“Seenggaknya biarin aku jelasin...” kata ayah pertama Haidar pada Mamanya. Haidar masih berdiri diam, tak lupa bersembunyi.
Jika ditanya bagaimana Haidar sekarang? Dia bergetar hebat, seluruh perasaannya campur aduk. Jadi.. yang pernah dirinya hina itu Ibu dari Marka?
Tapi tak hanya itu yang membuat tubuhnya bergetar. Seluruh fakta inilah yang membuatnya semakin tak keruan.
“Jangan masuk. Kita bicarain disini.”
Maksud dari Mamanya jangan masuk adalah; tidak boleh berada di ruang keluarga untuk berbicara.
Huh, memangnya kenapa? Haidar pun sudah tau!
Kedua orang yang dulunya sempat bahagia bersama dulu. Bersatu dalam pernikahan harmonis. Mereka terlihat berusaha tenang, kemudian menarik kursi lalu mendudukinya.
Ok, here we go. Siapkan semuanya, Haidar.
“Kamu tau malam dimana, kamu menyerahkan semuanya?”
Mamanya mengangguk, berusaha tetap tenang.
“Seminggu sebelum itu terjadi, aku dan Ibu dari Marka berhubungan intim. Aku tidak sadar, dibawah pengaruh alkohol. Tapi tidak dengan Ibunya Marka. Dia tidak mabuk, dia ingat semuanya.”
“Kenapa..?”
“Hubungan kami ditentang keras oleh orang tuanya. Perjuangan yang lama itu sia-sia. Aku terlalu frustasi, lalu mabuk. Dan reflek kembali ke rumah, rumahnya.”
Haidar tau. Rumahnya di konteks ini adalah rumah istri baru sang Ayah.
“Tapi Ibu Marka tidak meminta pertanggungjawaban, dia sudah lebih dulu dipaksa menikah dengan Markus, Suaminya yang sudah lama meninggal.”
Jadi??
“Lalu kalian bertemu kembali dan saling mencintai, tamat.” kata Mama memotong.
Sedangkan Ayah, dia menunduk dalam. Karena ulahnya, dua orang tak bersalah tersakiti. Mungkin empat orang; Mama, Ibu Marka, Marka dan Haidar.
Tidak! Tidak ada bukti, tidak valid!
“Ini, aku membawa tesnya.”
Haidar makin lemas. Ayah membawa amplop berlogo rumah sakit, yang isinya tes darah antara Ayah dan Marka.
Haidar sedikit mengintip dari jendela.
Sepertinya itu valid, karena Mama semakin menangis. Semuanya terlarang. Marka dan Haidar. Dirasakan dadanya yang berdenyut nyeri. Oksigen dia hirup banyak-banyak namun pelan, memastikan tangisnya tak terdengar.
Sudah berapa kali dia kecewa pada orang tuanya?
Dari perceraian, tidak adanya mereka disaat Haidar jatuh, dan sekarang? Haidar tak pasti siapa yang salah disini.
Mama segera berlari masuk. Haidar tentu saja kaget, untung saja Mama tidak menengok ke sini.
“Aku pamit. Haidar, Papa pamit.”
Mungkin Ayah tak tau disini Haidar mendengar semuanya.
Meninggalkan rumahnya yang sepi. Apalagi? Mungkin pembicaraannya yang direncakan harus batal.
Dilihatnya sekali lagi, amplop yang dibawakan Ayah tadi masih tergeletak di meja. Haidar memutuskan melihatnya secara langsung. Walaupun dia tau, walaupun dia akan lebih sakit. Dia tetap mehatnya langsung.
Tes akurat. Antara Farel dan Marka.
Big brother, Marka.
Dadanya semakin sesak. Bahunya bergetar. Apa Marka tau perihal ini?
Semuanya seperti hambar bagi Haidar. Seluruhnya. Jika sebelumnya, mungkin dia masih punya Marka sebagai gebetannya yang jahil. Tetapi sekarang, dia memang masih punya Marka, tapi sebagai saudara kandung, yang saling merangkul tanpa adanya perasaan cinta. Hanya ada rasa saling melindungi dan sayang sebagai saudara.
Haidar menyudahi tangisnya. Menarik lendir yang keluar dari hidungnya dalam jumlah banyak. Mengusap kedua matanya secara kasar dengan lengannya. Sudahlah! Mungkin dosanya di masa lampau terlebih banyak sampai-sampai mendapat balasan sebegini sesaknya.
Mungkin dia akan tetap berbicara dengan Marka. Namun tidak tentang pengakuan cintanya yang kembali tumbuh bagi saudaranya. Tetapi tentang damainya sebagai saudara kandung.
Cukup untuk malam ini, besok akan lebih sakit lagi.
tibisi
![](https://img.wattpad.com/cover/279718136-288-k906158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
glow up [markhyuck] ✓
Fanfiction-complete.- Kala itu, Haechan memilih mengungkapkan perasaannya pada Mark. lelaki yang 2 tahun diatasnya. Dengan bermodalkan nekat saja, Haidar yang waktu itu kelas 8 SMP, dan Marka yang kelas 10 SMA. "ya. kita lihat nanti." -haidar "gue lihatin ter...