10

247 44 5
                                    

Lia sampai di apartemennya setelah pertemuannya dengan somi dan wendy. Wendy memaksa akan mengantarnya pulang sehingga dia tidak bisa menolak permintaan wanita itu.

"Kau tinggal disini?" tanya wendy saat mobilnya berhenti.

"Iya bibi, aku tinggal disini. Sekali lagi terima kasih telah mengantarku pulang" ucap lia tersenyum.

"Sama-sama lia, kapan-kapan kita bisa pergi bersama lagi kan? Bibi bener-benar menyukaimu saat pertama kali melihatmu. Jika kau tidak bisa menjadi menantuku, kau bisa menjadi putriku" ucap wendy meraih tangan lia.

Lia terkejut mendengar perkataan wendy, dirinya memang merindukan sosok orang tua hadir di hidupnya, terlebih eomma. Tapi bukan berarti dia bisa begitu saja menerima tawaran wendy.

"Tidak perlu menjawab apapun, bibi tau kondisimu dari haechan. Bibi sangat sedih saat mendengarnya, itu sebabnya bibi bicara seperti tadi. Masuklah, tidak usah pikirkan ucapan bibi" ucap wendy mengusap pipi lia.

"Lia akan berusaha menganggap bibi seperti eomma lia sendiri" ucap lia, dia tidak bisa menolak karena melihat wajah wendy yang terlihat kecewa.

Wendy memeluk lia, "bibi akan menghubungimu lagi nanti, jaga dirimu ya" ucap wendy.

Lia memasuki apartemennya sambil melamun, dia seperti tidak sadarkan diri bisa mengatakan hal tadi, sedangkan dirinya tidak mengenal siapa wendy dengan baik. Tapi sikap wendy pada lia membuat lia merasa seperti memiliki seorang eomma lagi, lia menjadi merasa egois karena mengatakan akan berusaha menganggap wendy seperti eommanya.

"Lia" panggil renjun yang duduk di ruang tengah.

"I-iya?" ucap lia tersentak dari lamunannya.

"Kau sudah pulang? Aku dari tadi memanggilmu tapi kau malah melamun. Kau kerasukan ya?" canda renjun.

Lia kesal, "renjun, kau selalu bicara sembarangan ya" ucap lia sambil melemparkan bantal dari sofa. Lia kini duduk di samping renjun yang sedang menatap laptop.

"Kau masih memikirkan pekerjaanmu yang belum beres itu?" tanya renjun meletakan laptopnya di meja.

"Bukan, somi mengenalkan temannya yang seorang model, aku berharap klienku bisa setuju nanti" jawab lia.

"Lalu kenapa kau melamun seperti itu?"

"Aku bertemu seseorang dan dia menyukaiku lalu.. "

"Tunggu dulu" potong renjun. "Laki-laki itu menyatakan perasaan padamu?" tanya renjun kaget.

"Bukan laki-laki, dia seorang perempuan paruh baya, dia mengatakan agar aku menganggapnya sebagai eommaku, dia menyayangiku seperti anaknya" jelas lia.

"Ooo... " renjun mengangguk paham. "Lalu, dimana masalahnya?" tanya renjun.

"Aku baru bertemu dua kali dengannya, menurutku orangnya memang baik tapi aku merasa itu sedikit aneh bagiku" jawab lia.

Renjun menatap lia serius, "menganggapmu sebagai putrinya bukan berarti kau harus menjadi anaknya yang sesungguhnya, jika itu yang kau khawatirkan bagiku kau berlebihan. Saling memberikan rasa kasih sayang dan perhatian bagiku sudah cukup, wanita itu mungkin tidak memiliki Putri, kau juga harus bersyukur karena mendapatkan kasih sayang seorang eomma meski bukan dari eommamu. Aku harap kau mengerti maksudku" ucap renjun.

"Aku senang karena bibi menyayangiku seperti putrinya, tadinya dia juga ingin menjadikanku sebagai menantu. Jika saja somi tidak bilang bahwa aku memiliki kekasih dia pasti sudah mengenalkan anaknya padaku" ucap lia tersenyum.

"Apa? Tapi kau bilang sudah memiliki kekasih kan? putranya tidak datang menemuimu kan?" tanya renjun panik.

"Tidak, kan aku berpura-pura pada somi jika aku kekasihmu, aku hampir saja lupa tadi" lia tertawa mengingat kejadian di cafe, hampir saja somi curiga padanya.

SWEET ROOMMATE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang