BAB 17. Sebuah Petunjuk

16 4 0
                                    


"Semua berawal dari ketidakjujuran satu sama lain"

Embun benar-benar merasa kesal sekarang. Sudah seminggu lebih mereka melakukan persiapan untuk camping yang biasa diadakan SMA Garuda sekali setahun, dan saat hari yang ditentukan hampir tiba, gadis itu malah tiba-tiba drop. Padahal Embun sangat ingin mengikuti camping yang pertama dann terakhir baginya itu. Tahun sebelumnya, Embun tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut karena larangan dari Mariska, dan sekarang bahkan di saat dia punya kesempatan, fisiknya malah tidak mengizinkan.

"Please. Embun mau ikut camping," mohon Embun pada Fajar

Sejak masuk rumah sakit beberapa jam lalu, Fajar langsung melarangnya untuk ikut

"Enggak." tolak Fajar, Embun cemberut

"Nanti Embun sendirian, yang lain juga pada ikut," bujuk Embun lagi, Fajar menatapnya dingin

"Gue akan temani lo. Gue gak ikut" cetus Fajar.

Bagi Fajar yang terpenting adalah kesehatan Embun, toh sebelumnya Fajar sudah pernah mengikuti kegiatan tersebut.

Hening. Keduanya terdiam. Embun masih memikirkan cara agar Fajar mau mengizinkannya ikut.

Pintu ruang rawat gadis itu terbuka memperlihatkan Kirana, Nor,a Sky dan Argo.

" Lo serius gak ikut tahun ini Jar?" tanya Argo memastikan

Fajar mengangguk.

"Gue ragu kalau pak Retno akan izinin. Kan lo salah satu panitia acara," ucap Argo lagi

"Gue tau. Itu akan gue pikirkan nanti. Gue bisa cari pengganti," balas Fajar.

Pria itu sangat keras kepala, susah sekali membujuknya. Benar kata Nisa, Fajar sekalinya sayang pasti apa pun akan dia lakukan, tipe pria idaman.

"Bujuk Fajar dong. Biar Embun bisa ikutan juga," mohon Embun pada mereka. Fajar menatap gadis itu tajam

"Enggak Embun. Nurut kek sama pacar!"

Sky terkekeh mendengar apa yang baru saja keluar dari bibir seorang Fajar, kalau sudah bucin emang bakan aneh keliatannya.

"Tapi Embun gak pernah ikut kegiatannya. Kan Embun penasaran juga," ucap Embun masih tidak menyerah membujuk Fajar

"Enggak!"

"Biarkan dia ikut!" ucap Nora.

Embun tersenyum, merasa ada seseorang yang memihaknya.

"Enggak. Kondisi dia belum cukup baik untuk ikut kegiatan berat seperti itu," tolak Fajar.

Nora menghela nafas , sebenarnya kondisi Embun masih belum baik, namun mengingat wish list yang ingin Embun wujudkan, Nora berubah pikiran. Nora juga ingat tahun sebelumnya Mariska menolak permintaan Embun yang ingin ikut, mungkin ini yang pertama dan terakhir bagi Embun ikut kegiatan seperti ini. Mengingat itu membuat Nora merasa sesak.

"Lo bisa jaga dia. Lagipula ada gue dan Kirana yang akan bantu menjaga dia. Akan berbahaya juga kalau Embun sendirian di rumah sakit," ucap Nora.

Kirana mulai curiga, sebenarnya apa yang Nora ketahui yang gadis itu tidak tahu. Fajar terlihat mempertimbangkan perkataan Nora. Apa yang gadis itu katakan ada benarnya juga. Pria itu beralih menatap wajah memelas yang Embun tunjukan.

"Lo boleh ikut. Tapi, lo gak boleh ikut kegiatan lain, termasuk jurit malam, terlalu berbahaya, gue yang akan bertanggungjawab dan lo gak boleh jauh jauh dari Nora sama Kirana,"cetus Fajar tidak terbantahkan.

"Tapi.."

"Gak ada tapi-tapian. Nurut atau enggak boleh sama sekali!" ancam Fajar.

"Iya, Embun nurut," balas gadis itu. Tidak apa-apa, toh bisa ikut camping sudah cukup untuk Embun. Gadis itu tersenyum menatap Nora, berterimakasih karena berkat Nora, Fajar akhirnya mengizinkannya untuk ikut.

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang