Terlibat Perasaan

399 40 0
                                    

Beberapa bulan berlalu...

Ariel selalu menjemput Intan setiap pagi di rumahnya untuk pergi ke kampus. Selalu ada cerita baru yang mereka tukar selama di perjalanan. Cerita itu mengalir bersama angin. Sesampainya di kampus, Intan selalu memberikan bekal makanan dari rumah untuk Ariel. Meskipun bukan masakan Intan sendiri, Ariel menerimanya dengan senang hati.

"Cuma satu pinta aku, Riel. Jangan buat aku khawatir. Oke?" Intan menatap Ariel dengan senyum berharap.

"Iya, besok lu udah mulai magang, Tan?" Tanya Ariel.

"He'em." Intan mengulumkan senyumnya.

"Gue masih bisa antar jemput lu, kan? Jujur, gue masih merasa bersalah karena udah terlanjur jual kalung lu. Jadi please jangan nolak untuk diantar jemput sama gue terus, ya?" Ariel menatap Intan, memohon.

"Riel, kalau tujuan kamu untuk antar jemput aku karena merasa bersalah, mending gak usah." Intan berlalu.

Perasaannya seolah kecewa karena perkataan Ariel tadi. Dia pikir apa yang Ariel lakukan selama ini dengan mengantar jemputnya itu tulus, tapi ternyata salah. Bodohnya dia karena terlalu tinggi berekspektasi.

Setelah itu semua panggilan masuk dari Ariel ditolaknya. Semua pesan yang masuk pun hanya dia baca.

Keesokan harinya..

Pagi itu Intan sudah sampai di tempat magangnya, namun dia pergi ke kantin sebentar untuk membeli air mineral. Aroma masakan yang bercampur padu memenuhi ruangan kantin. Intan sudah sampai di tempat minuman, dia pun memesan satu botol air mineral. Tetiba seseorang menabraknya dari arah samping ketika dia hendak membayar. Uang yang dipegangnya terjatuh.

"Sorry, ini uang kamu." Orang itu menyerahkannya kepada Intan.

"gak apa-apa, Pak." Sahut Intan.

Mereka berdiri berhadapan. Tubuh orang itu terlalu tinggi, sampai-sampai Intan kesulitan untuk membalas senyumnya.

"Selamat pagi, Pak Ariel." Salah satu karyawan menyapa orang itu.

"Ariel?" Intan kaget.

"Kenapa? Ada yang salah dengan nama saya?" Tanya orang itu tiba-tiba.

"Eh gak apa-apa kok, Pak." Intan tersipu.

Intan menutup matanya dengan tangan setelah orang bernama Ariel itu pergi. Kenapa dia harus bersikap seperti tadi? Kenapa dia begitu sensitif dengan nama Ariel? Toh bukan hanya ada satu Ariel di dunia ini. Atau mungkin saat ini pikirannya sedang penuh dengan Ariel? Entahlah.

Kaki Intan sudah melangkah masuk ke sebuah ruangan. Tak ada siapapun di sana sebelum akhirnya seorang pria dengan kaki jenjang keluar dari pintu kamar mandi ruangan.

"Kenapa berdiri di sana? Ayo duduk." Ucap pria itu.

Intan terkejut dan langsung menoleh. Mereka berdua sama-sama terkejut setelah melihat satu sama lain.

"Jadi kamu yang namanya Intan. Sudah lama menunggu?" Tanya pria itu, lagi.

"Saya baru datang juga, Pak Ariel."

Setelah interview, Intan langsung mendapat tugas magang. Syukurlah Pak Ariel adalah orang yang ramah. Jadi lebih mudah beradaptasi di sana bagi Intan.

Sepulang magang hari ini Intan langsung berniat untuk langsung merebahkan diri di atas kasur kamarnya. Tapi saat ini masih ada yang harus ia tunggu, yaitu ojek online.

"Yuk!" Tetiba seseorang yang mengendarai motor berhenti di depan Intan.

Ariel melakukan hal yang sama seperti waktu dia tahu kampusnya Intan dulu. Tadi pagi dia mengikuti Intan sampai kantor tempat Intan magang.

"Ariel?" Intan melotot kaget.

Matanya langsung terfokus pada biru lebam di wajah Ariel. Ada bekas darah di bibir Ariel. Intan tampak cemas. Dia langsung mengeluarkan tisu dari tasnya dan langsung mengusap luka darah itu.

"Ini kenapa?" Tanya Intan khawatir.

"Gak apa-apa. Yuk udah mendung." Ajak Ariel.

Benar saja tak jauh dari kantor, hujan turun perlahan. Tak ada yang membawa mantel. Tapi mereka justru senang. Hujan seolah mendukung hubungan mereka untuk membaik.

"Lain kali berkabar kalau ingin jemput, untung aja ojeknya udah aku bayar dari aplikasi." Gerutu Intan.

"Kan lu gak terima kabar gue."

Intan terdiam sejenak, "Riel please jangan buat aku khawatir."

Mendengar itu Ariel hilang suara untuk menjawab. Dia membisu bersama malam. Membiarkan hujan yang bersuara.

Bersambung...

[REVISI] ARIELIZA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang