Seperti biasa aku mau tanya" sedikit dulu yaahh
Kalian baca tanggal berapa?
Hari apa?
Jam Berapa?
SPAM RANDOM COMMENT DISINII!!
Makasii udah mau jawab, lov u
met baca all <3
***
"Tolong jangan kasih aku harapan lagi. Dari awal gak ada yang bisa diharapkan dari hubungan kita."
***
Sudah lebih dari satu jam Aldino menunggu kedatangan Rifa di ruang kelasnya. Tak seperti biasanya gadis itu menghilang begitu saja tanpa kabar. Padahal di hari-hari sebelumnya gadis itu selalu bersemangat dan tiak pernah telat untuk tutor matematika akhir-akhir ini.
Aldino akhirnya memutuskan untuk pulang. Dia rasa Rifa tidak akan hadir kali ini. Mungkin gadis itu punya kesibukan lain sehingga dia tidak bisa datang dan tidak sempat untuk mengabarinya.
"Aldino, kok baru pulang?" Panggil seseorang sekaligus bertanya mencegat kepergiannya.
Aldino otomatis langsung menoleh ke sumber suara dan berhenti melangkah. Rupanya Pak Jaya lah yang memanggilnya kali ini.
"Iya Pak tadinya mau ada tutor sama Rifa tapi di-cancel dulu buat hari ini," jawab Aldino.
Pak Jaya memanggut-manggut, "Bapak gak salah pilih orang, makasi banyak ya Aldino udah mau bantu Rifa, ulangan kali ini dia dapet nilai yang sama kaya kamu."
"Semoga semua kebaikan kamu terbalaskan ya," Pak Jaya mendoakan sebelum beliau melanjutkan langkahnya.
"Makasih banyak Pak."
Aldino terdiam sejenak. Entah mengapa dia memiliki firasat buruk kali ini. Dia sudah cukup lama mengenal Rifa. Biasanya gadis itu justru akan datang padanya ketika dia sedang bahagia meskipun tak ada hubungannya dengan Aldino sama sekali.
Namun kali ini nilai matematikanya yang menjadi sumber kebahagiaannya dan Aldino pula yang membimbingnya selama beberapa bulan. Kali ini hal yang membuatnya bahagia sangat berhubungan erat dengan Aldino. Bukankah seharusnya gadis itu menemuinya sekarang?
Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha untuk mengusir nama Rifa dari pikirannya. Aldino baru sadar bahwa dia tak seharusnya memikirkan hal seperti itu. Dia juga seharusnya tidak boleh berharap balasan dalam bentuk perkataan atau reaksinya sekalipun untuk membalas kebaikannya selama ini.
Aldino memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dan segera pulang ke rumahnya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Dia berencana untuk langsung beristirahat di kamarnya setelah ini.
Setelah menempuh perjalanan yang terbilang ramai Aldino akhirnya sampai di rumahnya. Cowok itu perlahan membuka pintu utama rumahnya dengan perlahan. Disaat itu juga kedua matanya berkontak dengan Hendra yang sedang bersantai di ruang tamu.
"Ohh jadi selama papa gak ada di rumah kamu pulang se-sore ini yah?" Ujar ayahnya dengan sarkastik.
Aldino menghela napasnya. Jujur saja dia tidak punya tenaga untuk memulai perdebatan dengan ayahnya. Semenjak ayahnya datang kembali dia jadi merasa asing di tempat ini. Cowok itu mulai merasa tidak nyaman di rumahnya sendiri.
"Habis dari mana aja kamu hah? Pacaran yah sama cewek itu?" Tuduh Hendra dengan nada bicaranya yang sudah meninggi.
"Aldino emang tiap pulang sekolah ada jadwal tutor matematika bareng Rifa tapi barusan nggak dateng orangnya," jawab Aldino. Wajahnya sudah terlihat lelah namun dia terpaksa harus meluruskan dugaan ayahnya. Dia tidak mau diamnya membuat ayahnya semakin salah paham padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]
JugendliteraturSUDAH TAMAT & PART MASIH LENGKAP [FOLLOW DULU SEBELUM BACA, PRIVATE ACAK] ✨ Perasaan yang tak pernah berjalan searah ✨ "Gue minta sama lo buat berhenti ngejar-ngejar Aldino kaya gitu, jangan nyakitin diri sendiri!" Pekik Rifqi. "Tolong jangan halang...