BAB 23. Kebersamaan Yang Terlewat

17 3 0
                                    


"Jika bisa memutar waktu, maka akan kami ulang semua hal yang pernah terlewat untuk membahagiakanmu"

Embun tersenyum saat melihat siapa yang masuk ke ruangannya. Wajah wanita itu terlihat sembab seperti habis menangis, seketika senyum Embun menghilang, terganti dengan wajah sendunya.

"Ma!" lirih Embun. Gadis itu siap jika wanita paruh baya yang melahirkannya itu memarahinya. Kehadiran Embun selalu merepotkan, bahkan karena menyelamatkannya papa mereka harus mengorbankan nyawanya.

"Maafin mama!" di luar dugaan Mariska malah menangis di hadapan Embun. Embun menebak jika ibunya tengah mengetahui mengenai penyakit yang tengah menggerogoti fisiknya itu.

"Maaf karena selama ini mama terlalu memaksa kamu, maaf karena mama mengabaikan kamu, maaf.." Embun memeluk tubuh Mariska yang bergetar, meski kini sepasang kaki itu sudah tidak berfungsi dengan baik, melihat Mariska menangis karenanya jauh lebih menyakitkan.

"Ma, Embun yang minta maaf, Embun belum bisa jadi anak yang Mama banggakan. Gara-gara Embun papa meninggal, Embu.."

Mariska menghentikan ucapan Embun, rasanya menyakitkan mendengar semua ucapan putrinya itu. Embun adalah putri yang paling dia banggakan, hanya saja dia tidak pernah menunjukannya.

"Siapa yang bilang papa meninggal karena Embun hem," untuk pertama kalinya setelah sekian tahun Mariska menatapnya lembut dan bertanya dengan nada yang sangat Embun rindukan.

"Mama sama bang Asa berubah semenjak papa meninggal. Bang Asa selalu mengatakan kalau Papa meninggal karena menyelamatkan Embun, itulah sebabnya kalian mengabaikan Embun kan?" tutur Embun. Mariska terdiam, rupanya rahasia yang dia sembunyikan menimbulkan kesalahpahaman yang membuat keluarganya berantakan.

Mariska menatap dalam wajah Embun yang semakin tirus dari terakhir kali dia lihat, apa yang sudah dia lakukan sampai membuat Embun begitu menderita.

"Apa yang menyebabkan penyakit semacam itu?" tanya Mariska saat menemui Buana

"Terlalu lelah. Di usia Embun yang masih muda, otaknya bekerja terlalu keras, begitu pula dengan fisiknya yang tidak diberi istirahat yang cukup," jelas Buana

Sekarang Mariska mengerti bahwa dialah penyebab penderitaan Embun, dialah penyebab Embun harus merasakan sakit seperti sekarang.

"Ampuni Mama Embun. Ampuni semua kesalahan Mama," gumam Mariska. Jika saja bisa Mariska ingin menggantikan posisi Embun.

"Ma. Ini bukan salah Mama. Embun baik-baik aja kok,"ucap Embun menenangkan

"Apa yang harus mama lakukan untuk menebus semua kesalahan Mama sama kamu?" tanya Mariska

"Beritahu Embun apa yang sebenarnya terjadi sama Papa." Pinta Embun.

Mariska mengangguk. Ini saatnya untuk memperbaiki kesalahpahaman yang dia buat.

"Papa gak meninggal karena Embun. Bukan salah Embun. Papa punya riwayat penyakit yang sama dengan Embun," tutur Mariska. Embun membisu, tidak menyangka jika pria paruh baya itu ternyata menyembunyikan rahasia besar dari mereka.

"Karena mengetahui waktu yang papa miliki gak lama lagi, akhirnya papa kamu memutuskan untuk menyelamatkan putri kesayangannya ini. Seharusnya mama tidak menyembunyikan ini dari kalian, tetapi ini juga permintaan Papa. Mama tidak menyangka kalau kebohongan itu malah membuat Angkasa membenci kamu," tambah Mariska

Embun mengerti duduk permasalahannya sekarang. Ada rasa lega saat mengetahui kalau dia bukan penyebab sesungguhnya mereka kehilangan sosok papa. Embun tidak menyalahkan Mariska, Embun juga tidak membenci Angkasa, dia mengerti apa yang membuat semua berubah.

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang