Hidup Baru

84 10 0
                                    

Pria itu baru saja menyelesaikan salam terakhirnya. Dia mendengar suara laki-laki yang lantang bersaksi atas pernikahannya di hadapan Allah Swt..

Saya terima nikahnya Eliza As-Syifa binti Rama Adrian dengan mas kawin tersebut, tunai.

Pria tadi seketika menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Telinganya baru saja mendengar sebuah nama yang sudah tiga tahun ini tidak tersebut oleh bibirnya. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk mengunci mulutnya ketika pikiran dan hati selalu saja berusaha mendobrak mulutnya agar menyebutkan nama itu.

"Syif..." Ucapnya lirih.

Akhirnya lisannya kembali mengucap satu nama. Dia segera melirik ke bawah untuk memastikan. Sekilas mirip tapi dia belum yakin apakah pengantin perempuan itu adalah orang yang sama dengan gadis berbandana yang dikenalnya dulu. Dia memakai jaket dan topi hitamnya setelah selesai berdoa lalu turun ke lantai dasar melewati sepasang pengantin baru dan beberapa orang lainnya di sana.

Jika perempuan itu benar Syifa, maka izinkan aku bertemu dengannya sekali lagi Ya Allah meski untuk terakhir kali. Dan jika memang itu Syifa, tolong lapangkan hatiku untuk menerima segala ketetapan-Mu Ya Rabb. Aamiin.

Allah menjawab doanya tepat ketika dia hendak kembali masuk ke dalam masjid bersamaan dengan sepasang pengantin baru yang hendak keluar. Lengannya membentur bahu si pengantin perempuan. Tentu saja dia sengaja dengan menunggu di luar masjid sampai mereka selesai melangsungkan ijab kabul, lalu kembali dengan melakukan hal itu. Untung saja sang suami dengan sigap menyangga tubuh istrinya yang hampir terjatuh.

"미안해," (Maaf) ujarnya sambil melihat ke arah wajah pengantin perempuan seraya membenarkan posisi topinya agar wajahnya tidak terlihat.

Secepat itu Allah menjawab doa duhanya tadi, secepat itu juga perasaannya seketika terasa sangat nyeri seperti ada sesuatu yang menggores hingga meninggalkan jejak luka yang dalam di sana.

"Hati-hati!" Seru si pengantin pria.

"In Korean, Kak Ariel!" Seru sang istri.

"Nanti ajari aku biar tambah fasih bahasa Korea ya, Liz!" Bisik si suami yang tak lain adalah Ariel.

Sementara pria itu sudah berlalu ke tempat semula untuk kembali melanjutkan ibadah sunahnya. Tapi semua itu tertunda, karena saat ini yang dia lakukan hanya merenung.

Dia kembali ke negeri ini hanya untuk mengutarakan niat baiknya kepada seseorang agar bersedia memulai hidup baru bersamanya, namun semua itu runtuh dengan kenyataan yang baru saja dia saksikan sendiri.

Apa dia tahu bagaimana rasanya menunggu tanpa dituju?

Seketika pertanyaan itu muncul dalam benaknya. Tapi sudahlah, setidaknya masih ada yang bisa dia syukuri dari pertemuan yang tidak baik-baik saja ini, yaitu melihat perempuan itu sehat, bahagia, dan sekarang sudah menutup auratnya dengan sempurna. Eliza As-Syifa, dia memanggilnya Syifa.

***

Ariel membawa Eliza ke sebuah hotel yang tak jauh dari tempat tinggal Eliza. Eliza melihat dirinya di cermin. Balutan jilbab putih yang menutupi rambutnya seolah membuat perasaannya gelisah. Ada kekhawatiran yang menyelinap, entah apa dan karena apa. Rasanya hanya belum siap. Meskipun seharusnya berhijrah tidak mengenal dan menunggu kata siap karena berhijrah adalah menjemput hidayah, tapi baginya yang masih lemah akan iman ini memerlukan waktu dan proses.

"Kak..."

Eliza menghampiri Ariel yang baru saja masuk ke kamar. Dia memeluk tubuh lelaki yang dicintainya itu dari belakang. Ariel meraih tangan Eliza yang melingkar di pinggangnya seraya mengunci pintu kamar.

[REVISI] ARIELIZA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang