Seperti biasa kita ritual dulu yahh
Kalian baca tanggal berapa?
Hari apa?
Jam Berapa?
SPAM RANDOM COMMENT DISINII!!
Makasii udah mau jawab, lov u
met baca all <3
***
"Hidup itu penuh dengan pengorbanan bahkan setelah berharap pun harus siap mengorbankan hati untuk terluka karena kecewa."
***
Rifa perlahan membuka matanya. Gadis itu merasa asing dengan langit-langit yang saat ini terlihat pada pandangannya. Rifa mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Dia ada di mana sekarang? Mengapa dia bisa berada di sini?
Setelah beberapa menit menyelami pikirannya, Rifa teringat sebelum dia tersadar kembali dia sempat presentasi di depan Aldino. Pnadangannya seketika menjadi gelap setelah dia berdebat kecil dengan cowok itu. Setelah itu Rifa sudah tidak ingat apa-apa lagi. Dia juga tidak tahu siapa yang membawanya ke sini.
"Fa, lo udah bangun?" Tanya seorang cowok yang ada di sebelahnya. Suaranya terdengar tidak asing di telinganya tapi sepertinya bukan Aldino yang saat ini ada di sisinya. Cowok yang kehadirannya sangat diharapkan oleh Rifa saat ini.
Mendengar suara cowok itu, Rifa berusaha bangkit untuk duduk di atas ranjang itu. Dia ingin memastikan keberadaannya saat ini dengan melihat di sekelilingnya. Namun badannya masih terasa sangat lemas, energinya belum kembali sepenuhnya untuk bangkit. Gadis itu nyaris kembali terjatuh di atas bangsalnya.
"Eh pelan-pelan," cowok itu langsung membantu Rifa untuk bangkit dengan menahan punggungnya.
Rifa melirik ke sebelah kanannya. Tak disangka-sangka Arkanza akan berada di sisinya saat ini. Cowok yang dia kira sangat sibuk dengan aktivitasnya ternyata mulai selalu ada untuknya. Padahal mereka baru saling menyapa sekali.
Rifa benar-benar kecewa saat ini karena jujur saja bukan kehadiran Arkanza yang dia harapkan. Dia ingin Aldino yang berada di sini bersamanya. Alasannya sudah jelas, dia ingin Aldino yang menemaninya karena cowok itu yang membuatnya berada dalam kondisi seperti ini. Dia ingin Aldino belajar dari kejadian ini untuk mengontrol ucapannya. Dia ingin Aldino berhenti menyiksanya dengan tumpukan tugas juga setelah melihat kondisinya yang melemah.
Sakit, sedih, dan kecewa. Tiga kata itu menggambarkan suasana hatinya saat ini. Dia tidak bisa menyalahkan Aldino sepenuhnya. Rifa juga salah karena telah berharap banyak pada Aldino. Padahal sejak awal dia tidak boleh menaruh harapan pada cowok itu jika tidak mau berujung seperti ini. Ada yang harus dikorbankan setelah berani mengharapkan seseorang
"Kak Arkan?" Panggil Rifa dengan suara paraunya.
"Kok kakak di sini?" Tanya Rifa. Gadis itu bingung dengan kehadiran Arkanza saat ini. Bukankah terakhir dia sedang bersama Aldino? Lantas mengapa yang ada di sebelahnya saat ini adalah Arkanza?
"Barusan gue lewat koridor kelas-kelas 11 IPA gitu terus liat lo pingsan di lantai," Arkanza menjawab.
Rifa masih terdiam, gadis itu masih menunggu Arkanza untuk melanjutkan penjelasannya. Dia berharap cowok itu akan menceritakan kemana kah Aldino pergi. Rifa berharap dia akan mendapatkan jawaban atas keberadaan Aldino saat ini dari cowok itu. Namun sepertinya Arkanza tidak akan menjelaskan apapun lagi dan Rifa pun enggan untuk bertanya.
Lebih tepatnya Rifa takut jika dia harus mendengarkan jawaban yang menyakitkan. Dia sudah sakit hati tidak melihat keberadaan Aldino di tempat ini. Lebih baik dia tidak perlu tahu kebenarannya seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rifaldino (PREQUEL IPA & IPS) [TAMAT]
Teen FictionSUDAH TAMAT & PART MASIH LENGKAP [FOLLOW DULU SEBELUM BACA, PRIVATE ACAK] ✨ Perasaan yang tak pernah berjalan searah ✨ "Gue minta sama lo buat berhenti ngejar-ngejar Aldino kaya gitu, jangan nyakitin diri sendiri!" Pekik Rifqi. "Tolong jangan halang...