Fourteen

372 33 6
                                    

Sudah seminggu sejak rumor itu tersebar, Sudah seminggu pula Aletta menghindari Rayhan. Aletta tidak terima dengan rumor tersebut, ia terus menghindari Rayhan dimana pun ia berada. Aletta tidak tahu siapa sebenarnya Rayhan. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa rumor tersebut tersebar juga di luar sekolah atau bahkan ke sekolah-sekolah lain. Sejak saat itu, Aletta kerap mendapatkan tatapan tajam serta perlakuan tidak mengenakan dari beberapa perempuan yang kemungkinan menyukai Rayhan. Bahkan temannya sendiri pun sedikit berjaga jarak dengan Aletta.

Aletta berjalan di lorong yang saat ini cukup ramai oleh siswi dari kelas lain, tatapan tajamnya mampu membuat Aletta naik pitam. Akan tetapi ia menahan agar emosinya tidak meledak-ledak. Akan sangat memalukan jika Aletta mengamuk di depan umum, ia tidak mau mengorbankan harga dirinya untuk yang kedua kalinya setelah adanya rumor menjengkelkan ini.

Aletta melihat ke kiri, dua gadis sedang berbisik sambil memperhatikannya. Ia menoleh ke kanan, keadaannya sama, mereka semua berbisik-bisik tentang rumor itu, apa lagi?

Aletta menghela nafas, ia cukup lelah untuk meladeni nya. Untuk saat ini, Aletta akan diam. Ia tidak peduli apa yang dikatakan mereka.

Rayhan brengsek.

Aletta berjalan menuju taman sekolah, sesekali ia menendang kerikil yang ia lihat sampai ada kaki seseorang yang menginjak kerikil yang tadi ia tendang.

"Kasian kalo ada orang yang kena." Ucapnya

Aletta mengangkat sedikit kepalanya agar bisa melihat wajahnya. Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, cowok itu ikut berjalan di samping Aletta yang terus-terusan menendang kerikil yang ia jumpai di sepanjang jalan menuju taman sekolah.

"Liat tuh, mantep banget tendangannya, gilaa, Lionel Messi juga kalah ini mah!" Seru Dito sedikit bercanda

Aletta menghela nafas. Ia sedang tidak mood untuk bercanda, mulutnya terasa kelu untuk membalas candaan dari seseorang. Rasanya ingin marah, emosinya meledak-ledak. Aletta takut tidak mampu menahannya.

"Bisa diem gak sih?!" Teriak Aletta di depan wajah Dito

Dito yang sedikit tersentak langsung memundurkan sedikit badannya ke belakang. Ia diam membisu layaknya patung, kemudian mengedipkan matanya beberapa kali.

"Eh?"

Menanggapi itu, Aletta akhirnya memutuskan untuk duduk di bangku taman yang terbuat dari kayu yang diberi cat berwarna cokelat. Gadis itu duduk sembari menutup kedua matanya, berusaha menetralkan emosinya. Sedangkan Dito, ia masih berdiri di tempat tadi. Ia berjalan mendekati Aletta, lalu duduk disebelahnya.

"Ga usah dipikirin." Ucapnya berusaha menenangkan Aletta yang masih kesal

"Ga usah dipikirin gimana? Liat tuh, semuanya ngeliatin gue kayak gitu!" Aletta membantahnya, ia sedikit berteriak sambil menatap satu persatu siswa siswi yang tertangkap basah sedang memperhatikannya

"Tenang, Al, Lo cewek, jangan kayak gitu." Ucap Dito hati-hati, siapa tau emosi gadis itu kembali lalu Dito terkena imbasnya

"Gue cewek, ya?" Tanyanya sembari memasang ekspresi layaknya orang bodoh.

Dito yang mendengar itu langsung terdiam. Ia sedikit waspada, siapa tahu Aletta mungkin cewek jadi-jadian karena emosinya yang tidak stabil. Walaupun banyak yang seperti itu, tetapi Dito jarang menemui seorang cewek yang mempunyai emosi tinggi.

"Pulang sekolah Lo ikut gua," Gumam Dito yang sebenarnya masih mampu didengar oleh Aletta

"Kemana?" Tanyanya spontan, Aletta menoleh menatap Dito, dan cowok itu juga melakukan hal serupa.

Ketua Kelas Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang