Preman Tampan

1.1K 62 5
                                    

Malam itu gelap sekali. Lampu di seluruh rumah mati. Huh, waktu yang salah untuk pulang selarut ini. Gadis berambut panjang itu mengambil ponsel dari tasnya. Dia menyalakan flashlight untuk memencet bel rumahnya. Namun tak lama dengan itu, seseorang menyekapnya dengan kencang dari belakang sehingga dia tidak bisa berteriak minta tolong.

Tubuh mungilnya dihempaskan ke dinding. Orang itu membisikan perintah agar dia tidak melawan ataupun berteriak. Kalau dia melanggar, nyawa menjadi taruhannya. Akhirnya dia patuh. Dia tidak bisa melihat siapa orangnya karena suasana malam itu yang terlalu gelap. Hanya saja dia dapat memastikan kalau orang yang menyekapnya ini adalah seorang pria.

Tangannya masih digenggam. Pria itu menyorot wajahnya dengan senter ponsel, lalu mengarah pada kalung yang melingkar di lehernya. Seketika dia teringat ponselnya yang terjatuh tadi.

"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Gue jadi gak perlu repot-repot buat rampok rumah ini."

Benar saja dugaannya dalam hati kalau ternyata pria itu adalah rampok. Dan kali ini si rampok melepaskan kalung dari lehernya. Saat itu kesempatan baginya untuk mengetahui siapa pria jahat ini karena wajah mereka yang teramat dekat. Akhirnya dia berhasil melepaskan tangannya dari genggaman tangan perampok itu walau sekejap. Dia langsung membuka masker yang dipakai oleh si perampok. Bersamaan dengan itu, lampu jalan di depan rumahnya menyala, pun dengan lampu rumah sekomplek. Mereka saling menatap untuk beberapa saat. Kemudian, perampok itu langsung pergi sebelum ketahuan orang-orang.

"Tunggu!" Panggilnya.

"Maskernya," lanjutnya dengan wajah polos bercampur takut.

"Hahaha ambil aja!" Perampok itu berlalu setelah menoleh ke arahnya

Beberapa hari kemudian..

Langit pagi itu sedikit mendung bekas hujan subuh tadi. Genangan-genangan air tampak di muka jalan. Dia menutup pagar dan berjalan menuju ojek online yang sudah menunggu di depan gerbang rumahnya.

"Yuk, Pak!" Serunya.

Yang dipanggil pun menoleh kaget. "Eh.. hei Intan!"

Yang disapa lebih terkejut. Perampok ini kenapa bisa muncul lagi? Wajah cengengesan tanpa rasa bersalah. Intan berubah ketakutan dan melangkah mundur. Perampok itu turun dari motornya dan mendekati Intan. Intan ingin berteriak, namun kalah cepat dengan tangan si perampok yang menutup mulutnya.

"Jangan teriak!" Dia menatap Intan lekat.

Tiba-tiba air mata Intan menetes. Intan benar-benar takut saat itu dan hanya bisa menangis dalam diam. Jika dia berontak, mungkin saja perampok itu bisa membunuhnya.

"Eh.. eh jangan nangis dong." Dia menurunkan tangannya dari mulut Intan, dan spontan menyeka air mata di pipi Intan dengan tangannya.

"Kamu.. kamu mau apa lagi? Uang? Kamu butuh uang? Oke, berapa? Tapi aku mohon jangan datang ke rumah aku lagi," Intan menangis.

"Gak kok. Gue udah putusin gak akan rampok di perumahan ini lagi. Tapi sebelum gue pergi, gue mau antar lu sebagai permintaan maaf."

Intan menatap matanya untuk memastikan kalau dia tidak berbohong. Setelah beberapa detik coba meyakini diri, Intan pun menyetujuinya. Dia memberikan helm kepada Intan. Tak berselang lama ojek online sungguhan yang Intan pesan datang. Intan menghampiri ojek itu.

Beberapa saat kemudian...

Intan melanjutkan perjalanan menuju kampus bersama perampok itu. Anehnya setiap Intan menunjukkan jalan, dia selalu bilang sudah tahu.

"Kamu mata-matai aku ya?" Intan curiga.

Dia tertawa dan mulai jujur. Ya, memang benar. Kemarin dia mengikuti Intan sampai ke kampus, jadi sekarang dia tahu.

"Kamu tau? Sepanjang aku hidup di perumahan itu, belum pernah ada rampok yang lolos dari satpam seperti kamu kemarin," ucap Intan.

"Hebat kan gue, Tan?" Dia tertawa.

Intan mendesis, "tau dari mana nama aku?"

"Kalung."

Intan berpikir sejenak. Setelah itu dia menawarkan barang pengganti asal kalungnya bisa kembali, karena kalung itu hadiah ulang tahun dari sang mama.

"Lu itu dirampok, bukan belanja. Kok nawar? Lagian kalungnya juga udah gue jual buat DP motor ini."

Intan mengepal tangannya, kesal. Tak habis pikir dengan orang ini. Meski penampilannya memang seperti preman, tapi dia masih muda dan tampan. Intan bingung kenapa merampok jadi pilihannya untuk mendapat penghasilan.

bersambung...

[REVISI] ARIELIZA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang