Selamat Membaca
Baru beberapa hari sekolah, Aletta sudah mendapatkan pemandangan tidak mengenakan. Kelas yang seharusnya tenang dan sunyi karena semua siswa-siswinya sibuk dengan buku dan tugasnya, kini malah sebaliknya. Mereka sibuk dengan aktivitasnya, ada yang bermain games, konser menggunakan sapu dan serokan, meja dan kursi, ada yang bergosip, Selfi tidak jelas dan ada juga yang berjoget lalu di video menggunakan platform China yang sedang booming.
Aletta yang baru saja tiba dari toilet langsung dibuat tercengang, tidak percaya dengan semua ini. Kelas 11 IPA 5 memang bukan kelas biasa, gadis itu tidak habis pikir.
Gadis itu berdiri di samping meja guru, lalu mengetuknya dengan keras menggunakan spidol yang biasa digunakan untuk mencatat di papan tulis. Seperkian detik kemudian, seluruh penghuni kelas langsung menoleh ke sumber suara, mereka berhenti melakukan segala aktifitas nya dan mereka mulai duduk di tempatnya masing-masing tanpa harus disuruh terlebih dahulu.
"Ada tugas dari pak Harto, meringkas materi bab 5 dan 6, kalau sudah selesai nanti jam ketiga semuanya harap ke laboratorium." ucap Aletta dengan suara yang hampir menandingi toa
"Semuanya sudah punya buku paketnya kan? Kalau ada yang belum, bilang aja ke si Dito, ntar dia ambilkan." Lanjutnya, sedangkan Dito langsung menatapnya tidak percaya.
Bagaimana bisa Aletta langsung menyuruhnya begitu.
"Gue?" tanya Dito menunjuk dirinya sendiri
"Ya elo, siapa lagi? Gua cari si anak baru, Lo ga liat dia ga ada di kelas?" tanya Aletta cukup santai, tidak seperti kemarin-kemarin.
Eh ini seriusan ke lab? Kan tahun ajaran baru dimulai, masa udah ke lab aja si Geo memprotes apa yang dikatakan Aletta barusan.
Aletta juga tidak mengerti kenapa Pak Harto menyuruh mereka berkumpul di laboratorium. Mereka baru beberapa hari masuk setelah libur Panjang, padahal seharusnya beberapa hari setelah liburan, kelas diisi dengan perkenalan antara murid dan guru, karena tentu guru yang mengajar berbeda dengan yang sebelumnya. Terima tidak terima, Ia hanya menyampaiknan amanat dari beliau.
"Kalau mau protes, langsung sama orangnya aja, gua juga ga paham,"
Aletta keluar kelas untuk mencari Rayhan, sedangkan Dito menuju perpustakaan sekolah untuk mengambil beberapa buku paket yang dibutuhkan teman sekelasnya.
Gadis itu melangkahkan kakinya disepanjang koridor sekolah, berjalan menuju tempat yang biasanya menjadi tempat favorit anak-anak nakal. Ia sampai di kantin pojok yang terdapat banyak murid laki-laki dari kelas lain. Aletta menatapnya satu persatu untuk melihat wajahnya, berharap Rayhan ada diantara murid laki-laki itu dan segera menyeretnya ke ruang guru piket. Setelah menatapnya satu-satu dan tidak menemukan wajah yang dicarinya, ia memutuskan untuk melenggang ke tempat lain untuk menemukan keberadaanya.
Gadis itu pergi menuju belakang sekolah, tempat dimana biasanya murid-murid cowok mengepulkan asapnya.
Setelah sampai, benar saja. Tatapan Aletta tertuju pada beberapa cowok yang sedang duduk-duduk santai, tidak lupa dengan rokoknya. Akan tetapi ia tidak melihat seseorang yang dicarinya berada disitu.
Tidak menyerah, ia beralih naik ke atap sekolah. Akan tetapi tidak ada yang berbeda, cowok itu tidak juga terlihat. Bahkan Aletta tidak dapat merasakan kehadiran cowok itu disini.
Aletta yang belum terbiasa menghadapi situasi seperti ini merasa sedikit frustasi.
"Rehannn!!.." teriaknya frustasi
Aletta beranjak dari tempat itu setelah beberapa menit ia duduk lesehan di sana untuk beristirahat sebentar, gadis itu berpikir tenyata berurusan dengan anak baru bukanlah hal yang bagus. Ia hanya akan menghabiskan tenaganya dengan sia-sia jika hanya harus mengurusi cowok gila itu.
Ia berjalan menuruni anak tangga satu persatu, sampai akhirnya seorang guru piket menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"Eh pak, pak, mau kemana?" Tanya Aletta penasaran
"Kamu nggak denger tadi ada yang teriak dari atas?" tanya pak tono yang rambutnya botak di tengah itu untuk memastikan apa benar ada yang berteriak atau telinganya sedang eror.
Aletta yang tau bahwa Pak Tono tidak mengetahui ternyata ia lah yang berteriak memiliki ide untuk mengerjai guru piket satu ini.
"Wah, saya sih nggak denger pak, Coba aja cek ke atas, pak, barangkali ada sesuatu yang mencurigakan." alibinya berusaha menahan diri agar tidak tertawa
Dengan tatapan lugunya, beliau hanya mengangguk-anggukkan kepalanya menyetujui apa yang dikatakan Aletta. Ia menapaki anak tangga dengan gaya berjalannya yang khas. Setelah beliau berhasil naik ke atas, Aletta langsung kembali naik dan menutup pintu atap. Yap, gadis itu mengunci Pak Tono dari dalam. Bisa dipastikan beliau sedang berteriak minta dibukakan pintu dari luar, sedangkan gadis itu tertawa kecil setelah berhasil mengerjai gurunya sendiri.
Pak Tono yang malang, padahal cuaca diluar sedang terik-teriknya.
Terima kasih untuk yang sudah membaca dan membaca ulang:)
jangan lupa vote dan comment, dimasukkan ke Reading List juga boleh banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas Vs Bad Boy
Ficção AdolescenteBaca aja, barangkali suka. _____ Sedang proses revisi untuk kenyamanan bersama, dimohon pengertiannya.