Nineteen

89 6 28
                                    


Rayhan terbangun dengan lengan kirinya yang sudah di hiasi darah yang sudah mengering. Lelaki itu menghela napasnya berat, kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju toilet untuk mebersihkan tubuhnya.

Air dingin yang kala itu keluar dari lubang-lubang kecil showernya, mengenai permukaan kulit punggunya yang terlihat kokoh.

Lelaki itu meringis. Air yang mengucur keluar itu mengenai lukanya sehingga terasa perih. Tak apa, pikir Rayhan. itu bisa sekalian membersihkan darah yang sudah keringnya bukan.

Setelah sekitar lima belas menit ia membersihkan dirinya, pemuda itu keluar sudah mengenakan seragam sekolahnya. Menggosokkan handuk kecil ke rambutnya yang basah agar kering. Lalu membiarkan handuk itu melingkari lehernya.

Tidak peduli dengan lukanya. Pemuda itu hanya menutupnya dengan hoodie yang ia pakai tanpa memberikannya obat atau semacamnya dahulu. Ia bergegas menuju sekolahnya.

Lelaki berbalut celana abu dan Hoodie hitam itu sampai di depan sekolahnya tepat pukul 7.15. Pria gendut berpakaian satpam itu membuka gerbangnya dan membiarkannya masuk untuk berhadapan langsung dengan guru piket yang saat itu sedang bertugas.

"Kamu tahu ini jam berapa?" tanya beliau

Rayhan menoleh ke atas, melihat jam digital yang di pasang di gedung di depannya.

"Pukul tujuh lebih lima belas, pak,"

"Itu tau, kenapa baru sampe jam segini?"

"Ya karena telat, pak!" Pria yang sedikit lebih pendek dari Rayhan itu berdecak kesal.

"Maksud saya kenapa bisa telat!" tegasnya tanpa ada niat untuk bertanya sama sekali

"Saya kesiangan pak," jawab Rayhan sekenanya

"Kenapa bisa kesiangan, main game iya, begadang?" ucap beliau mengintimidasi

Rayhan menoleh ke arah lapangan yang tidak jauh dari posisinya. Matanya sedikit memicing, terlihat seseorang yang tak asing di matanya.

"Jadi bapak mau ngasih saya hukuman apa enggak nih pak?" Rayhan menoleh kembali ke arah lawan bicaranya

"Lari sepuluh putaran, jaket jangan lupa di lepas," ucap beliau menunjuk Hoodie yang dipakai Rayhan

Tanpa mempedulikan apa yang di katakan gurunya, Rayhan langsung saja berlari menuju lapangan.

Lelaki itu berlari, sampai akhirnya temponya ia perlambat agar bisa menyetarakannya dengan langkah seseorang yang sedang berlari juga.

"Udah lari aja lo, pagi-pagi begini," ucap Rayhan di telinga cewek itu

"Ga usah ngejek, liat tuh lo juga lari kan," balas Aletta

Rayhan tersenyum miring.

"Lain kali kalo mau bolos jangan lupa ajak gua ya," daripada terdengar seperti permintaan, itu lebih terdengar seperti ejekan yang membuat Aletta mendecih.

"Guna nya apa gua ngajak lu?"

"Jadi beneran ada rencana buat bolos lagi?" tanya Rayhan sembari tersenyum sedikit tidak percaya

Aletta memutar bola matanya malas. Lalu ia mempercepat langkahnya meninggalkan Rayhan dibelakang.

Jadwal mengajar sang Wali kelas, membuat siapun mulai merasa tidak nyaman. Tatapan nya yang suka mengintimidasi dan gaya mengajarnya yang membuat anak muridnya sedikit tertekan. Siapa lagi kalau bukan Ibu Hanny.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketua Kelas Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang