،،̲ chapter 15 ✦

10.1K 1.1K 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[-]

"DAR! CEPETAN DONG! NANTI TELAT UPACARA!!"

"Iya bentar, lagi cari dasi."

Ya, keduanya sudah resmi menjadi bagian dari ILSS mulai hari ini.

"Emang lo bawa dasi ke rumah gue? Nggak ketinggalan di rumah lo, 'kan?"

Haidar mencoba memastikan. Berantakan sudah kamar dirinya dengan baju-baju berserakan.

"Udahlah gue gak usah ikut upacara. Ayo berangkat."

Tentu saja Haidar tidak akan membiarkan Navendra dihukum karena kelakuannya. Cukup sudah dirinya tak tau diri sudah menumpang.

"Kita gantian sepeda lagi?" tawar Haidar sambil berjalan keluar rumah.

"Ogah! Sepeda lo berat, kayak orangnya."

"Sialan."

[-]

"Dar, gue mau ikut lo bolos deh."

Entahlah, Navendra tiba-tiba merasa mulas. Bukan mulas seperti penyakit kebanyakan. Ini biasanya terjadi pada Navendra karena merasa dibawah tekanan.

"Kenapa?"

Navendra menggedikkan bahunya, "Nggak tau. Gue ngerasa mual aja."

"Yaudah, ayo deh."

Si pak satpam mengernyitkan dahinya heran. Dua orang ini sudah memarkirkan sepedanya, namun malah keluar area sekolah.

Ah sudahlah! Bukan urusannya juga.

"Dimana tempat bolos yang bagus?"

"Nanya ke gue segala. Emang lo kira, gue udah sekolah disini berapa tahun?"

Haidar memang seperti itu. Tidak santai selalu.

"Ya santai dong!" kata Navendra tak terima.

"Jadi kemana dong? Masa ke kantin? Nanti yang ada dilaporin ke guru sama orang kantin."

"Ke warung luar sekolah aja." usulnya.

"Pak! Pak! Bukain dong, besok-besok saya nggak telat lagi deh, janji."

Permohonan itu mengalihkan atensi Haidar dan Navendra yang sedang berpikir jalan tikus menuju keluar sekolah.

"Nggak. Nggak bisa. Kamu udah sering begini, dari kemarin begitu terus." satpam pun sepertinya sudah bosan dengan orang yang itu-itu saja.

"Itu kak Marka, 'kan?" tanya Haidar memastikan.

"Iya. Telat dia."

Ide buruk terlintas di benak Haidar. "Ajak kak Marka bolos bareng aja, kuy!"

Bug

"Gila lo? Mana mau dia. Liat tuh, dia aja bersikeras mau masuk. Masa pas udah masuk tinggal keluar gitu aja?"

Haidar berpikir itu ada benarnya juga. Tapi, tak salah mencoba, 'kan?

"Coba aja dulu. Siapa tau kak Marka suka sama gue, terus dia mau karena gue yang ngajak?"

Sejujurnya, Navendra berasa tertampar dengan melihat Marka. Mereka berdua dengan mudah dan tidak telat, bisa masuk dengan ringan. Sedangkan Marka, dia telat dan masuk saja harus memohon.

Tetapi walaupun tertampar, dia tidak mengurungkan niat untuk bolos.

"Pede banget lo."

"Suka-suka siapa? Sirik, 'kan lo gara-gara Jeano nggak bisa diajak kompromi?" Haidar meledek.

"Yayaya. Cepetan, nanti keburu ada yang keliling buat jaga."

Haidar mengendap, diikuti Navendra yang mengcopy segala gerakan Haidar dengan teliti agar tidak ketauan.

Jalan tikus yang dicari Haidar berhasil ternyata. Navendra bisa bernapas lega sekarang.

"Psstt! Mark!"

Sebut saja Haidar tak sopan. Tapi memang begitu kenyataannya. Sejak kejadian kemarin, dia agak kesal dengan Marka. Tapi, itu tidak membenarkan Haidar untuk menghilangkan kesopanannya bukan?

Ya tapi Haidar tetap Haidar. Kepala batu.

Satpam memang sudah memasuki kawasan lapangan tempat dimana upacara dimulai. Hanya tinggal satu satpam yang berjaga. Namun, satpam yang harusnya bertugas di pos, sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri.

Jadi, aman-aman saja.

"Bim? Itu lo?" Marka memastikan dengan berbisik.

"Ya iyalah. Siapa lagi?"

"Ikut bolos nggak?" tawar Haidar tanpa beban.

"Nggak. Lo, gue bilangin Bu Nia nanti bolos upacara." Marka mengancam.

"Gue putusin dulu pita suara lo. Lagian, lo juga bakal dihukum akhirnya. Tadi pak satpam nggak kasih ijin buat lo masuk, 'kan?"

Haidar dengan segala akal bulusnya mempengaruhi Marka. Marka yang bimbang malah ikut terjeblos mengikuti Haidar dan Navendra untuk bolos.

Lagian, dia lelah membujuk satpam dengan rokok terus. Tekor Marka lama-lama!

"Ikut deh gue." kata Marka pada akhirnya.

Terhasut Haidar. Haduhh.

Setelah merasa puas, Marka menerima ajakannya, mereka bertiga bolos dengan ringannya. Menanyai Marka, tempat bolos yang berkelas. Tentu saja Marka tau! Dia sudah hampir 3 tahun bersekolah disini.

"Ke taman sekitar sini. Itu biasanya aman kalau upacara."

Ya, memang benar. Pasalnya, tidak ada guru atau pengawas yang mau lelah-lelah memeriksa ke sana.

Taman? Di sekitar sini?

[-]

glow up [markhyuck] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang