BAB 12. Sebuah Foto

13 4 0
                                    

"kisah dibalik sebuah foto sebagai bentuk, kenangan yang tersimpan rapi dalam memori"

Embun menenggelamkan kepalannya di lipatan tangan, sungguh gadis itu masih malu dengan kejadian tadi. Bisa bisanya Fajar memeluknya dihadapan banyak orang.

Ponsel Embun berdering, sebuah pesan masuk

Mama masih belum bisa pulang. Mama akan suruh Angkasa pulang menemani kamu

Embun mematikan ponselnya, tidak ada niatan membalas pesan dari Mariska. Sampai hari ini Mariska tidak mengetahui kalau Embun sakit bahkan harus dirawat beberapa hari, Embun tersenyum tipis, wanita itu sangat sibuk sehingga sering mengabaikannya.

Ponsel Embun kembali berdering, dengan malas gadis itu membukanya. Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Karena rasa penasaran Embun membuka isi pesan yang merupakan sebuah foto. Disana seorang pria yang amat Embun kenal sedang berpelukan dengan seseorang yang Embun tidak kenal, itu gadis yang berbeda dengan yang tempo hari mengaku sebagai mantan kekasih Fajar. Tiba-tiba saja rasa pusing menyerang gadis itu. kenapa harus di saat yang tidak tepat sih

"Embun!" panggil seseorang

Gadis itu mendongak, menatap Kirana yang memanggilnya

"lo mimisan."

Dengan sigap Kirana mendongakkan kepala Embun, agar darah tidak terus keluar.

"Pusing gak?" tanya gadis itu. Kirana khawatir lebih dari apa pun, wajah pucat Embun membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Nora sepertinya belum tiba, sementara di kelas hanya ada mereka berdua, siswa lain masih di luar menunggu kelas dimulai.

Tanpa pikir panjang, Kirana menghubungi seseorang yang terlintas di kepalanya.

"Ke kelas gue sekarang," hanya itu sebelum Kirana memutus panggilan

"Embun gak papa kok," ucap Embun ditengah ringisan yang masih terdengar oleh Kirana

"Apanya yang tidak apa-apa. Darahnya bahkan gak berhenti keluar. Mana sih, lama banget dah," gerutu Kirana, seseorang yang dia tunggu tidak kunjung datang.

"Kita ke UKS aja." ajak Kirana membantu Embun berdiri.

Baru beberapa langkah tubuh Embun hampir saja jatuh, jika Fajar tidak segera menangkap tubuh gadis itu. yup, orang yang Kirana hubungi adalah Fajar, satu-satunya nama yang terlintas saat melihat kondisi Embun.

"Embun!" gumam Fajar

Tatapan Embun sendu dan terlihat berat. Fajar meletakan tangannya di bawah lipatan lutut Embun, mengangkat tubuh lemah itu. Tujuan Fajar bukan UKS melainkan rumah sakit. Kondisi Embun tidak memungkinkan untuk dirawat di sekolah, gadis itu memerlukan perawatan intensif.

Beruntung jalanan tidak terlalu padat, dengan cepat Fajar memanggil dokter untuk segera menangani gadis itu.

Fajar memijit keningnya, rasa khawatir melihat kondisi Embun yang tidak baik-baik saja membuat Fajar kalang kabut. Apa yang terjadi sampai Embun seperti itu, seingat Fajar sebelumnya Embun baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda gadis itu sedang sakit saat bersamanya.

"Sepertinya ini yang buat Embun down," ucap Kirana memberitahu.

Gadis itu memberikan sebuah ponsel milik Embun.

"Berani sekali dia macam-macam sama gue," desis Fajar saat melihat foto tersebut

Fajar dengan mudah menebak siapa yang mengirim foto tersebut.

"Siapa gadis di foto itu?" tanya Kirana, gadis itu tidak ingin berburuk sangka, pasti ada penjelasan di balik ini, apalagi setelah Kirana mendengar percakapan Argo dan gadis ular itu, bisa saja ini ulah mereka.

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang