،،̲ chapter 2 ✦

17.1K 2K 145
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

fyi, aku nulis part ini siang-siang sambil nonton olimpiade Tokyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

fyi, aku nulis part ini siang-siang sambil nonton olimpiade Tokyo. Jadi, curhat dikit. Bangga banget GreyAp bisa raih medali emas😭. Oke-oke lanjut aja.

[—]

Bagaimana Haidar bisa lupa? Marka masih bersekolah disini, ini tahun terakhir mantan crushnya bersekolah di ILSS.

Bodoh-bodoh!

Sejujurnya, penghinaan Marka waktu itu masih berbekas dihatinya. Selain itu, tekadnya juga sudah terlaksanakan.

Sudah terlaksanakan, tetapi tak tau bagaimana hasilnya. Kalau kalian lupa, waktu itu tekad Haidar untuk berubah. Dalam segala bidang.

"Nama?"

"Navendra, kak."

Marka menunjuk Haidar menggunakan pulpennya, "lo?"

"Haida—" Haidar menggeleng, "Maksud gue Abimanyu."

Biarlah hilang sopan santunnya terhadap kakak kelasnya. Dendam masih tersimpan di hatinya.

Tetapi satu pertanyaan yang bersarang di kepalanya, kak Marka apa masih mengingatnya?

"Kenapa bisa telat?"

"Ban sepeda gue kempes. Udahlah langsung aja kasih hukumannya, gue jelasin panjang juga lo nggak bakal paham." ketus Haidar.

Alis Marka menukik tajam, "Kok lo songong? Sama senior?"

"Lah? Bodo amat."

Navendra menyikut perut Haidar, "Lo kenapa, sih? Sensi banget?" tanya Navendra berbisik.

"Kesel gue sama jamet ini, Na! Pengen gue tonjok muka sok gantengnya."

Sok ganteng tapi lo pernah suka, cinta malah.

"Udahlah, siapa tau dia mau kasih keringanan, tapi karena lo belagu, jadinya batal, tuh, keringanan." Navendra masih berbisik.

Lantas, Haidar menghembuskan napasnya untuk mengatur emosi.

"Ya, ok kakak senior yang terhormat. Apa hukuman buat gue sama Nana? Apa mungkin kakak senior yang terhormat satu ini ingin memberikan kami keringanan dengan murah hati? Saya akan menerima kemurahan hati anda dengan suka cita, yang mulia, Marka Gideon Pratama."

Nada jengkel terdengar ketara dari nada Haidar berbicara.

"Nggak-nggak. Karena ini masih hari pertama MPLS, gue nggak bakal ngurangin poin kalian. Tapi hukuman masih jalan."

"Lo-Abim, lo sapu taman belakang sekolah. Navendra, lo nyusun buku di perpustakaan. Segitu aja, nanti bakal ada yang ngawasin kalian."

Bak hakim menjatuhkan hukuman pada terdakwa, Navendra tanpa protes membungkukkan badannya. Dirasa Haidar masih berdiri tegak, Navendra menarik tengkuk temannya ini untuk ikut membungkuk.

"Terimakasih, kak. Permisi."

Menarik Haidar layaknya kerbau tanpa memberinya kesempatan untuk memprotes pada jamet dihadapannya.

"Na, ish! Apa-apaan? Gue mau protes. Enak aja hukuman lo lebih ringan daripada gue?!"

"Gak apa-apa. Gak usah diperpanjang, tsay. Kita masih hari pertama MPLS, jangan berulah dulu. Kerjain aja hukumannya, lagipula ini karena sepeda lo segala acara kempes. Udah ya, bye-bye! Muachh!"

Haidar bergidik ngeri atas kiss fly dari Navendra. Menghela napas panjang setelahnya. Mau tak mau, Haidar mengerjakan hukumannya sekarang.

"Sial! Marka jamet!"

Dia melempar topi jerami kerucutnya menghempas lantai.

()

Panasnya matahari seperti pemanggang yang memanggang kulit daging. Seperti itulah yang Haidar rasakan.

Tiada hentinya dia merutuki Mark yang menurutnya pilih kasih. Hukuman untuk Navendra ringan saja, terlindungi dari panas matahari. Omong-omong, dia sempat ke perpustakaan. Dan memang benar, buku-buku di sana hanya beberapa yang tergeletak berantakan.

Beda lagi dengan dirinya. Berurusan dengan daun-daun kering yang jatuh seakan tidak ada habisnya, memunguti botol plastik yang mengembun di bagian dalam, dan terakhir, terpapar sinar matahari.

"Lihat aja nanti lo, jamet!! Arghh kesel gue setan. Mana panas-panas siang bolong begini. Gue juga butuh minum nih, sinting!" entah pada siapa Haidar menggerutu.

"Siapa jamet?"

Haidar terlonjak kaget, reflek melepaskan sapu lidi dari tangannya.

"Lo, lah! Siapa lagi?"

Dia kembali mengambil sapu lidi yang terhempas ke tanah tadi, melanjutkan kegiatan menyapu daun-daun sialan ini.

"Lo kenapa, sih? Sensitif banget sama gue? Sebelumnya gue ada salah?"

Haidar menggeleng cuek, "Gak ada, cuma tampang jamet lo aja yang bikin gue gedeg."

Masih dengan menyapu, Marka dengan sengaja mengotak-atik kumpulan daun yang sudah Haidar kumpulkan dengan waktu yang cukup lama.

Memberikan efek emosi mencapai ubun-ubun pada Haidar.

"Kak Marka?"

Mark menggumam, "Hm?"

"Aku punya pantun nih, buat kakak."

"Oh ya? Coba-coba, gue mau denger."

"Bumi gonjang-ganjing.."

"Cakep!"

"Muka lo kayak anjing!!" lanjutnya.

Wajah Haidar kelewat datar. Menyeramkan. "Cepet kumpulin lagi, gak mau tau!"

"Ogah! Lo yang dihukum kok. Udahlah, bye-bye!!"

Marka berlalu dengan senyum geli tercetak di bibirnya, meninggalkan Haidar dibelakang yang tengah mengumpat segala nama binatang, kata-kata tak pantas dan sebagainya.

"Arghh bangsat, nambahin kerjaan aja si jamet!"

Kalau sudah begini, apalagi? Ya Haidar yang harus mengumpulkan, padahal ‘kan Marka yang mengacak.

Biasalah, senior belagu!

[—]

glow up [markhyuck] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang