BAB 26. Pelukan Terakhir

28 4 1
                                    

"Aku ingin tidur dan menutup mata dalam pelukan hangatmu"

Embun salah tingkah, rasanya jantungnya mau keluar dari dalam tubuh gadis itu.

"First kiss Embun," gumam gadis itu

Fajar menatap Embun dalam, sesungguhnya Fajar tidak iklas jika harus kehilangan untuk kedua kalinya, namun Fajar menyadari sesuatu sekarang, Embun berhak bahagia. Mungkin memang inilah cara terbaik semesta untk membahagiakan Embun. Fajar merapikan rambut Embun, anak rambut ditempatkannya di belakang telinga gadis itu.

"Baiklah, gue akan memenuhi permintaan lo. Gue berharap kita bisa terlahir  bersama setelahnya. Mari habiskan waktu bersama," balas Fajar

Embun tersenyum senang, rasanya lega sekali. Jika waktunya tiba, Embun tidak takut lagi, semua sudah membaik sekarang.

Gemas dengan wajah memerah Embun, Fajar mendekat, membuat jantung Embun semakin tidak karuan, dalam bebrapa detik, Fajar kembali menempelkan bibirnya di bibir merah Embun.

"Aduh jantung Embun please," gumam Embun, Fajar terkekeh, dia masih Embun yang menggemaskan, yang apa adanya. Kejamnya semesta sama sekali tidak mengubahnya.

Fajar teringat pada Arabel, gadis itu juga tidak pernah mengeluh, meski sering merasakan sakit. Apa orang orang baik seperti mereka memang harus berakhir lebih dahulu.

Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang amat Embun kenali, disusul oleh gadis remaja, yang tersenyum manis pada Embun, mereka Arina dan Nisa.

"Nisa bawain Kak Embun buah, dimakan ya, semoga cepat sembuh, biar bisa nonton sama Nisa lagi," ucap Nisa

"Makasih Nisa," balas Embun

Fajar memberi akses untuk Arina mendekat pada Embun. Wanita paruh baya itu menggenggam tangan Embun.

"Semoga bahagia selalu." hanya itu kalimat yang bisa mereka sampaikan. Apa ini benar-benar perpisahan untuk mereka, apa mereka benar-benar akan kehilangan sosok gadis ceria seperti Embun.

"Embun selalu bahagia Ma. Makasih udah menyayangi Embun, bahkan mengizinkan Embun memanggil Mama,"balas Embun dengan senyum tulusnya.

Gadis itu bersyukur bertemu Arina, Fajar juga Nisa, mereka orang-orang baik, mereka pasti akan bahagia tanpa dia.

Di luar ruangan nyatanya semua ikut menangis mendengar jawaban Embun. Mariska tidak bisa membendung airmatanya.

"Tidak apa-apa Ma. Ini yang terbaik untuk Embun," ucap Angkasa menenangkan, pria itu mengingat perkataan Embun pada Darla, bahwa semesta tidak pernah salah menetapkan hidup mereka. Mungkin bagi mereka kehilangan Embun adalah sesuatu yang terlihat kejam, namun jika mereka egois memaksa Embun terus bertahan, maka Embunlah yang akan menderita.

"Mama gak sanggup," isak Mariska.

"Embun aja bisa tegar, masa tante gak bisa sih," ucap Nora. Nora iklas, jika Embun memang harus meninggalkan mereka secepat itu. Nora ingat saat Embun menanyakan apa yang mereka lakukan saat hanya memiliki sedikit waktu di dunia, sepertinya semua list harapan gadis itu sudah terpenuhi.

Nora membuka lagi buku biru itu, seharusnya Embunlah yang menceklis semua harapan yang dia buat di sana, namun beberapa waktu yang lalu Embun memberikan buku itu lagi padanya, untuk dia jadikan kenangan setelah Embun pergi.

"Harapan Embun sudah hampir tercapai semuanya, Embun minta tolong ceklis semua ya. Kalau Nora mau mengisi harapan Nora di sana juga bagus, gak ada salahnyakan mewujudkan banyak hal yang mungkin pernah kita lewatkan dulu," tutur Embun saat itu.

Nora belajar banyak hal dari Embun.

"Terima kasih sudah pernah hadir mengisi hari-hari kami Embun," gumam Nora.

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang