E m p a t B e l a s

119 14 1
                                    

♡ S e l a m a t M e m b a c a ♡





Raiden akhirnya membawa Nadya ke rooftop sekolah. Sesampainya disana,  cowok itu langsung melepas tangan Nadya seraya berkata, "Disini aja dulu sampai istirahat selesai."

"Gue kecewa sama kak Raga. Rasa sakit di hati ini masih belum bisa sepenuhnya sembuh, Kak." lirih Nadya memberanikan diri untuk menatap wajah Raiden lebih lama didepannya.

Mereka saling berpandangan intens selama beberapa menit dan Raiden pun memutus kontak mata terlebih dahulu.

Raiden menghela napas singkat, "Gue belum pernah ngerasain sakit hati. Setidaknya, gue tau apa yang lagi lo rasain." balas Raiden memandang langit biru yang cerah saat siang itu. Nadya menoleh, menatap Raiden lamat-lamat dari samping,

"Lo gak perlu sedih terlalu lama, Nad. Lo harus bisa bangkit." lanjutnya yang kemudian menoleh ke arah Nadya. Tangan kiri Raiden terulur untuk mengacak surai hitam gadis itu. Hal tersebut membuat jantung Nadya berdetak lebih kencang dari biasanya. Bahkan, kedua pipinya terasa memanas.

"Semangat! Gue sebagai kakak kelas lo, akan selalu dukung."

Nadya tersenyum hingga menampakan eyes smile miliknya, "Makasih, Kak. Gue senang bisa kenal lo."

"Iya dong, Raiden 'kan cowok ajaib." sombongnya seraya menyisir rambut ke belakang menggunakan jari. Nadya tertawa lalu memukul lengan Raiden,

"Huh kepedean!"

"Nadya Ariestya." panggil bu Lindi di ambang pintu kelas 10 OTKP 4. Seisi kelas yang ada disana pun menoleh bersamaan ke arah pintu. Wenny berdiri dari posisi duduknya,

"Nadya belum kembali, Bu." ujar Wenny memberi tahu. Bu Lindi mengernyitkan kening bingung,

"Kamu tau dia kemana?"

Wenny menggeleng cepat, "Maaf bu, saya tidak tahu. Tapi saya akan cari Nadya sekarang."

"Oke, cari ya. Saya tunggu di ruang guru."

Bu Lindi berlalu, Wenny pun berlari keluar kelas untuk mencari sahabatnya yang entah berada dibawa kemana setelah kejadian di kantin tadi. Terakhir, Raiden membawa Nadya pergi. Wenny menghela napas panjang, ia mencoba untuk mencari gadis itu ke gedung C.

Ketika Wenny sampai di gedung yang mayoritas berisi laki-laki, gadis itu langsung menutup setengah wajahnya menggunakan tangan karena malu. Tentu saja hal tersebut membuat para siswa yang berada di koridor pun memandang aneh ke arah Wenny.

Wenny melihat papan kelas yang bertuliskan 11 TKR 5 diatas pintu. Tidak perlu berpikir panjang, Wenny membuka pintu dan menundukan kepalanya dengan cepat. Seisi kelas yang sedang asik dengan kegiatan masing-masing pun serempak menoleh ke arah pintu.

Syam yang mengenali gadis itu pun langsung memanggil, "Oy, ada apa?"

Wenny mengangkat kepala, "Mau tanya ... lo lihat Nadya?"

"Tadi bukannya Raiden bawa Nadya? Cari coba di taman belakang sekolah. Soalnya Raiden juga belum balik." jawab Syam sambil duduk lagi di kursinya.

Wenny mengangguk dan menutup pintu kelas kembali. Ia berlari ke arah lantai bawah menuju taman belakang sekolah. Ia berharap, semoga Nadya berada disana bersama Raiden.

Our Love Story  [ HIATUS! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang