Wonwoo sadar dengan perlakuannya dua minggu lalu. Dirinya paham dengan apa yang dirinya ucapkan. Dirinya masih ingat dengan wajah terkejut Mingyu saat itu. Mata yang membulat tidak percaya, gerakan kaki akibat gugup yang terhenti, dan senyuman yang mendadak luntur akibat perkataannya.
Wonwoo sadar dengan semuanya dan dirinya tidak buta. Saat itu, Wonwoo hanya merasa perlu berpikir ulang untuk menjalin hubungan kembali. Wonwoo merasa dirinya dan Mingyu masih terikat dengan masa lalu. Wonwoo hanya tidak ingin sakit untuk kedua kalinya.
Wonwoo pernah memiliki kekasih sebelumnya, tanpa sepengetahuan Mami. Dirinya menjalin hubungan backstreet karena permintaan mantannya, Wonwoo mengiyakan. Wonwoo pernah percaya sebesar itu pada mantannya, tidak berpikiran apapun sampai akhirnya Wonwoo melihat mantan kekasihnya bersama orang lain. Berbeda dengan dirinya, mantan kekasihnya memberitahu semua orang tentang orang itu.
Kejadian masa lalu itu tiba-tiba kembali ke ingatan Wonwoo setelah melihat Mingyu. Ucapan Mingyu sebelumnya yang sempat tidak dia pikirkan mendadak masuk ke dalam pikirannya, mempertanyakan hubungannya dengan Mingyu. Selain itu, melihat Mingyu yang pergi tanpa kabar setelahnya membuat Wonwoo sadar dirinya memang bukan apa-apa.
Wonwoo tau dirinya hanya salah paham, tetapi Wonwoo seperti terlempar ke masa lalu. Masa dimana dirinya hanya disembunyikan, merasa asing dengan semuanya, dan hanya bisa menangis setelahnya. Bangkit disaat seperti itu bukan hal yang mudah untuk Wonwoo.
Panggilah Wonwoo jahat pada Mingyu, dirinya juga sadar dirinya jahat pada Mingyu. Tetapi jika dibalikkan posisinya, mungkin semua orang akan mengerti apa yang dirinya rasakan. Rasa takut yang melingkupi pikirannya, mungkin semua orang akan mengerti.
Wonwoo hanya tidak ingin sakit lagi.
Hanya itu.
"Nu, lu keinget itu lagi ya?"
Soonyoung yang sedari tadi berada di sampingnya membuyarkan pikirannya. Mata Wonwoo yang menatap atap kamarnya hanya mengangguk. Dirinya tidak bisa berbohong di depan Soonyoung sebab lelaki itu yang sangat tau tentang kondisinya.
"Nggak usah dipikirin, lu sekarang hidup di masa ini, Nu," jawab Soonyoung.
Wonwoo tersenyum kecil, "Andai bisa. Lo tau kan dulu gue kayak gimana. Lo yang liat gue kayak apa dulu sampe dipanggilin pendeta gereja dikira gue kerasukan," jawab Wonwoo dan ditertawai Soonyoung.
"Iya sih, dulu mah gila banget udah kayak dirasukin setan. Kerjaan lu bengong mulu kayak orang tolol."
"Brengsek ya lo gue liat-liat."
Soonyoung tertawa mendengar siratan nada kesal dari suara Wonwoo. Tangan yang sebelumnya dia jadikan bantalan mendadak mulai terasa tidak enak, sehingga Soonyoung merubah posisi tidurnya menghadap Wonwoo yang masih menatap atap kamarnya.
Soonyoung jelas tau apa yang ada di pikiran sahabatnya ini. Mengenal Wonwoo sejak lama sudah menjadi kebiasaan Soonyoung mengamati pergerakan temannya karena Mami meminta secara khusus supaya Wonwoo selalu diperhatikan. Menjadi anak pertama tentu membuat Soonyoung iri setengah mati pada Wonwoo. Semua perhatian yang ada ditujukan pada Wonwoo dan Soonyoung ingin itu.
Orang tua Soonyoung jelas hanya peduli pada pekerjaaannya dan menganggap lelaki itu sudah dewasa. Soonyoung yang dianggap dewasa juga hanya manggut-manggut mengiyakan, malas mendengar ceramah pagi setiap harinya. Toh dirinya juga tau orang tuanya tidak terlalu peduli padanya, makanya Soonyoung selalu datang ke rumah Wonwoo untuk menyaksikan keluarga Wonwoo.
Walaupun menurut Soonyoung nasib keluarga Wonwoo baik, tetapi nasib percintaan Wonwoo selalu berjalan tidak baik. Sebelum dengan mantannya, Wonwoo hanya selalu menjadi orang yang mencintai dan tidak pernah dicintai. Cintanya selalu bertepuk sebelah tangan dan berujung berpura-pura kuat di depan Soonyoung, seperti saat ini.
"Nu."
"Hmmm?"
Soonyoung menatap wajah Wonwoo dari samping, "Nu, lu yakin nggak sama Mingyu?" tanya Soonyoung pelan.
Wonwoo menatap Soonyoung kembali. Soonyoung merasa tidak ada emosi yang terasa selama menatap Wonwoo, sepertinya Wonwoo sedang masuk di fase penyadaran diri kembali. "Nggak, gue nggak yakin. Siapa sih yang yakin kalo setiap ada masalah dia malah lari berhari-hari? Lo juga tau Nyong, gue tipe yang nggak bisa punya masalah berhari-hari," jawab Wonwoo pelan.
"Siapa sih yang percaya sama orang yang bahkan masih berdiri di masa lalu, Nyong? Gue nggak mau pacaran sama orang yang sering wisata ke masa lalu."
Soonyoung menganggukan kepalanya. Posisi pandangannya kembali ke langit-langit kamar Wonwoo. "Iya sih," kata Soonyoung menyetujui.
Keadaan hening sesaat. Baik Soonyoung maupun Wonwoo tenggelam dalam pikirannya. Usia dewasa memang membuat keduanya harus memiliki banyak pertimbangan, terlebih orang tua memiliki harapan yang besar terhadap suatu hubungan. Wonwoo paham seberapa besar orang tuanya ingin dirinya dan kedua kakaknya menikah, tetapi Wonwoo sendiri juga paham keinginannya saat ini.
Walaupun begitu, Wonwoo masih takut untuk melangkah. Kakinya terasa berat seperti ada sesuatu yang menahan dirinya untuk melangkah dan dirinya lelah untuk berusaha sendiri. Dirinya hanya butuh seseorang untuk membantunya keluar dari masa ini.
"Nu, ngomongin wisata masa lalu, bukannya lu yang sering wisata masa lalu sampe sekarang lu nggak percaya sama Mingyu? Gue tau keadaan lu kayak apa, sekarang aja lu masih terjebak di masa lalu kan? Rasa sakit kemarin kayak nahan lu buat maju dan gue pasti tau lu bilang lu udah mau bangkit, gitu kan?"
Wonwoo terdiam di tempatnya. Kepalanya yang sebelumnya berisik tiba-tiba fokus mendengarkan ucapan Soonyoung.
"Lu nggak butuh Mingyu, Nu. Lu cuma butuh diri lu sendiri. Dengan lu terjebak terus di masa lalu, kapan lu mau cinta sama diri lu dan berhenti buat nyakitin diri lu begini secara nggak sadar?"
🌙🌙🌙
Hai apa kabar?
Semoga suka ya part ini!
Sedikit cerita, sebenernya selama nulis Fake Dating, aku kepikiran ide lain buat nulis lagi. Karena banyak ide, jadi terhambat mulu buat lanjutin. Maaf ya kalian jadi nunggu lamaaaaaaaa banget. 😔🎻Terima kasih juga udah mau nunggu, aku selalu baca komentar kalian dan seneng banget dapet support kalian! 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Dating < Meanie >
Fanfiction[AU] Jeon Wonwoo, lelaki usia 25 tahun hobinya cuma kerja, mirip dengan kedua kakaknya. Mami Jeon seringkali pusing kepala bahkan menunjukkan gejala hipertensi kalo udah mikirin anaknya yang nggak nikah-nikah. Kata Wonwoo, "Aduh Mih, nggak guna. Men...