Mencari Cinta

78 8 0
                                    

Dua bulan kemudian...

Bulan masih setia menjadi saksi atas setiap langkah yang tak jua berujung temu. Sebuah taksi melaju semakin lambat. Sementara langit sudah menggelap pekat.

"Waduh Neng, bannya bocor."

Tepat di bengkel kecil pinggir jalan, sopir itu menghentikan laju mobilnya.

"Lama ya, Pak?" Tanya seorang penumpang perempuan yang tak lain adalah Eliza.

"Sepertinya setengah jam."

Sekitar sepuluh menit dia menunggu sembari duduk di bangku. Sepasang mata melihatnya dari dalam mobil yang sedang melaju. Mobil itu berhenti tepat di depan bengkel. Mungkin ingin tambal ban juga seperti mobil yang sedang ditunggunya. Dia melihat seorang pria yang baru saja keluar.

"Syif!" Pria itu melangkah ke arahnya.

Siapa lagi kalau bukan Syaf? Satu-satunya pria yang memanggil dia dengan nama Syif. Syaf tak menyangka bisa bertemu lagi dengannya setelah dua bulan mereka berjauhan tanpa kabar.

"Eh kamu. Mobilmu kenapa?"

"Tidak apa. Aku hanya melihatmu, lalu berhenti di sini. Kamu sedang apa?" Tanya Syaf khawatir.

"Bannya bocor," jawabnya singkat.

Syaf terdiam dan langsung mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya untuk membayar tumpangan pak sopir.

"Ini Pak."

Syaf langsung mengajak Eliza ke mobilnya. Pak sopir berlari kecil menghampiri Syaf untuk memberikan kembalian saat Syaf membukakan pintu untuk Eliza.

"Untuk tambal ban Bapak saja," Syaf tersenyum sebelum pergi.

"Terima kasih," ucap pak sopir seraya melihat mobil Syaf berlalu.

Eliza mendengarkan lantunan surah Al Mulk di radio mobil Syaf. Tangannya seolah tergerak untuk mengusap dua bayi di perutnya. Bayi kembar di sana memberikan respon saat tangan sang ibu menyentuh mereka. Gerakan-gerakan kecil mulai terasa oleh Eliza. Eliza tersenyum.

Syaf melirik tingkah Eliza, lalu matanya teralih ke arah perut. Syaf terkejut melihatnya walau sekilas. Mungkin karena Syaf baru pertama kali melihat perut ibu hamil.

"Syif, perutmu gerak-gerak!!" Teriak Syaf tiba-tiba.

"Eh itu kenapa? Kok gerak-gerak terus?" Syaf kembali melihat perut Eliza.

Eliza tertawa, "mereka lagi main di dalam."

"Loh bisa begitu ya?" Tanya Syaf polos.

"Ya bisa. Mereka kan sama seperti kita, hidup dan bernyawa," jelas Eliza.

"Haha sorry, aku norak." Syaf mentertawakan dirinya sendiri.

Eliza tertawa menanggapi Syaf. Setelah itu suasana mereka hening tanpa obrolan. Hanya suara murotal yang menemani perjalanan mereka sampai akhirnya Syaf beranikan diri untuk memulai.

"Bagaimana perkembangannya?"

"Aku berhasil menemukan alamat Ayah yang baru, tapi pas aku ke sana, pemiliknya bukan Ayah ataupun Ariel," Eliza memegang keningnya.

Syaf memberikan sebotol air mineral untuk Eliza. Tepat di saat Eliza meraihnya, mobil Syaf berhenti tiba-tiba.

"Astagfirullah," keluh Syaf.

"Kenapa?"

"Bensinnya habis. Kamu tunggu di sini ya! Siapa tahu ada yang jual bensin dekat sini," Syaf keluar mobil.

[REVISI] ARIELIZA (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang