Memulai Kembali

76 9 0
                                    

Eliza masih menyimpan wajah lelaki itu dalam memorinya. Matanya merekam semua jejak-jejak tentang kejadian tadi. Bibirnya yang mungil kemerahan menyimpulkan sedikit senyum. Kumis-kumis tipisnya masih basah dengan keringat. Dua bola mata Eliza yang indah berpindah arah, dia memandang langit yang berkilauan cahaya di belakang gedung-gedung kota.

"Andai aku punya Kakak cowok seperti dia, pasti aman hidupku," benaknya mulai berhalusinasi.

"Neng ini kita mau kemana, ya?" Tanya bapak sopir.

"Ke tempat makan yang paling dekat aja, Pak."

Eliza menyandarkan punggungnya dan tak lama matanya terpejam. Taksi masih melaju dengan laju sedang hingga sampai kepada tujuan. Pak sopir membangunkan Eliza secara perlahan dengan memanggilnya. Mata Eliza terbuka dan sopir itu memberitahukan kalau mereka sudah sampai. Eliza mengucek-ngucek matanya lalu segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet sesuai argo. Eliza berlalu, namun pak sopir menghentikannya.

"Neng tunggu!"

"Eh kurang ya, Pak?"

"Nggak, ini fotonya kebawa."

Eliza menerimanya seraya berbalik arah. Tetiba dia terkejut dengan tempat yang berdiri megah di hadapannya itu. Eliza menoleh hendak memanggil pak sopir tadi untuk mencari tempat makan lain, tapi sayangnya taksi itu sudah menjauh. Mungkin pak sopir tadi mengira Eliza adalah gadis tajir karena penampilannya yang menipu banyak mata.

Sudahlah, terlanjur lapar, pikirnya. Eliza memasuki tempat makan itu. Dia memperhatikan sekitar, semua orang turun dari mobil mewah. Tidak ada satupun orang yang berjalan kaki selain dirinya.

"Sekali-kali jadi orang kaya, Liz. Untung ada kamu, ya!" Eliza mengecup dompet lelaki itu.

Eliza memilih tempat di roof top agar bisa menikmati langit jingga yang ditemani sepoi angin sore. Tak lama seorang pelayan menghampirinya. Eliza tercengang melihat daftar menu. Sisa uangnya hanya cukup memesan menu yang paling murah di sana. Tentu saja makanan itu tidak akan ampuh untuk membunuh rasa laparnya yang hanya akan terbayarkan jika dia sudah melahap sepiring nasi beserta lauk pauk.

"Angel hair aglio olio nya satu." Pesan Eliza.

Eliza teringat akan foto tadi. Dia melihatnya seraya menunggu pesanan tiba. Ada lelaki itu bersama seorang wanita dengan pose tersenyum. Eliza melihat tulisan di balik foto, ada nama Ariel dan Intan di sana.

"Ariel."

***

Gadis itu masih saja memegangi perutnya seraya berjalan di trotoar kota yang sedang sibuk-sibuknya diramaikan oleh manusia lain. Langit sudah berganti warna, tapi suasana belum juga menyepi. Terpaksa dia harus pulang jalan kaki karena uangnya sudah dilahap habis.

"Selamat tinggal!" Dia melempar sebuah dompet entah kemana. Sudah tidak berguna, untuk apa disimpan, pikirnya.

"Aduh!!" Seseorang merintih kesakitan.

Orang itu mengusap-usap kepalanya yang baru saja terlempar benda asing. Dia meraih benda itu yang jatuh tak jauh dari tempat duduknya.

"Lah kenapa bisa balik lagi nih dompet?" Gumamnya.

Matanya mengitari orang-orang yang berlalu lalang. Dan seketika terhenti karena sudah bertemu dengan yang dicari. Dia mengejarnya. Seorang gadis feminim dengan bandana di kepala sedang berjalan di tengah keramaian.

"Kalau udah gak butuh, buang ke tempatnya! Jangan main lempar sembarangan sampai kena kepala gue!" Dia menghadang gadis itu dengan tatapan sinis.

Gadis itu tersentak dengan kemunculannya yang tiba-tiba di hadapan. Jarak mereka yang begitu dekat membuat gadis itu spontan memundurkan diri hingga beberapa langkah.

[REVISI] ARIELIZA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang