Haii semuanya, apa kabar? Semoga pada baik-baik aja yaa!!
Udah pada siap kan buat baca Rifaldino?
Sebelum itu boleh dong kalian spam comment disini buat nunjukin antusiasme kalian!!
Jangan lupa vommentnya juga ya dari sekarang okaaayy?
Ohiya feel free uga yaa buat masukin cerita ini di medsos kalian dan jangan lupa tag aku jugaa!!
***
"Akan ada masanya aku tidak lagi menjadi prioritas utama selaku sahabat kamu karena hadirnya seorang kekasih dalam hidupmu."
***
Pikiran Rifqi benar-benar kacau. Setelah bertemu dengan Arin dia tidak kembali masuk ke kelasnya. Sejujurnya Rifqi belum siap untuk bertemu kembali dengan sahabatnya, Rifa. Dia tidak tahu harus berbicara apa padanya. Alhasil sedari tadi dia menunggu Arin di tempat parkir motor. Rifqi sudah berjanji padanya bahwa setelah ini mereka akan pergi berkencan ke suatu tempat.
Setelah bel pulang berbunyi tepat pada pukul tiga sore, sebagian siswa International High sudah mulai keluar dari sekolah. Semua orang tampak sangat bersemangat keluar dari gedung sekolahnya itu.
Seorang perempuan yang kali ini kedatangannya tidak dia harapkan tiba-tiba muncul dihadapannya. Rifqi belum siap dengan ini semua. Dia tahu bahwa Rifa tidak mungkin menahannya, Rifqi malah takut menyakitinya karena ucapan yang akan dia lontarkan sebentar lagi.
"Gue kira lo cabut duluan," Rifa membuka suaranya.
"Nggak lah, gue lagi gak mau cari ribut sama bokap," jelas Rifqi.
"Tadi kenapa gak ke kelas aja?" Tanya Rifa. Sejujurnya dia sedikit penasaran apa yang telah sahabatnya dan Arin lakukan sampai dia harus membolos. Namun, dia sempat berpapasan dengan Arin pada saat dia kembali ke kelasnya setelah membereskan buku-buku perpustakaan.
"Bosen di kelas, lagi males belajar," jawab Rifqi asal.
Rifa merasa aneh dengan sikap Rifqi saat ini. Di antara banyaknya alasan untuk tidak mengikuti pembelajaran mengapa Rifqi harus memilih yang itu? Apakah ada yang disembunyikan oleh lelaki itu darinya?
"Kebiasaan ya, mau sampai kapan sih lo bolos-bolos kaya gini?" Tanya Rifa yang hendak menceramahi sahabatnya itu.
"Yaelah Fa lo kaya gak kenal gue aja," ujar Rifqi dengan santainya.
Rifa mulai bersikap tegas dengan memperlihatkan raut wajah seriusnya, "Gue gak tahan aja gitu lihat lo gini terus."
"Iya-iya, gak lagi deh," Rifqi mengalah.
Ada rasa kepuasan dalam diri Rifa saat ini. Meskipun Rifqi terkadang bersikap menyebalkan padanya tetapi lelaki itu selalu mengalah untuknya. Dia pasti akan selalu melakukan apa yang dia perintahkan. Rifa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Rifqi.
Rifa teringat dengan hasil ulangan yang baru saja dibagikan oleh Pak Jaya. Dia nyaris kelupaan bahwa Pak Jaya memintanya untuk memberikan kertas ulangan itu kepada Rifqi.
"Ohiya nih gue sekalian bawain tas sama hasil ulangan matematika yang baru dibagiin barusan," Rifa mengambil kertas itu dari dalam tasnya dan langsung diserahkan kepada Rifqi.
"Lo lolos," ujar Rifa sebelum Rifqi melihat nilainya.
"Yess, Thanks ya Fa," Rifqi terlihat sumringah.
"Lo dapet berapa Fa? Pasti lebih gede yah?" Tanya Rifqi penasaran. Seharusnya Rifa mendapatkan nilai yang lebih besar darinya. Dia tahu betapa giatnya Rifa mempelajari materi ulangan matematika ini dari jauh-jauh hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]
Teen FictionSUDAH TAMAT & PART MASIH LENGKAP [FOLLOW DULU SEBELUM BACA, PRIVATE ACAK] ✨ Perasaan yang tak pernah berjalan searah ✨ "Gue minta sama lo buat berhenti ngejar-ngejar Aldino kaya gitu, jangan nyakitin diri sendiri!" Pekik Rifqi. "Tolong jangan halang...