Four ✓

4K 181 3
                                    

"Kemaren lo kemana?" tanya Alleta dengan tegas sambil melipat kedua tangannya di depan dada

Cowok yang ada didepannya itu hanya melirik sebentar lalu duduk di kursinya. Saat ini, di dalam kelas hanya ada mereka berdua karena ternyata ini masih pagi hingga kebanyakan dari penghuni kelas belum menampakan diri.

"Lo budek apa gimana sih?!" tanya gadis itu lagi, masih dengan nada tegas plus kesel

Lagi-lagi, cowok itu hanya bisa meliriknya sekilas sampai akhirnya Alleta mendengus kesal karena sikap Rayhan yang memang sedikit membuat beberapa orang jengkel dibuatnya.

"Sumpah ya, lo itu- , gua tanya sekali lagi kemaren lo kema-"

"Urusan lo apaan nanyain gua?" tanya Rayhan tanpa merasa bersalah

Oke, kali ini gadis itu benar-benar dibuat jengkel oleh makhluk satu ini. Alleta meniup udara sembari menatap jengah langit-langit kelasnya. Memangnya salah seorang ketua kelas menanyakan kemana perginya salah satu anggota yang ada di kelasnya?

"Lo, pura-pura gatau apa gimana? Lo lupa gua punya hak buat nanyain siapapun yang menjadi anggota di kelas ini?" tanya Alleta sarkas, seolah-olah kelas ini memang dikuasai oleh dirinya

Rayhan hanya mengdikkan bahu untuk menanggapi pertanyaan Alleta.

"Brengsek ya, lo!" umpat gadis berambut panjang itu dengan nada yang cukup lantang

Rayhan yang mendapatkan umpatan itu menatap Alleta dengan intens. Sedikit terkejut, namun tidak aneh lagi karena Rayhan memang melihat ada jiwa-jiwa bar-bar didiri Alleta.

Gadis itu masih dia membeku kala cowok yang ada di hadapannya terus mentapnya tanpa berkedip, sesekali Alleta terbatuk untuk memecahkan suasana, sekali, duakali, nihil. Rayhan terus menatapnya hingga membuat Alleta sedikit salah tingkah karena bagaimanapun juga Alleta tetap perempuan yang kalau ditatap sepereti itu akan memberikan reaksi tubuhnya sebagaimana mestinya.

Rayhan berdiri dari duduknya, alleta yang sudah setengah sadar, ia langsung mengelengkan kepalanya beberapa kali, guna menghilangkan beberapa pikiran yang ada di kepalanya, entah tentang apa itu. Perlahan namun pasti, cowok jangkung itu melangkahkan kakinya mendekati Alleta, tidak diam saja, gadis itu langsung berjalan mundur seiring sebelum Rayhan mendekat.

'L-lo, jangan mendekat!" ucap Alleta yang lebih terdengar seperti ancaman, seolah-olah jika Rayhan mendekatinya, gadis itu akan melakukan sesuatu untuk membalasnya.

Tidak peduli dengan perkatannya, cowok itu terus berjalan mendekati sampai akhirnya Alleta merasa punggungnya sudah menempel di tembok belakang. Entah kenapa, gadis yang katanya ketua kelas itu hanya bisa berdiam diri seperti patung es. Tatapannya kikuk ditambah lagi jantungnya yang tiba-tiba marathon hingga akhirnya Rayhan memegang bahunya yang ternyata itu malah membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya, sampai-sampai gadis itu mampu mendengar suara detak jantungnya sendiri. Akan tetapi ia berharap agar cowok di hadapannya ini tidak mendengarnya, akan sangat memalukan jika hal itu terjadi.

"Kata-kata lo agak kasar, kurangin ya." Ucap rayhan tepat ditelinga gadis yang perasaannya sedang tidak jelas itu

Seketika wajah Aletta merah semerah tomat. Emosinya kembali hadir, lalu tanpa berpikir panjang ia langsung menendang selangkangan cowok yang ada di hadapannya dengan keras hingga membuatnya tergeletak tak berdaya di lantai. Mungkin sebentar lagi akan hilang kesadaran.

"Mangkanya jangan macem-macem, untung aja gua sabar." Ucap gadis itu tidak merasa bersalah setelah membuat cowok itu hampir tidak sadarkan diri, sedangkan Rayhan sudah tidak ada tenaga lagi bahkan hanya untuk sekedar mengumpat.

Alleta berjalan meninggalkan Rayhan yang masih sibuk dengan dirinya sendiri di belakang. Ia berjalan menuju kantin sekolah yang berada di lantai dua, setelah sampai ia pun langsung menghampiri Tiara dan Lala yang ternyata sudah ada di situ. Alleta sedikit berlari untuk menghampiri mereka berdua karena ia tidak mau membuang- -buang waktu.

"Kok lo, ngga ngomong ada di sini? Kalo aja lo ngomong, dari tadi gua kesini," Ucap Alleta sembari dudukk di sebelah Lala

"Lo, dari mana aja, ta? Tumben banget jam segini baru nyamperin," ucap tiara yang sedikit penasaran

"Jadi gini, tadi gua abis berurusan sama orang gila, parah banget si, duh!" celoteh gadis itu memberi pemanasan sebelum akhirnya mereka bertiga menjual belikan beberapa informasi yang diketahuinya

"Lagian lo, ngapain orang gila diurusin, kaya kurang kerjaan aja, atau bahkan orang yang kurang kerjaan aja emang ada yang mau ngurusin orang gila," ucap lala bersemangat

"Orang gila kompleks mana, Al?" tanya tiara yang penasaran dengan siapa orang gila yang dikatakan temannya.

"Itu loh, si Rayhan, anak baru kita itu," Ucapnya setelah meneguk minuman milik lala sampai habis dan hanya menyisakan bongkahan es batu yang perlahan mencair

Lala dan Tiara langsung menatap satu sama lain, lalu seperkian detik kemudian beralih menatap Alleta yang sedang sibuk menyantap es batu yang masih tersisa sedikit.

"Anjir banget, anak orang lo katain orang gila," ucap Lala tidak percaya

"Kek ga tau aja lo, si Alleta kek gimana, untuk seorang Alleta, itu hal yang lumrah," ucap tiara yang memang tau bagaimana watak Alleta yang keras dan suka menjudge orang sebarangan tanpa memikirkan dahulu apa akibat yang akan didapatkannya

"Iya juga, bener si itu, Alleta memang-" Lala mengacungkan kedua jempolnya untuk temannya sekelasnya itu

"Terus, terus gimana lagi, Al?" tanya tiara berusaha membuat Alleta bercerita lebih banyak lagi

Alleta hendak melanjutkan lagi ceritanya, akan tetapi ia kembali teringat kejadian tadi. Disaat Rayhan mulai berjalan mendekatinya perlahan dan kejadian bagaimana gadis itu menendang selangkangan cowok yang katanya orang gila itu, ia sedikit merasa bersalah, tapi ketika dipikir-pikir lagi, sepertinya cowok itu memang pantas mendapatkan tendangan itu

"Gua cabut bentar ya." Alleta melenggang pergi entah kemana, tidak lupa berterima kasih kepada lala karena minumanya ia habiskan dala sekali tegukan

"Lo mau kemana, Al?" tanya tiara sedikit berteriak karena Alleta sudah cukup jauh dari tempat sebelumnya. Mendengar pertanyaan temannya itu, Alleta menoleh lalu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kanannya sebelum akhirnya ia lenyap ditelan kerumunan siswa di sekolahnya.

Ketua Kelas Vs Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang