Seperti katanya, Marka pelan-pelan mulai mendekati Haidar. Menanyai Haidar ini-itu, sedikit afeksi secara halus.
Sekarang ini mereka berdua sedang mengayuh santai menuju rumah masing-masing. Mungkin Marka akan mengantar Haidar sampai ke rumahnya.
"Dar, masih kerja di supermarket itu?"
"Belum tau. Kata mama berhenti aja. Papa tiri gue juga bilang gitu."
"Terus lo berhenti?"
"Enggak, kasihan si Sekar. Nanti dia sendirian."
"Sebelum lo masuk kerja disana, si Sekar bisa sendirian 'kan?"
"Ya karena rasa manusiawi gue tergerak. Nggak kayak lo, gak ada rasa manusiawi sama sekali--"
Pasti habis ini di roasting, lagi. Maka cepat-cepat Marka memotong.
"Oke-oke, cukup."
"Alasannya cuma karena Sekar?" Marka lanjut bertanya.
"Iyaa, apalagi emangnya?"
"Yaudah suruh Sekar berhenti aja." Mark mengusul.
"Terus dia mau makan darimana?"
"Lah orang tuanya kemana?"
"Udah gak ada. Makanya gak usah asal ngomong congor lo."
Sampailah mereka pada pekarangan rumah Haidar. Dengan Marka yang masih di depan gerbang rumah si manis, dan Haidar yang hendak menutup gerbangnya tetapi tertahan kala mendapati Marka masih di sana.
"Ngapain? Gak pulang?"
"Pulang, gue duluan ya." pamit Marka.
"Iya, hati-hati!"
"EEH!"
"Apalagi?"
Haidar baru saja ingin menutup gerbang rumahnya, namun Marka kembali setelah tadi hampir hilang dari pandangannya.
"Nanti sore, mau.. jalan nggak?" Marka menggaruk tengkuknya canggung.
"Nanti sore?", "Jam?"
Binar pada obsidian kelam itu langsung tampak. "Jam 4." jawabnya.
"Jam 5, bisa?" Haidar menawar. Bukan tanpa sebab, dia masih bekerja pada jam itu.
"Bisa-bisa! Oke deh, gue balik. Bye!!"
Marka sekali lagi memutar sepedanya, benar-benar meninggalkan pekarangan rumah Haidar dengan perasaan senang membuncah. Our first date.
[]
Bunyi bel khas toserba berbunyi kala Haidar membuka pintu. Tampaklah Sekar dan 1 orang lagi, Abian, menyusun barang-barang untuk dihitung.
"Lah? Bi? Lo bukannya shift besok?"
"Lo salah lihat kali. Gue hari ini sama kalian."
"Lagian besok hari minggu, gue males kerja. Mau rebahan aja di rumah."
"Kak Bian, itu belum!" tegur Sekar.
"Ooh iya."
"Kalian saling kenal?"
"Iya, lumayan. Kita udah lumayan kenal."
Haidar melepas jaket dan topinya. Mengusak surainya yang dia yakini berantakan ulah topi yang dipakainya. Dirasakannya hawa yang dingin dari pendingin ruangan, ditambah lagi dengan turunnya hujan diluar. Membuat Haidar sedikit menggigil. Sebelumnya, dia memang terkena cipratan air hujan.
"Ngapain ngeliatin? Sana kerja, gue tau gue ganteng. Tapi gak usah segitunya." Haidar tengil beraksi.
Sekar mendecih bercanda, "Kalau butuh handuk, itu ada di tas aku, Kak."
"Siap, dik!"
"Bi?! Sana balik kerja, anjir! Serem aja lo ngeliatin gue gitu."
Sepertinya lingkungan tempat Haidar bekerja sangat cocok baginya, sampai-sampai membuat anak itu tak sadar ini sudah lewat jam pulang.
Gemerincing lonceng khas toserba berbunyi, disana, Marka datang. Dengan kaos putih polos dan dilapisi kemeja bermotif garis-garis.
"Buset, galak amat pacarnya main?" Haidar menyambut.
Marka dibuat bingung, "Hah?"
"Bibir lo sampai luka gitu, ganas pasti mainnya."
Ah.. luka ini!
"Ini-- ini tuh tadi gue lagi.. Emang kebiasaan gue beginii!!" Marka tak tau bagaimana menjelaskan.
"Apa? Kebiasaan main kah?"
"Woy! Malah ribut!" Bian menengahi.
Baik Marka maupun Haidar tak menjawab. Haidar sibuk bersiap pulang. "Ayo."
Tanpa banyak bicara, Haidar keluar setelah selesai mengenakan jaketnya.
Lama tak pernah berkencan-- sepertinya memang tidak pernah -- membuat Haidar agak kaku. Tunggu! Apa ini disebut kencan?Jika ditanya, mereka menggunakan mobil? Jawabannya tidak. Karena Marka dan Haidar bukan anak yang se-wow itu untuk berkencan-- berjalan-jalan biasa menggunakan mobil.
"Hmm... Dar?"
[]
tibisi
KAMU SEDANG MEMBACA
glow up [markhyuck] ✓
Fanfiction-complete.- Kala itu, Haechan memilih mengungkapkan perasaannya pada Mark. lelaki yang 2 tahun diatasnya. Dengan bermodalkan nekat saja, Haidar yang waktu itu kelas 8 SMP, dan Marka yang kelas 10 SMA. "ya. kita lihat nanti." -haidar "gue lihatin ter...