Malam ini Aran sudah berada di Kostan nya, dengan wajah yang masih pucat dan kondisi badan yang masih lemas "Bunda pulang ke Bandung kapan ?" Tanya Aran kepada Shani yang sedang duduk di sampingnya.
"Kalau kamu udah sembuh."
Aran menghela nafasnya, "Lagian aku udah gapapa ko Bunda, kalau bunda mau ke pulang ke Bandung pulang aja. Lagian kerjaan Bunda pasti banyak banget di sana."
"Tapi kesehatan kamu lebih penting Aran."
"Disini ada om sakti bunda, dia juga pasti jagain Aran ko."
Aran, anak yang sudah terbiasa untuk hidup sendirian, ia tidak ingin merepotkan orang lain apalagi bundanya sendiri. Jikalau bunda pulang ke Bandung pun, ia tidak mau menemui Sakti sang om nya karna itu pasti merepotkan.
"Iya deh bunda besok pulang minta jemput sama Vino, tapi kamu beneran udah sehat ?" Tanya Shani.
Aran mengangkat sudut bibirnya dan menciptakan senyuman yang manis, "Beneran bunda." Ucapnya sambil memperlihatkan ototnya.
🥀🥀🥀
Chika berjalan dengan cepat di lorong Rumah Sakit Tadika Mesra, berniat untuk menjenguk Aran yang hari ini tidak ada kabar sama sekali dari Bunda maupun Arannya sendiri, Saat memasuki kamar Aran brankar itu sudah kosong dan sudah tertata rapi juga terdapat satu suster disana, "Suster, pasien yang disini kemana ya ?" Tanya Chika kepada suster itu.
"Oh Aran ya ? udah pulang tadi sekitar 1 jam."
Chika menganggukan kepalanya,"Oh gitu ya sus, oke deh thanks ya." Jawab Chika sambil berjalan keluar kamar Aran dengan lemas.
"Katanya bunda nanti kabarin aku, tapi ini ngga sama sekali." Gumamnya dalam hati.
Chika meronggoh ponselnya dari saku seragam yang sedang di gunakan, ia mencari kontak Aran dan berniat untuk menghubunginya.
'Tuttt... Tuttt... Tutt...'
Telfon itu tidak tersambung sama sekali. Kini ia bingung, apakah ia harus mencari Aran ke coffeshop nya dan menanyakan alamat rumah Aran ? Ah tidak tidak, hal itu sangat norak baginya. Mungkin Chika akan menghubungi Aran kembali setelah sampai di rumah nanti.
🥀🥀🥀
Pukul 22.00 setelah Chika membersihkan tubuhnya dan siap untuk tidur, ia mencoba menghubungi Aran sekali lagi niatnya untuk tahu bagaimana kabar Aran sekarang.
'Tuttt..tutt.. tutt..'
Kali ini telfonnya tersambung kepada Aran.
"Hallo." Sapa Aran dengan suara yang lemas saat Aran mengangkat telfon itu.
"Hh-halo Aran."
"Kenapa Chika ?"
"Lo udah balik ?"
"Udah tadi."
"Ko lo ga ngabarin gue ?"
"Kata Fiony lo lagi pergi bareng Gito tadi, makanya gue ga hubungin lo. Takut ganggu juga, btw tadi les ya ?"
"Iii-iya gue les tadi."
Aran tidak menjawab percakapannya lagi, "Yaudah deh syukur kalau lo udah balik, istirahat ya. Btw juga besok lo sekolah ?"
"Liat kondisi gue besok, kalau gue kuat gue sekolah."
"Oke deh, selamat istirahat Ran, good night. Jangan lupa matiin lampunya ya biar pikiran lo tenang."
"Lo juga ya."
Telepon mereka terputus, Aran kembali menyimpan ponselnya di atas nakas, sedangkan Chika mulai merebahkan tubuhnya dan beristurahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐌𝐁𝐑𝐄𝐋𝐋𝐀 [𝐂𝐇𝐈𝐊𝐀𝐑𝐀]
Teen Fiction𝑲𝒂𝒎𝒖 𝒊𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒅𝒊 𝒍𝒊𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒖𝒂 𝒂𝒊𝒓, 𝑨𝒊𝒓 𝒉𝒖𝒋𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒊𝒓 𝒎𝒂𝒕𝒂. -𝑨𝒓𝒂𝒏 [SLOW UPDATE]