. Ini adalah hubungan kedua yang Mingyu anggap serius setelah hubungan pertama kandas karena ulahnya. Selama bersama Wonwoo pun Mingyu selalu mencoba berhati-hati untuk tidak menyakiti lelaki itu. Yaaaa, walaupun nasib berkata lain karena Mingyu secara tidak langsung menyentuh area terlarang bersama adik sepupunya, Lee Chan.
"Won, maksud gua nggak gitu."
"Ya terus apa, Kim Mingyu?"
Mingyu menelan salivanya kasar, menatap lelaki di depannya tanpa menghilangkan rasa gugupnya. Ketimbang sidang skripsi, menurut Mingyu sekarang lebih seram karena Mingyu tidak punya jawaban apapun untuk dikatakan. Sulit memang bicara Mingyu suka sama Wonwoo dalam waktu begini, entah karena termakan egonya sendiri atau memang ada hal lain yang mengganjal.
Entahlah, rasanya harga diri Mingyu masih setinggi menara listrik dekat rumahnya.
Berbeda dengan Wonwoo, lelaki itu hanya diam dan menunggu jawaban. Dirinya lebih suka memberikan respon untuk pertanyaan Mingyu walaupun sudah tau lawan bicaranya gugup setengah mati. Jelas tau, Wonwoo bukan orang yang tidak peka terhadap sekitarnya. Bagi Wonwoo sekarang adalah Wonwoo ingin mendengar ucapan Mingyu yang ucapkan beberapa hari yang lalu saat ulang tahunnya.
Wonwoo hanya berharap Mingyu mengucapkannya lagi secara langsung dari hati, bukan menggunakan tubuhnya.
Panggilah Wonwoo gila. Sebagai orang yang memiliki love language yang berbeda dari Mingyu, Wonwoo jelas lebih ingin mendengar ucapan itu langsung dari Mingyu. Memang sih jika dikaitkan dengan perilaku Mingyu sebelum insiden itu Wonwoo juga tau lelaki itu suka dengan dirinya, tetapi Wonwoo rasanya tidak puas.
Wonwoo ingin lelaki itu menghilangkan kata-katanya sendiri saat berbicara dengan Seokmin. Kata-kata yang sampai sekarang membuat Wonwoo selalu berpikir tentang sesuatu yang terjadi sebelum dirinya dekat dengan Mingyu. Jika diingat lagi pun Mingyu sudah menyakitinya, peduli setan untuk sekarang karena mata harus dibalas dengan mata.
Dan disinilah tempat pembalasannya.
"Kalo lo cuma mau ngomong bukan gitu bukan gitu doang gue pulang lah. Kerjaan gue banyak, nggak ada waktu ngurusin lo."
Mingyu yang sempat terdiam menaikkan kepalanya, "Tunggu! Gua belum selesai!" ucapnya.
"Ya ngomong."
"Won, susah ngomongnya."
"Pas ulang tahun gue lo bisa ngomong gitu, sekarang kok susah?"
"Karena itu bukan hal yang bisa diomongin, gua cuma bisa buktiin."
"Gue nggak butuh bukti doang Mingyu. Gue nggak tau lo buktiin tuh lo beneran sayang atau gimmick doang."
Deg deg deg
Mingyu menghela napasnya. Keringatnya perlahan membasahi pelipisnya walaupun keadaan saat itu dingin karena AC ruangan tersebut menyala. Bibirnya beberapa kali dibasahi dengan salivanya, menatap Wonwoo dengan lekat.
"Won."
"Hem?"
"Dengerin gua baik-baik. Gua cuma ngomong sekali."
Wonwoo menghela napas, "Lo ngomong begitu kayak mau ngomong besok pindah agama aja deh, santai aja jangan gugup."
Benar, Mingyu gugup setengah mati padahal awalnya ingin terlihat keren di depan Wonwoo. Mingyu juga sudah berlatih di depan kaca sebelumnya makanya dia terlambat datang. Ya walaupun berlatih sampai seribu tahun kalau memang saat berlatih nggak ada orangnya ya buat apa?
Buat gugup doang.
Mingyu menarik napasnya perlahan, membuangnya dari mulut. Matanya menatap Wonwoo lekat. Mungkin kalau diibaratkan dengan anime yang sering Seokmin tonton ketika berada di rumahnya, keadaan pupil mata Mingyu sudah bergetar saking gugupnya.
Aneh memang, hanya Wonwoo yang mampu membuatnya gugup setengah mati.
"Won, gua suka sama lu. Mau jadi pacar gua nggak?"
"Nggak, gue nggak mau jadi pacar lo. Gue pamit dulu."
Wonwoo berdiri dari tempat duduknya. Tangannya menenteng tas kerja yang sebelumnya dia taruh di kursi sampingnya. Berbeda dengan Wonwoo, Mingyu mematung di tempatnya.
Perlakuan Wonwoo benar-benar jauh dari ekspektasinya.
🌻🌻🌻
Hai, maaf lama banget ya T___T susah banget cari ide, butuh waktu lama. Semoga suka dan bisa membayar waktu nunggu kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Dating < Meanie >
Fanfiction[AU] Jeon Wonwoo, lelaki usia 25 tahun hobinya cuma kerja, mirip dengan kedua kakaknya. Mami Jeon seringkali pusing kepala bahkan menunjukkan gejala hipertensi kalo udah mikirin anaknya yang nggak nikah-nikah. Kata Wonwoo, "Aduh Mih, nggak guna. Men...