39. Berharap dan Kecewa

987 62 5
                                    

"Kekecewaan akan selalu ada dalam setiap harapan."

***

Tepat saat bel sekolah berbunyi Rifa buru-buru ke luar dari ruang kelasnya. Senyumnya yang mengembang dengan sempurna itu berhasil menyita banyak perhatian teman sekelasnya termasuk perhatiannya Rifqi Attila Pratama. Ini pertama kalinya Rifqi melihat Rifa sebahagia itu mendengar bel pulang berbunyi.

Gadis itu kemudian bergegas pergi ke mall yang lumayan terkenal di kota Bandung. Mall itu sebetulnya terletak lumayan jauh dari sekolahnya, Rifa memerlukan waktu setengah jam lebih untuk sampai di sana. Itupun dikarenakan jalanan belum terlalu padat dan Rifa juga beruntung karena mendapatkan angkot yang tidak terlalu padat.

Rifa : Al gue di depan bioskop ya

Sesampai di sana Rifa segera mengirimkan pesan singkat pada Aldino. Sembari menunggu kedatangan cowok itu, Rifa memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Dia tidak menduga bahwa hari ini akan ada banyak orang yang berdatangan. Mall ini bahkan dipenuhi oleh para siswa yang baru saja pulang seperti dirinya.

Kedua mata Rifa terpaku pada sepasang remaja SMA yang baru saja masuk ke dalam bioskop. Perempuan itu tampak sangat bahagia sementara cowoknya tetap memperlihatkan raut wajah datarnya.

Rifa terkekeh geli, mungkin seperti itu gambarannya jika dia berkencan dengan Aldino. Gadis itu mulai membayangkan bagaimana hari ini akan berakhir bersama Aldino. Dia juga sudah mempersiapkan berbagai macam topik yang akan dia bahas dengan cowok itu.

Satu jam telah berlalu dan cowok itu belum menunjukkan batang hidungnya. Rifa kembali memeriksa ponselnya berharap Aldino sudah memberikannya sebuah balasan. Namun nyatanya, cowok itu bahkan belum membaca pesan yang sudah dia kirim dari satu jam yang lalu.

Entah berapa lama lagi dia harus menunggunya. Rifa memberanikan diri untuk menelepon cowok itu. Setidaknya Rifa tahu keberadaan cowok itu saat ini. Setidaknya Rifa mendapatkan kepastian darinya.

Sayangnya Rifa tidak mendapatkan balasan dari panggilan itu. Rifa berusaha untuk tetap tenang dan mencoba untuk menghubunginya untuk kedua kalinya. Lagi-lagi dia tidak mendapatkan balasan dari cowok itu.

Seketika perasaan khawatir, takut, gelisah bercampur menjadi satu. Dia takut terjadi sesuatu paa cowok itu sampai hilang kabar seperti ini. Apakah Aldino akan datang sesuai janjinya? Rifa benar-benar bingung.

Rifa menggeleng pelan mengusir semua prasangka buruk tentang Aldino. Dia tahu Aldino merupakan tipikal orang yang akan menepati janjinya. Cowok itu pasti datang. Rifa akan tetap menunggunya selama apapun itu.

Hari sudah semakin larut dan kondisi di mall sudah semakin sepi. Suhu ruangan pun terasa semakin dingin. Kepalanya mulai terasa pusing dan tubuhnya sudah mulai terasa panas.

Rifa kembali mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang sejak tadi dia tunggu kedatangannya. Perlahan pandangannya pun berkunang-kunang dan berubah menjadi ungu. Gadis itu mulai hilang keseimbangan hingga akhirnya semua pandangannya menjadi gelap dalam sekejap.

***

Seusai kelas biologi, Aldino segera merapikan semua barang-barangnya. Saking terburu-burunya, Aldino sampai tidak sadar saat ini dia sedang diperhatikan oleh seluruh teman sekelasnya. Ini pertama kalinya Aldino tampak rusuh ingin cepat-cepat keluar dari ruang kelasnya. Biasanya cowok itu selalu keluar paling terakhir diantara teman-teman yang lainnya.

Sikap Aldino saat ini tentunya mengundang perhatian Arin juga. Tepat pada saat Arin mendekat, ponsel cowok itu yang tersimpan di atas meja berbunyi. 

Arin otomatis melirik layar ponsel itu. Gadis mengerutkan keningnya. Tertulis nama Rifa di sana. Kini semua jenis pertanyaan mulai bermunculan dalam benaknya. Ada keperluan apa Rifa memanggil cowok itu? Sudah sedekat itukah mereka selama ini? Sejak kapan? Mengapa Arin baru menyadarinya sekarang?

Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang