BAB 18. Hilang

18 4 0
                                    

"Kenyataan yang menampar dengan sangat keras, sampai rasanya ingin mati saja"

Fajar benar benar berubah possesive terhadap Embun. Fajar bahkan meninggalkan bus kelas dia dan memilih masuk bus yang sama dengan Embun.

"Tiduran aja!" ucap Fajar.

Wajah pucat Embun masih menunjukan keadaan gadis itu yang masih belum baik. Fajar menarik pelan kepala Embun dan menempatkan di bahunya, kemudian memaakaian jaket miliknya untuk menghangati Embun. Elusan lembut Fajar membuat Embun tertarik ke alam mimpi. Nafas gadis itu teratur menunjukan kalau dia tengah tertidur pulas.

Wajah polos Embun ketika tertidur selalu berhasil menarik perhatian Fajar. Selama perjalanan pandangan Fajar terpaku di wajah itu.

" Lo harus sembuh Bun," lirih Fajar

Embun merasa ketenangan ketika akhirnya bisa menghirup udara sesejuk ini. Setiap detik dimana nafas masih berhembus, Embun selalu mensyukurinya.

"Tetap sama Nora dan Kirana. Nanti gue datang lagi setelah menemui pak Retno," Embun mengangguk membiarkan Fajar melakukan tugas sebagai panitia acara camping mereka. Tentu yang diutamakan Fajar adalah Embun, ketika diminta memasang tenda, pria itu mendahulukan sang gadis yang tersayang.

Tugas dibagi dan semua mulai sibuk, kecuali Embun. Dengan alasana kesehatan, gadis itu tidak diperbolehkan melakukan apa pun dan hanya menunggu serta memperhatikan semua orang yang sibuk. Embun bukan tipe gadis yang bisa diam, namun baru saja Embun akan membantu salah satu siswi yang mengumpulkan kayu bakar, tatapan peringatan dari Fajar membuat Embun harus menghentikannya dan kembali duduk memperhatikan mereka.

"Udah Bun. Biar gue aja, tuh Fajar udah peringatin lo," ucap Nesya terkekeh

Embun bosan jika hanya menonton tanpa melakukan apa pun. Memilih memainkan ponsel, gadis itu mencoba menyibukan diri. Di tengah kesibukan semua orang, seorang gadis datang terburu-buru pada Embun, wajah gadis itu menunjukan sesuatu tengah terjadi.

"Ada apa?" tanya Embun

"Itu ..ehm..Kirana jatuh ke sungai," ucap gadis itu memberitahu

Embun terkejut.

" Kok bisa?" tanya gadis itu lagi, dia panik, takut sesuatu yang burruk menimpa sahabatnnya.

"Kirana terpeleset saat mengangkat air," jelas gadis yang sama.

" Embun akan beritahu Fajar masalah ini." baru saja Embun akan menemui Fajar, gadis itu malah menahannya, membuat Embun kebingungan

"Kelamaan Bun. Mending lo liat kondisi Kirana dulu aja, biar gue nemuin Fajar."

Embun yang mengkhawatirkan Kirana langsung menuruti usul gadis itu. Bergegas Embun menuju tempat yang gadis itu tunjukan, bahkan tanpa rasa curiga sama sekali.

Sementara tanpa disadari gadis itu tersenyum miring, mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang.

"Dia dalam perjalanan." ucapnya.

..

Angkasa menatap Buana meminta penjelasan

"Yah, saya yang menangani beliau. Kamu siapa beliau kalau saya boleh tau?" tanya Buana, bagaimanapun privasi seorang pasien tidak bisa diumbar ke sembarang orang.

"Saya Angkasa, putra Adam Wirawan," jelas Angkasa

Buana mengangguk, jika memiliki hubungaan seerat itu mungkin tidak masalah memberitahu yang sebenarnya.

"Jadi benar papa saya menderita penyakit kanker?" ulang Angkasa

"Iya, sayangnya beliau tidak mau menjalani pengobatan yang intensif. Memang meski tidak menjamin akan sembuh setidaknya dengan melakukan beberapa metode pengobatan bisa memperlambat kerusakan fungsi otak, namun yah semua keputusan ada ditangan pasien sendiri," jelas Buana.

99 Days With You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang