BAB 11. Jangan Mendekat

15 4 0
                                    

"jangan dekat dekat dulu deh, jantung Embun gak normal kalau dekat Fajar"

Embun benar-benar bahagia berada di tengah keluarga Fajar. Arina menerimanya dengan sangat baik, Nisa juga gadis ceria, membuat Embun nyaman berbincang dengan dia.

" Makasih udah bawa Embun ke keluarga Fajar," ucap gadis itu dengan tulus.

Fajar menepikan mobilnya. Mereka masih punya banyak waktu untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah.

" Kenapa?" bingung Embun saat Fajar menatapnya begitu intens

" Lo gak mau cerita sesuatu sama gue?"

Embun mencoba mencerna maksud perkataan Fajar

" Okay kalau lo belum mau cerita. Biar gue aja yang duluan," lanjut Fajar

"Embun mau dengarin," ucap gadis itu dengan hati-hati. Fajar menatap lurus ke depan ,menerawang sesuatu

" Mungkin lo udah dengar sebagian dari Nisa soal Claire. Jujur gue kecewa banget waktu tau kalau Claire bermain di belakang gue bahkan dengan sahabat gue sendiri," Fajar mulai membuka kisah lamanya

"Bukan hanya hubungan gue dan Claire yang selesai tetapi persahabatan gue sama Argo juga berantakan, dan itu hanya karena seorang wanita." tambah Fajar. Kini tatapannya mengarah pada Embun, tatapan keduanya bertemu. Fajar tersenyum, kini menatap Embun, meminta gadis itu untu bercerita.

Embun menunduk, gadis itu menggenggam erat rok yang dia kenakan. Ada sedikit rasa ragu apakah harus menceritakan masalah keluarganya pada Fajar atau tidak.

"Tenang aja. Gue gak makan lo kalau lo cerita soal mantan lo yang banyak," seloroh Fajar mencoba mencairkan suasana

"Embun gak punya mantan kok," balas gadis itu dengan polosnya, Fajar tersenyum penuh makna, rupanya dia adalah yang pertama bagi gadis di sampingnya itu. pantas saja Embun terlihat masih sangat polos.

"Embun gak tau harus mulai dari mana. Intinya Embun gak tau salah Embun dimana, tapi sejak papa meninggal semua berubah. Bang Asa menjauh dari Embun. Mama mengatur semua hal dalam hidup Embun tanpa bertanya Embun mau atau tidak, Embun bisa atau tidak. Semuanya diatur sama Mama," suara Embun bergetar saat mulai bercerita.

"Its okey. Kalau lo gak sanggup gak usah dilanjut," ucap Fajar

Embun menghela nafas, guna menenangkan diri

"Semua bilang kalau papa meninggal karena kecelakaan yang menimpa Embun dan papa tetapi Embun merasa ada yang mereka sembunyikan sampai bang Asa terlihat begitu membenci Embun sejak papa pergi. Kalau saja Embun bisa memilih, Embun juga tidak menginginkan papa pergi," Embun terisak. Fajar menarik gadis itu ke dalam pelukannya, tidak menyangka Embun harus menanggung beban seberat itu. kehilangan orang yang paling dia sayang dan dijauhi oleh keluarganya sendiri.

" Embun takut Jar. Takut banget," lirih gadis itu

"Bukan salah lo kok. Udah takdir papa lo harus pergi secepat itu," ucap Fajar menenangkan.

Selama beberapa menit, Embun berada dalam pelukan Fajar, kehangatan yang Fajar berikan cukup untuk menenangkan kekhawatiran di hati gadis itu.

" Masih nyaman dalam pelukan gue,"

Embun segera menjauhkan tubuhnya dari Fajar, wajah gadis itu berubah memerah.

"Lo sempat sempatnya nyari kesempatan ya," ucap Fajar

" Enggak kok," kilah gadis itu, Fajar terkekeh lalu mengacak rambut Embun

" Fajar!" panggil gadis itu

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang