27. END

420 38 3
                                    

Pantulan dicermin menampakkan bayangan wajah seorang wanita yang kini terlihat sangat gugup. Penata rambut masih sibuk mengatur rambutnya dari tadi, wanita itu terdiam sambil menahan kantuk, matanya terpejam sesekali.

"Semalam tidur pukul berapa? matamu juga sembab begitu, kau habis menangis ya?" tanya yeji yang kini memperhatikan wanita itu dari sampingnya. Sahabat Lia satu ini datang untuk menemaninya karena sekarang calon pengantin itu merasa sangat gugup.

"Tidak tahu, aku tertidur begitu saja" jawab lia mengembangkan senyumnya. Iya, hari ini hari pernikahan lia dan renjun, hari yang sudah dia persiapkan dengan susah payah.

"Apa ada masalah? Mukamu terlihat tidak bersemangat. Hari ini hari pernikahanmu kan? Tersenyumlah" pinta yeji, lia menampilkan senyum yang terpaksa itu.

Banyak orang bilang, akan banyak masalah muncul menjelang hari pernikahan. Lia merasakan sendiri masalah itu sampai membuatnya ingin membatalkan saja pernikahan yang sudah di depan mata ini.

Tok tok tok...

"Lia, kau di dalam?"

Malam sebelum pernikahan, lia dan keluarga renjun menginap di hotel tempat pemberkatan akan di lakukan. Wendy yang mengusulkan itu agar persiapan akan lebih cepat besok. Lia hanya tinggal tinggal sendiri di apartemen, wendy bilang dia bisa membantu persiapan Lia sebelum acara pernikahan dilangsungkan.

"Buka pintunya, kau bisa jatuh sakit jika mengurung diri di kamar mandi seperti ini" renjun mencoba membujuk wanitanya yang kini menolak menemuinya.

"Aku minta maaf sayang, buka pintunya dulu ya"

Suara kran air berhenti, tak lama pintu terbuka menampilkan lia dengan muka merahnya karena menangis. Jangan lupakan matanya yang sembab.

"Maafkan aku" tidak ada yang bisa renjun lakukan selain memeluk wanita yang kini terlihat marah padanya.

"Lepas" ucap lia terisak, tangannya memukul pria yang kini mendekapnya. Tapi sepertinya itu percuma, renjun malah semakin memeluk erat tubuh lia. Tangis lia semakin pecah.

Cukup lama renjun menenangkan lia. Besok adalah hari pernikahan mereka, tapi sekarang sudah pukul 1 malam dan keduanya belum juga menutup mata.

"Minum dulu" lia meraih secangkir teh hangat yang di bawa renjun.

"Sayang, maafkan aku" renjun memohon.

"Kau merasa bersalah? Memang apa yang sudah kau lakukan padaku?" ucap lia ketus, rasa kesalnya belum juga hilang.

"Aku lagi-lagi lebih mementingkan pekerjaan. Aku tau itu membuatmu marah, seharusnya aku meluangkan waktu untuk membantumu menyiapkan pernikahan kita, aku tahu kau pasti merasa lelah karena hanya menyiapkan semuanya bersama eomma" tadinya somi bergabung membantu mereka tapi beberapa hari sebelum pernikahan dia jatuh sakit dan lia tidak tega jika harus meminta bantuan pada somi lagi.

Tangan renjun terulur merapikan anak rambut lia yang menutupi wajah cantiknya.

"Tapi aku memang harus menyelesaikan semuanya sebelum pernikahan agar saat liburan kita nanti aku tidak lagi memikirkan pekerjaan yang belum selesai. Maafkan aku karena tidak bisa banyak membantumu ya" renjun kembali merengkuh lia yang kini mulai terisak lagi.

Memikirkan persiapan pernikahan sepertinya membuat suasana hatinya cepat berubah, renjun sungguh menyesal karena tidak memperhatikan lia dengan baik selama persiapan pernikahan.

"Jangan menangis lagi, aku disini sekarang" renjun mengecup puncak kepala lia kembali menenangkannya. Tangannya mengusap kepala lia yang kini lebih tenang.

SWEET ROOMMATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang