Berpisah untuk Bertemu

61 8 0
                                    

Langkah kaki Ariel berjalan sangat cepat memasuki koridor rumah sakit. Dia terlalu bersemangat hari ini. Bagaimana tidak? Ini adalah hari ke lima Eliza dirawat, tapi dia baru bisa menjenguk Eliza sejak pertama kali dia membawa Eliza ke rumah sakit ini. Dia sangat sibuk mengurus skripsinya karena harus merombak ulang dari awal. Benar kata Eliza, caranya salah sudah memakai kisah Eliza tanpa izin.

"Assalamu'alaikum Liz, gimana kabarnya hari ini? Bunga dan nasi rendang yang gue titip ke suster selalu sampai, kan?" Tanya Ariel sambil sibuk mengganti bunga.

"Maaf Mas, Mbak Eliza sudah pulang sekitar dua jam yang lalu." Ucap seorang office boy.

"Hah? Memangnya sudah sembuh?" Tanya Ariel terkejut.

"Kurang tahu," sahut office boy itu seraya mengangkat bahu.

Ariel memejamkan matanya. Kemana lagi dia harus mencari Eliza? Belum lama mereka bertemu, kenapa harus secepat itu berpisah lagi? Ariel berlalu.

Bulan-bulan berganti tanpa satu kabar pun dari Eliza. Ariel galau bukan main. Dia menangis setiap malam jika rindu Eliza. Baru pertama kali ada perempuan yang mampu menyulapnya menjadi lelaki cengeng seperti ini.

"Kamu dimana Eliza?" Ariel menatap langit-langit kamarnya.

***

Lima tahun kemudian...

Ariel memarkirkan mobilnya. Dia keluar dari mobil dengan payung di tangannya. Kota Ansan hari ini sedang diguyur hujan. Dia berjalan menuju sebuah tempat makan rekomendasi teman. Dia membuka maps di ponselnya lalu melangkah menyusuri lorong jalanan yang basah. Toko-toko dari negara lain berjajar di sana, termasuk negara Indonesia, tanah airnya. Beberapa minggu bertugas di negara Korea Selatan membuatnya rindu akan masakan tanah air.

Sudah sampai, Ariel mulai memasuki restoran Indonesia. Aroma kuah bakso yang begitu kuat sudah merasuk ke hidung bangirnya. Semakin tak sabar, perutnya terus menerus menagih makanan yang sudah lama tak ia santap itu.

Seorang pelayan wanita menghampirinya dengan semangkuk bakso dan segelas es jeruk di atas nampan. Ariel masih asik dengan ponselnya sampai akhirnya dia mendongak dan melihat pelayan wanita dengan bandana di kepalanya sudah menyuguhkan hidangan di atas meja Ariel.

Ariel terpaku dan bergumam kalau itu hanya mimpi ketika ia melihat pelayan itu. Setelahnya, Ariel tegaskan sekali lagi saat si pelayan sudah kembali. Pelayan itu seperti sedang mengalihkan wajahnya meski diam-diam dia juga sangat terkejut bertemu dengan Ariel di sana. Sekilas dia mencuri pandang ke arah Ariel.

"Eliza." Gumam Ariel.

Saat mengetahui ternyata pelayan itu benar Eliza, Ariel berusaha untuk cuek dan tidak peduli. Eliza masih memperhatikan Ariel dari dapur restoran. Dia bingung kenapa Ariel tidak memberikan respon apapun saat melihatnya. Apa mungkin Ariel sudah lupa dengannya? Batin Eliza penuh dengan sebuah tanya.

Setelah seharian, Ariel terus menerus dibuat tidak tenang, akhirnya dia menemui Eliza di tempat yang sama saat malam harinya, tapi Eliza sudah pulang. Akhirnya Ariel menunggu sampai pagi dan mereka bertemu di sana.

"Kak.."

Ariel melakukan hal yang sama seperti waktu dia salah paham dengan Eliza dulu. Dia meletakkan sebuah sticky note di bibir Eliza dan memberikan sebuah senyuman rindu.

Apa kabar?

Eliza membacanya dengan mata berbinar. Eliza meminjam pena dari tangan Ariel dan menulis sesuatu di baliknya.

나는 괜찮아.

Ariel tertawa, "apa artinya ini?"

"Aku baik-baik saja." Eliza tertawa.

[REVISI] ARIELIZA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang