8

256 49 3
                                    

Mata lia mengerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu yang masuk menusuk matanya. Kepalanya masih terasa pusing tapi sudah lebih baik dari kemarin. Lia mencoba menggerakkan tangannya, namun terasa berat. Dia baru sadar jika ada renjun yang tertidur dengan memeganggi tangannya, posisinya yang duduk dilantai terlihat sangat tidak nyaman.

Lia tersenyum memandangi wajah lelap renjun, tangannya yang terbebas mencoba meraih kepala pria itu, dia mengelusnya pelan hampir tidak menyentuh. Dia menarik tangannya lagi merasa salah atas perbuatan spontannya tadi.

Lia melirik jam di atas nakas, masih pukul 6 pagi, masih cukup waktu untuk dirinya bersiap berangkat bekerja. Ada rapat hari ini, lia bisa saja izin tidak masuk, tapi dia merasa tidak enak pada yeji jika dia harus menghandle semua pekerjaannya sendirian.

"Renjun" panggil lia.

Tangannya yang terbebas kini terulur mencoba membangunkan pria itu. "Renjun, bangun"

Renjun bergerak, dan mulai membuka matanya. Dia masih duduk dan memandang lia dengan masih setengah sadar. Saat melihat tangannya, Renjun sadar jika tangannya masih menggenggam tangan lia, dia melepaskannya.

"Kau sudah bangun? Perutmu masih sakit?" tanya renjun dengan suara khas orang yang baru bangun tidur.

Lia mengangguk, "perutku sudah membaik"

"Hari ini tidak usah berangkat bekerja" ucap renjun yang kini berganti posisi duduk di pinggir ranjang. Lia juga duduk dan menyandar di kepala ranjang.

"Tapi hari ini ada rapat penting, aku tidak bisa melewatkan itu" protes lia.

"Kau masih sakit lia, wajahmu juga masih pucat. Seharusnya aku panggil dokter untuk datang kemari semalam. Karena kau menolak, hari ini saja kita pergi ke rumah sakit memeriksakan keadaanmu"

"Aku sudah merasa lebih baik, tidak usah pergi ke dokter" ucap lia lirih.

"Sudah merasa lebih baik bukan berarti sudah sembuh, kau harus istirahat dulu untuk memulihkan badanmu jika kau tidak ingin pergi ke dokter" renjun memegang kening lia. "Tidak terlalu panas, tapi apa kau merasa pusing?" tanya renjun.

"Sedikit"

"Kalau begitu kau istirahat saja hari ini dan jangan berangkat kerja dulu. Besok jika sudah sembuh kau bisa bekerja semaumu. Berbaringlah, aku akan buatkan bubur untuk sarapan" renjun berlalu keluar kamar. Lia memandang pintu yang sudah di tutup oleh renjun, pria itu memang sulit di bujuk.

Renjun sibuk dengan berbagai bahan di dapur, eommanya pernah mengajarinya membuat bubur dulu. Renjun memasak sambil mengingat resep dan cara yang diajarkan oleh eommanya.

Setelah berkutat cukup lama di dapur, akhirnya renjun berhasil membuat bubur. Bagi renjun rasanya tidak terlalu buruk, tapi apa pentingnya rasa sekarang, kebanyakan orang sakit akan merasa hambar jika memakan makanan seenak apapun.

Renjun membawa nampan berisi bubur dan segelas air  ke kamar lia, wanita itu berbaring dan matanya terpejam, mungkin lia tidur lagi.

"Lia bangun, kau harus makan dulu" renjun memegang bahu lia mencoba membangunkannya.

Lia membuka matanya, "bangun dulu, aku buatkan bubur untukmu" ucap renjun membantu lia duduk.

"Mau makan sendiri atau aku suapi?" tanya renjun.

"Aku makan sendiri saja" renjun memberikan mangkuk berisi bubur pada lia. Lia memangku mangkuknya dan mulai makan.

"Kau sudah menghubungi rekan kerjamu kalau kau tidak bisa berangkat hari ini?" tanya renjun lagi.

Lia mengangguk, "Sudah, mereka mau mengerti"

"Bagaimana bisa kau sampai jatuh pingsan kemarin?" lia terdiam, benar dugaannya kalau renjun pasti akan menginterogasinya.

SWEET ROOMMATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang