BAB 3. Permintaan Embun

32 5 0
                                    

"Kamu pasti bisa mewujudkan apa yang kamu inginkan ketika kamu mau mencobanya,"

Embun menatap pantulan dirinya di cermin. Seorang gadis dengan gaun putih nan elegan kini tengah meyakinkan diri.

"Kamu sudah siap?" tanya Mariska, Embun tersenyum lalu mengangguk. Setelah berlatih beberapa hari untuk kontes piano, waktu yang ditunggu akhirnya tiba.

"Ma!"

" Hem?"

Embun menghembuskan nafas, menenangkan diri

"Kalau Embun menang kontes kali ini. Embun mau minta sesuatu sama mama," ucap Embun, menarik perhatian Mariska yang tadi terfokus pada ponselnya.

"Apa yang kamu inginkan?"

"Embun mau melakukan apa pun yang Embun mau. Apa pun tanpa larangan ini itu atau diatur oleh mama selama 99 hari, dan selama itu mama harus menuruti permintaan Embun," dalam sekali tarikan nafas, Embun menjelaskan keinginannya.

Mariska sudah akan menolak sampai Embun menerusan ucapannya

"Embun gak pernah menolak apa pun yang mama minta. Selama ini semua hal di hidup Embun selalu diatur sama mama dan Embun sama sekali gak pernah protes kan. Sekali ini aja turuti permintaan Embun ya. Hanya untuk 99 hari aja kok," tambah Embun

Embun sedikit cemas menunggu jawaban Mariska, untuk pertama kali Embun memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya seperti ini.

" Baiklah. Hanya 99 hari bukan? Akan mama turuti, tapi kamu harus menangkan kontes ini." akhirnya Embun bisa bernafas lega. Dengan semangat Embun tersenyum lalu mengangguk, bukan hal sulit baginya.

Satu langkah berhasil dia lakukan.

Melody dari piano yang Embun mainkan, berhasil membuat semua yang berada disana benar benar terpukau. Embun menggerakan jari jemarinya dengan penuh perasaan, seolah sedang menyampaikan semua lewat lagu.

Ada banyak perasaan yang bercampur aduk dalam hati Embun saat ini. Yang paling dominan adalah rasa bahagia. Lagi untuk kesekian kalinya nama Embun berada diurutan pertama sebagai pemenang kontes piano.

Dengan bangga Embun memberikan piala yang dia dapat pada mamanya. Seperti biasa wajah wanita itu masih datar tanpa ekspresi yang Embun harapkan. Apa yang harus Embun lakukan agar sekali saja wanita yang melahirkannya itu memandangnya dengan tatapan bangga, mungkin tidak akan pernah.

"Embun udah menang, mama harus tepati janji," ucap Embun

Dengan berat hati Mariska mengangguk, menuruti permintaan putrinya yang sedikit aneh.

" Kenapa harus 99 hari?"

Senyum yang tadi terbit dibibir Embun, kini redup saat mendengar pertanyaan Mariska, tidak menyangka mamanya akan menanyakan hal yang paling dia hindari

"Ehm, Embun hanya asal menyebut aja kok Ma,"

Embun menggigit bibir bawahnya, guna menenangkan diri. Gadis itu berusaha menyembunyikan kegugupannya di hadapan Mariska.

"Oke. Kamu pulang sama supir. Mama mau langsung ke kantor."

Dengan cepat Embun mengangguk, menatap punggung yang semakin menjauh itu.

" Sampai kapan Embun bisa berbohong seperti ini?" gumam Embun dalam hati.

Hanya beberapa saat sebelum senyum itu kembali terbit. Langkah kedua sudah berhasil, sekarang saatnya Embun melakukan apa yang dia mau tanpa taakut wanita yang melahirkannya itu akan memprotes atau melarangnya.

Gadis yang masih mengenakan gaun itu mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, sekarang misi kedua dimulai.

" Masuk Bun!" ajak Nora.

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang